Jodoh untuk Bisrun (Bagian I)

Ilustrasi Laki-laki
Sumber :
  • http://www.morzing.com

VIVA.co.id - Ramai sekali sorak-sorai anak-anak di lapangan itu, mereka tengah asyik bermain layang-layang. Ya, mereka memang anak-anak yang masih polos, lugu dan tak mengerti tentang hakikat kehidupan ini. Beberapa meter dari lapangan kampung itu, Bisrun tertawa bahagia menyaksikan pemandangan yang memang selalu terjadi setiap sore itu.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Bisrun menertawakan anak-anak usia lima sampai tujuh tahunan yang berusaha mati-matian mencoba menerbangkan layangannya. Kadang ada yang menangis, dan Bisrun segera membantunya untuk mencoba menerbangkan layang-layang tersebut. Sifat kebapakan memang telah tampak pada diri Bisrun. Lalu layang-layang itu pun terbang, si anak yang menangis kembali tertawa setelah Bisrun memberikan benang itu untuk si anak agar leluasa mengemudikan ke mana arah terbang layang-layang itu.

Bisrun, lelaki bergelar sarjana pendidikan yang usianya hampir mencapai angka 33 tahun. Ia guru di sebuah SDN di kampungnya. Ia sebagai guru honorer yang telah mengabdi lebih dari 5 tahun di SDN itu, namun tak kunjung juga ia menjadi PNS atau setidaknya menjadi wakasek atau apalah jabatan yang pantas dengan gelarnya yang sangat berharga itu. Dan satu lagi, sudah setua itu, Bisrun belum juga menikah.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Entahlah, apa gerangan yang membuatnya bertahan membujang, padahal ibunya hampir setiap hari menasihatinya agar lekas menikah. Bahkan, tak jarang ibunya membawakan calon istri untuknya. Entah dari deretan tetangganya, atau bekas muridnya di sekolah yang usianya sudah matang untuk menikah, atau bahkan tak sungkan ibunya menawarkan nama perempuan dari kampung tetangga. Ah, perjuangan yang begitu besar. Namun sayang, Bisrun tak menyambutnya dengan antusias.

“Ibu tak usah repot-repot nyariin Bisrun calon. Kalau sudah waktunya insya Allah pasti Bisrun nikah, Bu,” kata Bisrun pada ibunya.
“Waktu? Kamu bilang jika sudah waktunya? Kapan Bisrun? Usiamu sudah 33 sekarang. Apa kamu akan selamanya membujang? Ibu sudah tua, Bisrun!” timpal ibunya.
Glekk. Menggetarkan sekali kalimat itu. Menghujam ke dasar hati.
“Bisrun sedang kenalan, Bu dengan seorang akhwat. Ibu doakan saja semoga kali ini ada jodoh.”
“Aamiin...” tak ada senyum dari wajah ibunya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Azan magrib berkumandang dari toa masjid kampung itu. Bisrun, sebagai sarjana terbaik di kampungnya, yang juga sebagai seorang guru membuat dia dipandang lebih oleh penduduk di kampung itu meski ia masih bujang. Tak jarang ia ditunjuk untuk menjadi imam pengganti di masjid atau menjadi khotib saat Jum’at dan lebaran, atau yang paling sering adalah memimpin tahlil di kampungnya jika ada yang meninggal.

Meski hanya menjadi serep atau pengganti kyai tapi sungguh suatu amanah yang sangat berat bagi seorang bujang. Tapi, amanah harus tetap dipenuhi selama di kampung itu tak ada yang sanggup untuk memimpin. Tak jarang juga dia mendapat panggilan dari tetangga-tetangganya sebagai ustad. Dan ia cukup disegani meski masih ada juga yang sering membincangkan kesendiriannya hingga seusia itu. Bersambung... (Cerita ini dikirim oleh Rifyal Qurban, Serang-Banten)

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya