Merawat Istana Badak

Badak di pandang rumput (sumber gambar: www.worldwildlife.org)
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Gerbang besi pelan-pelan terbuka. Kendaraan roda empat yang berbaris rapi perlahan mulai bergerak. Salah satunya adalah mobil kami.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Dari kejauhan, aku melihat seekor badak sedang berdiri. Hanya tiga atau empat meter saja jaraknya dari jalan. Ketika jarak kian dekat, jantungku berdegub cepat. Perasaan takjub dan waswas bercampur aduk. Seumur hidup, baru kali itu aku berada amat dekat dengan seekor badak.

Hewan itu hampir sama besar dengan minibus yang kutumpangi. Sesekali kepalanya tolah-toleh; atau ekornya bergoyang ke kiri dan kanan, mengusir serangga nakal yang menyambanginya. Saat letak kami nyaris bersisian, napasku tertahan. Bagaimana kalau tiba-tiba badak itu merasa terusik lalu menyeruduk mobil?

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Dengan bobot beberapa ton dan cula mencuat, hal mudah baginya untuk menjungkalkan sebuah minibus berpenumpang lima orang. Untunglah roda-roda terus mengelinding di jalan berkelok. Badak itu tertinggal di belakang. Akhirnya, dadaku terasa lapang. Itulah sepenggal ingatan ketika beberapa tahun lalu aku berkunjung ke Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor. Momen yang tak terlupakan karena bisa berada begitu dekat dengan mamalia berkulit tebal itu.

Lain waktu, ketika aku berkunjung lagi ke sana, si badak tidak berdiri dekat jalanan, melainkan duduk berteduh di bawah kanopi mirip jamur payung. Ia tengah menikmati segunung rumput hijau pemberian perawat hewan. Si Pemalu yang hobi berkubang di lumpur, ada tiga hal yang menarik perhatikanku ketika melihat seekor badak.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Pertama adalah tubuhnya yang besar, culanya yang mencuat, lalu kulitnya yang tebal. Kulit badak tak penah bersih mulus, tetapi selalu kotor berbalut lumpur. Kadangkala, lumpur yang melekat sampai berkerak tersiram panas matahari. Kalau sudah begitu, kulit badak yang berlipat jadi mirip baju besi para kesatria. Badak memang hobi berkubang di lumpur. Seperti fauna lain yang memiliki hobi serupa, lumpur membantu badak menjaga suhu tubuh, mengusir kutu, dan mencegah serangga hinggap di tubuhnya.

Bagi masyarakat Indonesia, kulit badak yang tebal memunculkan sebuah istilah "muka badak". Istilah itu berkonotasi negatif untuk merujuk seseorang yang tidak tahu malu. Padahal, walaupun kulitnya tebal, badak termasuk hewan yang pemalu. Badak pada umumnya hidup menyendiri (soliter). Ketika musim kawin tiba, barulah mereka membentuk kelompok-kelompok kecil. Badak betina biasanya melahirkan seekor bayi saja. Induk badak menyusui bayinya hingga sang bayi berusia tiga tahun. Secara alami, perkembangbiakan badak relatif lambat. Faktor eksternal seperti perburuan dan perambahan hutan oleh manusia mengakibatkan populasi badak kian merosot.

Kerutan kulit sebagai sidik jari jumlah manusia di bumi terus bertambah. Jumlahnya saat ini lebih dari 7 milyar jiwa. Dari sekian banyaknya penghuni bumi, masing-masing memiliki identitas khas berupa sidik jari. Bagaimana dengan badak? Badak memiliki kerutan kulit di sekitar mata. Kerutan itu memiliki bentuk yang berbeda antara badak satu dengan lainnya. Kerutan itu menjadi semacam "sidik jari" bagi badak.

Di Taman Nasional Ujung Kulon, para ahli menggunakan "sidik jari" itu untuk menghitung badak jawa yang ada di sana. Badak merupakan hewan langka. Di antara jenis-jenis yang ada, badak jawa merupakan jenis yang paling terancam punah. Jumlahnya di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini kurang dari 100 ekor. Bila tidak dilindungi, hewan dengan nama latin Rhinoceros sondaicus itu tinggal kenangan saja.

Rumah yang nyaman untuk Badak, seperti manusia badak juga membutuhkan rumah untuk ditinggali. Rumah buatan seperti Taman Safari Indonesia di Cisarua mungkin nyaman, tetapi tak banyak badak yang tertampung. Oleh karena itu, Taman Nasional yang merupakan habitat asli menjadi rumah paling nyaman bagi badak. Dalam istilah manusia, "rumahku istanaku", atapnya langit dan lantainya bumi.

Di habitat aslinya, alam menyediakan segala kebutuhan Badak. Mulai dari tanaman sumber makanan, sungai untuk minum, pepohonan untuk berteduh, dan genangan untuk berkubang. Namun, penduduk di sekitar kawasan konservasi kerap mengubah rumah badak menjadi lahan perkebunan ilegal. Rumah badak sedikit demi sedikit tergusur. Pihak berwenang dapat melakukan pendekatan hingga langkah tegas agar penduduk di sekitar Taman Nasional berhenti membabat hutan lebih dalam. Rumah badak haruslah menjadi tempat yang aman bagi badak.

Walaupun perburuan badak di Indonesia tak semarak di Afrika Selatan, namun petugas Taman Nasional tak boleh mengendorkan pengawasan. Selain pemburu, pencemaran juga mengancam kelangsungan hidup badak. Dan, semua pihak memikul tanggung jawab untuk menjaga lingkungan di sekitar Taman Nasional. Hal sederhana seperti membuang sampah plastik pada tempatnya merupakan bentuk kesadaran wisatawan akan tanggung jawab tersebut.

Sulit membayangkan andai kelak anak cucuku mengenal rupa badak dari gambar belaka. Mereka sekadar tahu bahwa di bumi Indonesia pernah hidup mamalia bercula bernama Badak. Jika ada satu hal yang bisa aku lakukan untuk menjaga kelestarian badak, adalah dengan menjaga tanganku agar tidak merusak habitatnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya