Memetik Makna Film "Di Balik 98"

Kerusuhan Mei 98
Sumber :
  • akumassa.org

VIVA.co.id - Tahun 1998 merupakan salah satu momentum besar yang terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Sebuah tragedi terjadi sebagai bentuk dari gejolak sosial dan politik yang saat itu memanas, akhirnya berujung pada runtuhnya rezim orde baru dan masuk babak baru yang dikenal dengan sebutan reformasi.

Lukman Sardi lewat film yang diberi judul Di Balik 98, mampu mengetengahkan kembali peristiwa penting itu dalam layar lebar. Meskipun tidak semua fakta di balik cerita sebenarnya juga ikut diketengahkan dalam film tersebut, paling tidak film ini dapat membuka lagi memori kita apa yang sebenarnya terjadi saat itu sehingga aktivis mahasiswa turun kejalan.

Gerakan yang dimotori oleh kalangan mahasiswa itu bermula dari krisis moneter yang melanda dan merusak sendi-sendi ekonomi termasuk dunia perbankan. Selain itu keresahan pada rezim yang dianggap tidak demokratis dan dinilai kurang bersahabat yang seringĀ  membungkam suara kebenaran.

Kevin Julio dan Jessica Mila Lagi Mabuk Cinta

Untuk itu gerakan aktivis 98 tidak dapat terbendung lagi untuk mendorong terwujudnya reformasi dalam seluruh tatanan bernegara dengan harapan adanya perubahan agar Indonesia menjadi lebih baik. Sungguh mulia cita-cita yang diperjuangkan oleh kalangan ativis mahasiswa saat itu.

Layaknya sebuah peristiwa berdarah, tragedi 98 juga telah menewaskan para aktivis yang berjuang saat itu. Sebagai penghormatan pada mereka yang tewas dalam perjuangan, maka disematkanlah gelar pahlawan reformasi pada mereka yang telah gugur. Lantunan lagu gugur bunga ikut dinyanyikan saat menghantarkan para jenazah pejuang reformasi ke tempat per istirahatan terakhir.

Peristiwa kelam itu sudah lama berakhir, terhitung sudah 17 tahun berlalu. Pertanyaannya adalah, benarkah cita-cita reformasi yang diperjuangakan itu terwujud dengan baik hingga saat ini?

Jika menyimak dinamika tata kelola negara pasca runtuhnya rezim orde baru sepertinya tidak banyak mengalami kemajuan. Korupsi masih marak, keadilan hukum masih layak di pertanyakan, birokrasi masih ada saja yang kurang bersahabat dan dominasi kepentingan partai politik juga sangat tinggi mempengaruhi kebijakan penguasa.

Reza Rahadian Jatuh Hati pada Tiga Wanita Cantik

Pada aspek kebebasan memaknai demokrasi dalam berpendapat dan kebebasan pers memang terlihat adanya kemajuan, malahan sudah jauh kebablasan.

Padahal, tidak sedikit di antara para aktivis yang ikut berjuang saat itu kini berada dalam pusaran politik kekuasaan. Banyak di antara mereka berada dalam jajran eksekutif, jauh lebih banyak lagi yang duduk di kursi parlemen dan masuk dalam struktur partai politik. Masihkan jiwa mereka berkobar menyuarakan keadilan dan keberanaran? Mampukah mereka tetap bersih dari kepentingan-kepentingan kelompok? Dan beranikah mereka mengatakan tidak untuk korupsi?

Untuk itu, marilah semua untuk kembali merefleksi diri dalam rangka meluruskan kembali perjuangan yang pernah disuarakan. Cintailah negeri ini dengan landasan pengabdian, kebersamaan dan perjuangan tanpa akhir untuk membangun Indonesia ke arah yang jauh lebih baik. Jangan sampai kita mewariskan generasi yang selalu salah saat berada dalam lingkaran kekuasaan. Terimakasih

Donk Ghanie

Dua Hari Keluar Rumah Sakit, Reza Rahadian Langsung Kerja
LSF angkat Sensor Mandiri

Sorong Tak Punya Bioskop, Ini Reaksi LSF

LSF akan menekankan sensor mandiri.

img_title
VIVA.co.id
6 April 2016