PPI Unas Gelar Bedah Buku "Rekam Jejak Islam Menusantara"

Drs. Saleh Umar Al-Haddar, MA, saat memaparkan bukunya di Seminar Kajian Islam, Unas, Jakarta.
Sumber :

VIVA – Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) mengadakan Seminar Kajian Islam bertajuk “Rekam Jejak Islam Menusantara Keturunan Hadramaut, Pagaruyung, Palembang, di Maluku Utara dan Banda Neira, Maluku” pada Jumat (9/3/2018) di Ruang Seminar lantai 3 Universitas Nasional, Jakarta.

Pergilah Dinda Cintaku

Dalam seminar ini membahas tentang buku islam karya Drs. Saleh U Al-Haddar, M.A yang sekaligus hadir sebagai narasumber untuk memaparkan isi dari buku yang Ia tulis.

Turut hadir dalam seminar ini Warek Bidang Kemahasiswaan Dr. Zainul Djumadin, M.Si., Ketua PPI Dr. Fachruddin Mangunjaya, M.Si., Dr. Firdaus Syam, M.A., dan Prof. Dr. Umar Basalim DES.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Dalam paparannya Saleh menyatakan buku yang Ia tulis menjelaskan perkembangan Islam dari semenjak zaman nabi Adam hingga sekarang yang terdiri dari 600 halaman. Selain itu, juga menjelaskan permasalahan kemunduran hingga mencapai kemajuan agama Islam.

Penulisan buku ini sebagai wujud kajian tentang tulisan-tulisan Islam yang banyak mengalami permasalahan mulai dari menginisiasi hasil karya orang lain hingga plagiat dari tulisan-tulisan kuno Islam.

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora

Saleh menjelaskan, perkembangan Islam di nusantara perlu dikaji dari sejarahnya hingga sekarang, karena masih ada permasalahan yang terdapat pada manusianya. Tambahnya, masalah yang ada ialah banyak penulis buku Islam barat terdahulu maupun sekarang mengacaukan kajian Islam dengan pemeluknya.

“Islam tidak dapat di identifikasikan dengan sejarah muslim karena risalahnya sudah sempurna, yang perlu dikejar ialah manusianya yang menyalahi kajian-kajian Islam yang sudah ada dan walaupun penulisan buku barat yang menyatakan Islam dan muslim berbeda tetap saja tidak menggoyahkan kajian-kajian Islam yang sudah ada,” jelas Saleh.

Menurutnya, objektivitas dari buku yang ditulis oleh orang barat menuntut agar risalah Islam dibedakan dengan sejarah muslim,  sehingga adanya pengkotak-kotakan antara Islam dan muslim, padahal warisan pemikiran Islam menyebutkan bahwa dalam tindakan dan ungkapan muslim adalah sebagai bagian dari islam itu sendiri.

“Islam dan muslim tidak dapat dipisahkan karena itu adalah satu kesatuan walaupun berbeda makna. Muslim menjadi pelengkap atau mengimani dari agama Islam itu sendiri,” tegas Saleh.

Sedangkan menurut Fachruddin, penulisan yang merujuk pada pengkotakan-pengkotakan antara Islam dan muslim ada di penulisan barat yang hanya mencontek tulisan tulisan terdahulu tanpa adanya pencarian kebenaran.  Penulisan sebuah sejarah keagamaan harus bermakna dan objektif tanpa adanya tipuan dan mengakui hasil karya orang lain.

Lanjutnya, penulisan buku tentang Islam disesuaikan dengan pemikiran Islam yang berdasarkan wahyu sehingga harus dipahami karakteristik pemikiran Islam. Yang terpenting pemikiran Islam harus dilandasi dari satu sumber yaitu Alquran dan Assunnah.

“Penulisan buku tentang Islam harus sesuai dengan Genealogi dan juga pada Alquran dan Assunnah walaupun sudah sesuai masih perlu dikaji dan didiskusikan mengenai silsilah-silsilah Islam dari zaman terdahulu hingga masuk ke Indonesia sampai berkembang di nusantara,” ujar Fachruddin. (Tulisan ini dikirm oleh DMS, Jakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya