Angin Kencang Untungkan Pedayung Indonesia

Atlet dayung Indonesia, Memo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id - Atlet dayung Indonesia, La Memo, berhasil menembus perempatfinal Olimpiade 2016. Memo finis di urutan ketiga heat 4 dalam nomor single sculls.

Catatan waktu Memo adalah tujuh menit 14,17 detik. Memo hanya kalah dari pedayung Inggris, Alan Campbell, dan atlet Belarus, Stanislau Shcharbachenia.

Pelatih dayung Indonesia, Muhammad Hadris mengatakan, catatan waktu Memo sebenarnya lebih lambat dari target yang dipatok. Memo sebenarnya diharapkan bisa finis dengan waktu enam menit 55 detik.

Angin kencang yang berhembus di Lagoa Stadium menjadi penyebabnya. Namun, masalah ini tak hanya dialami oleh Memo. Atlet lain juga ditantang untuk menghadapi angin kencang Lagoa.

Hanya saja, Memo lebih diuntungkan, lantaran sudah sering menghadapi situasi serupa. Akhirnya, Memo finis di posisi ketiga.

"Itu berkat latihan di Belanda, di sana anginnya juga kencang. Karena sudah terbiasa, Memo tak mengalami kesulitan," kata Hadris dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Minggu, 7 Agustus 2016.

"Dalam kondisi air tenang dan tidak ada angin, Memo ditargetkan untuk menembus waktu enam menit 55 detik. Saat kami melakukan evaluasi, Memo bilang dia berharap kondisi angin masih kencang di lomba berikutnya karena dia cocok dengan kondisi seperti itu," ujarnya menambahkan.

Situasi berbeda justru dialami oleh pedayung putri Indonesia, Dewi Yuliawati. Dewi gagal mengatasi kencangnya hembusan angin Lagoa. Akhirnya, dia finis di posisi keenam. “Dia sempat beberapa kali berhenti untuk menyeimbangkan perahunya. Tadi anginnya memang kencang. Bahkan ada beberapa perahu yang terbalik,” ujar Hadris.

Meski begitu, Dewi masih berpeluang melaju ke babak selanjutnya. Potensi tersebut muncul karena Dewi akan berlaga di babak repechage, Minggu 7 Agustus 2016 pagi waktu setempat.

Tak Raih Medali, Dewi akan Kejar Peringkat Terbaiknya

(mus)

Fehaid Al-Deehani jadi atlet tanpa negara pertama peraih emas Olimpiade

Al-Deehani, Atlet Tanpa Negara Pertama Raih Emas Olimpiade

Dia jadi atlet independen karena negaranya dihukum IOC.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016