Berjuang ke Finish New York Marathon 2011

Lomba New York City Marathon 2011
Sumber :
  • REUTERS/Mike Segar

Dari sejak latihan dan rencana keberangkatan menuju New York Marathon 2011, saya agak on-off karena banyaknya hal yang harus saya selesaikan. Dibandingkan running mates yang lain saya paling kacau latihannya. Tapi saya tetap bertekad untuk bisa ikut kali ini.

Aniaya Pecalang di Bali, Polisi Tangkap Dua Bule Amerika

Eh, tiba tiba ada glitch di persiapan kedatangan David Beckham ke Indonesia dan pengurusan visa pun belum beres. Rencana saya berangkat hari Rabu, 2 November 2011, saya undur jadi Kamis. Tapi, ternyata urusan dengan PSSI belum juga beres dan saya harus tunda lagi hingga Jumat.

My fellow runners sudah bilang agak riskan karena saya tidak sempat aklimatisasi. Teman-teman yang sudah lebih dulu di New York (rata rata sudah lebih dari 5 hari dan sempat latihan di sana) sudah pada bilang, "Ya biarlah Tatong (nama panggilan saya) berangkat, pasti fun ada Tatong, tapi jangan paksa dia finish."

Kemenkominfo Gelar Kegiatan Chip In "Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya"

Akhirnya saya berangkat hari Jumat dan agak deg-degan karena saya sampai hari Sabtu, dan Sabtu itu pengambilan nomor tutup lebih cepat dari hari-hari sebelumnya--yang mana kalau saya tidak dapat nomor dada saya tidak bisa ikut lari.

Alhamdulillah, saya dapat juga nomor tersebut.

Mekanisme Sidang Sengketa Pileg 2024, MK Bagi 3 Panel Hakim

Setalah ketemu teman-teman dan ikut makan (carbo load) saya memutuskan untuk segera tidur pakai obat tidur untuk meminimalkan efek jet lag dan harus tidur di atas 6 jam. Teman-teman masih latihan otot, saya tidak ikut dan memilih isitirahat saja.

Esok paginya, Minggu, 6 November 2011 waktu setempat, kami bangun jam 4.30 dan bersama rombongan berangkat naik bis, karena jalan ke Staten Island akan segera ditutup. Ikut dalam rombongan ada Dubes RI untuk AS, Dino Patti Jalal.

Sesampai di area start, kami langsung grouping sesuai dengan nomor kita dan ambil posisi terendah dari kelompok tersebut supaya bisa stay in group untuk setidaknya 5 km pertama.

Sebelum masuk area start masing-masing (yang terpisah jauh) kami salat Ied dipimpin Imam Faisal, the famous ground zero imam, khusus untuk rombongan kami. (Thanks to Dino yang telah mengusahakannya).

Jam 10.20 start untuk batch-3 (di sini saya berada) dimulai....

Suasana begitu luar biasa. Sebanyak 47.000 orang start lari bersamaan, disambut sorak sorai penonton dan live band yang antara lain menyanyikan lagu "New York New York".

Suasana jadi lebih seperti pesta rakyat ketimbang sebuah perlombaan.

Saat start saya masih memakai jaket "Wonderful Indonesia" yang kami semua sudah bersepakat untuk kami lemparkan ke area yang disediakan panitia untuk menampung barang-barang yang akan didonasikan.

Angin dingin yang berembus di atas jembatan menembus long pant compression saya dan baju long sleeve yang dilapis beberapa kaos.

Pada 10 km pertama saya sudah merasa catatan waktu saya agak jelek, 1 jam 14 menit. Catatan terbaik saya cuma 56 menit. Saya bisa terus berlari hingga Km 20-an. Jembatan demi jembatan memperberat langkah dan angin dingin menusuk hingga jempol kaki dan membuat susah bergerak.

Tapi, New York Marathon memang luar biasa. Sepanjang jalan ada penonton yang bertepuk tangan menyemangati kami. Di setiap blok ada panggung musik.

Saya begitu terbawa suasana hingga sering saya berlari sambil joget-joget.

Yang lebih mengagumkan lagi, penduduk menyediakan permen, buah, tisu--semua dari kantong mereka sendiri. Luar biasa.

Juga, sangat luar biasa, tidak ada satu pun kalimat negatif yang keluar dari mereka. Selalu isinya adalah dorongan agar kami mampu mencapai garis finish.

Di sekitar Km 20-an saya distop oleh tim medis. Ternyata, saya mimisan cukup hebat meski tidak saya rasakan. Saya pikir semula hanya pilek saja. Saya disuruh berbaring sambil mereka coba menghentikan pendarahan. Itu rasanya menit-menit paling lama dalam hidup saya, karena saya menyaksikan orang terus-menerus lewat dan berlari, sementara saya terbaring.

Tim medis semula melarang saya berlari lagi. Tapi, saya bilang saya sudah mengelilingi 3/4 bola dunia hanya untuk ikut NY Marathon ini, dan ini harus saya selesaikan, tidak peduli meskipun harus pakai merangkak. Ahirnya, petugas bilang dia tidak bertanggung jawab kalau ada apa-apa nanti dan dia tidak mau melihat saya langsung berlari. Saya disuruh berjalan kaki dulu setidaknya sejauh 1 mil.  

Kemudian saya mulai lagi masuk di track.

Karena sempat berhenti, saya jadi struggling antara Km 20-30. Rasanya berat mulai lagi karena badan sempat mendingin. Dingin menggigit, bibir pecah-pecah, kulit pecah, kaki kaku.

Hebatnya, setelah Km 30, saya malah enak lagi berlari meskipun pelan. Saya tetap lari sambil menkmati suasana sepanjang jalan yang luar biasa-- tidak ada rasisme, tidak ada hal-hal negatif, semua aura positif.

Alhamdulillah, saya mencapai areal Central Park, kecepatan lari saya tingkatkan karena saya pikir sudah dekat. Eh, sampai di dalam saya lihat tanda ternyata masih 2 mil lagi. Ampuuuun...

Saya pelankan lagi kecepatan lari...

Setelah tinggal setengah mil lagi ke garis finish, saya lari dengan steady dan memasuki garis finish dengan gagah.

Endorphine rush luar biasa rasanya.

Rasa tersiksa waktu saya harus mengambil tas saya di penitipan panitia. Kaki baru terasa sakit semua.

Kemudian saya jalan ke hotel, dan malamnya kami dinner ramai-ramai. Setelah itu, saya susah tidur karena endorphine rush terus berlangsung.

Keesokan harinya, saat kami jalan, makan, orang semua medorong kami untuk jalan-jalan pakai finisher medal, dan ketemu siapapun di jalan mereka memuji, menyalami, high five. Luar biasa...

Timbul pertanyaan dalam diri, apakah hal yang sama akan terjadi jika diselenggarakan di Jakarta? Atau orang akan malah mencela-cela?

Yang jelas, ini sungguh pengalaman batin dan pencapaian fisik yang luar biasa buat saya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya