Krisis di Tunggal Putra, Ini Kata Para Legenda Bulutangkis

Reaksi Tommy Sugiarto usai kalah di Kejuaraan Dunia 2015
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id - Terpuruknya prestasi tunggal putra bulutangkis nasional hingga pertengahan 2015, menjadikan sektor ini terdampar hampir menyentuh titik nadir. Tidak adanya wakil Merah Putih dalam 10 besar peringkat BWF plus belum bisa bersaingnya penggawa pelatnas di jajaran elite turnamen dunia cukup bisa jadi rujukan san gambaran secara umum kondisi nomor yang pernah menjadi andalan Indonesia ini.

Jadwal Laga Tim Bulutangkis Indonesia di Olimpiade Kamis Ini

Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka yang menjadi pemain dengan peringkat teratas saat ini, sudah berada di luar pelatnas Cipayung dan berkiprah dengan nama klub masing-masing. Kondisi ini pastinya cukup mengkhawatirkan bagi kesinambungan regenarasi tunggal putra ke depannya.

Dengan berstatus non-pelatnas menjadikan Tommy dan Hayom tidak memiliki beban atau tuntutan besar yang 'wajib' menjaga nama Indonesia berada di zona teratas dunia karena sudah bukan membawa tim nasional dari setiap kiprahnya.

Dukungan 'Adik Kelas' Beri Motivasi Skuad Ganda Campuran

Hal ini yang menjadi perhatian besar para legenda tunggal putra untuk menyampaikan pandangannya tentang bagaimana peluang 'Arjuna' nusantara di Olimpiade Rio 2016 mendatang dalam membidik raihan sukses yang pernah dicapai pada era 90an hingga awal milenium baru ini.

Pemilik emas tunggal putra Olimpiade pertama Indonesia, Alan Budikusuma, saat ditemui di Magelang di acara peresmian GOR terbaru milik Djarum punya pendapat terkait situasi tersebut.

Jadwal Pertandingan Indonesia di Olimpiade Hari ke-6

"Untuk bisa lolos, peluang mereka kini semakin sulit. Yang lebih menyulitkan lagi, sekarang Tommy dan Hayom berada di luar PBSI. Karena PBSI tidak bisa langsung mengontrol semua keperluan berlatih," terang suami Susi Susanti ini.

Mereka harus membawa tim sendiri setiap kali tampil sehingga memerlukan biaya sangat mahal. "Kalau bertanding semuanya harus dibawa, sampai tukang pijat. Itu di luar pelatih," kata salah satu anggota tim Piala Thomas 1994 dan 1996 itu.

"Ini menjadi sebuah kerugian bagi mereka pribadi. Contohnya mencari lawan sparring dan mempersiapkan keberangkatan mereka. Ini justru akan bisa berpengaruh menyita konsentrasi dan fokus mereka dalam meningkatkan performa bertanding," jelas pemilik merek raket Astec tersebut.

Sementara itu, komentar berbeda datang dari juara dunia 1995, Haryanto Arbi. Bagi Hari, keberadaan pemain tunggal putra tanah air saat ini memang sudah 'beda level' dengan para pesaingnya.

"Saya rasa untuk tunggal putra saat ini, kondisinya memang sudah beda levelnya. Untuk sekedar bersaing di Olimpiade, Tommy atau Hayom mungkin masih bisa, namun untuk meraih medali tampaknya masih berat," ungkap peraih gelar All England 1993 dan 1994 ini.

Prospek Bagus

Namun, kekhawatiran para mantan jawara 90an ini pun mulai bisa berobati jika melihat line-up pemain muda tunggal putra saat ini. Figur Jonatan Christie, Firman Abdul Kholik, Ihsan Maulana dan Anthony Ginting sangat menjanjikan untuk bisa diandalkan di masa depan meski kini posisi mereka masih berada di luar rangking 40 besar dunia.

"Buat mereka berempat prospeknya cukup bagus. Ada tren positif yang bisa ditunjukan. Mungkin perlu 3-4 tahun ke depan untuk kita bisa lihat hasilnya secara keseluruhan," tegas pengusaha apparel bulutangkis Flypower ini.

Harapan tersebut pun datang dari Joko Supriyanto. Juara dunia 1993 ini menilai fenomena tunggal putra ini lebih melihat kepada aspek jangka panjang.

"Sekarang ini tunggal putra secara keseluruhan berbenah, prioritasnya memang ada di pemain-pemain muda seperti Jonatan (Christie), Firman (Abdul Kholik), Ihsan Maulana dan Anthony Ginting," sebut suami dari mantan pebulutangkis ganda putri nasional, Zelin Resiana ini.

Dari semua pendapat tersebut, maka PBSI mutlak perlu menggejot aspek pembinaan dan percepatan regenerasi di tunggal putra. Serta perhatian khusus juga kepada Tommy dan Hayom.

Mengingat hingga saat ini, Tommy dan Hayom sudah terlempar dari peringkat 16 besar dunia sebagai syarat mutlak dapat tampil di Olimpiade 2016. Jangan sampai dengan situasi ini, Tommy dan Hayom benar-benar gagal meraih tiket menuju Rio, dan Merah Putih tanpa wakil di nomor bergengsi ini. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya