- VIVAnews/Marco Tampubolon
VIVA – Cabang olahraga tenis nasional punya catatan apik tersendiri di pentas Asian Games. Skuat Merah Putih memiliki koleksi raihan medali terbanyak ketiga sepanjang sejarah bergulirnya pesta olahraga bangsa Asia tersebut, hanya tertinggal dari Jepang dan Korea Selatan.
Sayangnya, momen emas penggawa tenis Tanah Air sudah cukup lama terjadi, tepatnya pada Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan. Saat itu tim beregu putri Indonesia mampu menggasak Jepang 2-1 di final.
Praktis, setelah itu belum ada lagi petenis nasional yang mampu mengulang pencapaian kuartet srikandi emas saat itu yakni Angelique Widjaja, Wynne Prakusya, Liza Andriyani dan Wukirasih Sawondari.
Lantas bagaimana peluang armada putri Merah Putih pada Asian Games 2018? Bukan perkara mudah untuk bisa meniru jejak di Busan pada 2002 lalu.
Tapi, faktor tuan rumah tampaknya harus benar-benar dimaksimalkan Jessie Rompies cs untuk memetik keuntungan dari dukungan penonton dan atmosfer venue yang telah mereka kuasai. Hal ini pula yang diungkapkan oleh mantan bintang tenis putri, Angelique "Angie" Widjaja.
"Pengalaman saya saat tampil di ajang team event seperti Asian Games atau Olimpiade, aspek tuan rumah terkadang memang bisa menjadikan situasi yang harusnya diunggulkan malah tampil buruk dan kalah tapi yang tak diunggulkan justru bisa mengambil keuntungan," ujar Angie kepada VIVA, Senin 26 Maret 2018.
"Kalau secara peringkat memang pemain putri kita agak jauh di bawah ya, bukannya pesimis atau gimana. Tapi sekali lagi, ini kan mainnya di Indonesia, semua bisa saja terjadi karena faktor tuan rumah bisa saja menghadirkan dukungan yang maksimal menjadi motivasi besar mereka," tambah Angie.
Sepanjang sejarah keikutsertaan di gelaran Asian Games, tenis total telah menyumbang 42 medali dengan 15 emas, 6 perak dan 21 perunggu. Koleksi medali cabang olahraga tenis menjadi yang terbanyak kedua untuk Indonesia di pentas Asian Games setelah bulutangkis yang memiliki 92 medali. (one)
