Mendeteksi Jejak Cula Baja

Badak Jawa
Sumber :

VIVA.co.id - Siapa tak mengenal binatang badak, hewan bercula satu yang ada di Indonesia. Populasinya kini mulai menyusut, sudah selayaknya menjadi tugas pihak terkait memberi perhatian berlebih. Wilayah Ujung Kulon yang menjadi habitat badak bercula ini, diperkirakan menampung hanya sekitar 50 individu badak. Dengan populasi yang relatif stagnan, perlu upaya lebih menyelamatkan demi keberlangsungannya.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Tindakan preventif yang dilakukan adalah mempertahankan habitat yang masih  bertahan agar terhindar dari ancaman penyakit dan atau bencana alam. Mengingat posisi Taman wisata Ujung Kulon, berada sekitar 50 km dari anak Gunung Krakatau sepatutnya diwaspadai. Apalagi Gunung Krakatau masih dalam kondisi aktif, masuk dalam kategori gunung vulkanik (berapi).

Konon letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, sempat menggeser lokasi habitat badak dari gunung berpindah ke perbukitan di bawahnya. Untuk menghindari hal serupa terulang, tak ada salahnya dipikrkan jalan keluarnya. Perlu dibuatkan habitat alternatif yang mendukung, menjadi satu solusi yang digagas para ahli. Beberapa tempat yang dinilai layak adalah Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun-Salak dan Cagar Alam Sancang, dan Cikepuh. Keadaan lokasi yang direkomendasi memiliki ciri-ciri habitat yang mirip dengan habitat saat ini

Antara Badak, Masyarakat dan Kearifan Lokal

Ujung kulon sendiri sejak tahun 1992, ditetapkan sebagai Taman Nasional. Pada tahun yang sama ditetapkan oleh Unesco, sebagai situs warisan alam dunia yang harus dijaga kelestariannya.

Konsep pariwisata yang diterapkan Ekowisata, yaitu konsep pariwisata yang berbasis konservasi. Binatang bercula satu ini rupanya masih dipadang dengan kacamata lain oleh masyarakat daerah sekitar Ujung Kulon. Sulitnya menemui langsung membuat sebuah kesimpulan bahwa hewan ini bisa dijumpai dengan sebuah ritual. Masyarakat percaya dengan sebuah stigma, keberadaan badak sebanding dengan keberadaan alam.

Dari para leluhur disebarkan sebuah kearifan lokal, kalau badak dirusak maka alam pun juga rusak. Badak disejajarkan dengan putri (pagar alam/pagar utama), sehingga masyarakat lokal ingin hidup berdampingan. Berjumpa dengan badak dianggap sebagai keberuntungan, sebagian masyarakat menggunakan media ritual sesajen untuk bisa melihat badak.

Terlepas dari klenik yang berkembang, saya mencoba berpikir logis. Badak ternyata sanggup mendeteksi keberadaan sebuah objek asing (baca: manusia) dalam jarak 2 Kilometer. Selain itu minimnya populasi badak, menjadi alasan binatang ini susah ditemui. Bau badan manusia ternyata berbeda dengan alam, sehingga indera penciuman badak bisa mengendus benda asing.

Siapa sangka kondisi yang ada menumbuhkan daya kreatif, sebagian masyarakat tergerak membuat souvenir Badak Kulon. Sehingga kalau wisatawan tidak beruntung menemui badak yang asli, setidaknya bisa menjumpai meski melalui souvenirnya.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Dampak positif yang diperoleh adalah memberdayakan masyarakat sekitar serta menggerakkan sektor perekonomian. Manusia memang mahkluk luar biasa, bisa mengambil manfaat dari setiap situasi.

Namun, masih ada strategi yang bisa diaplikasikan bagi yang bersikeras mengetahui keberadaan badak. Adalah menghindari kegiatan mandi. Konon dengan tidak mandi, maka bau badan manusia bisa dimanipulasi dengan bau alam.

Upaya team monitoring Badak Jawa tak kehilangan akal dengan cara memasang kamera video di beberapa titik. Hal ini sangat berguna untuk mendeteksi keberadaan, sekaligus memantau jumlah Badak Jawa yang masih ada. Kegiatan ini sangat bermanfaat, sebagai cara memantau pertumbuhan dan atau eksistensi badak.

Rumah Badak yang Sesungguhnya.

Sudah menjadi tugas kita semua untuk peduli dengan keberadaan binatang bercula satu ini. Bahkan binatang yang sudah langka ini ternyata bisa menjadi identitas bangsa di kancah international. Karena badak bercula satu memang habitatnya hanya ada di Indonesia. Sampai-sampai binatang berkulit tebal ini sering disebut dengan nama Badak Jawa.

Rumah badak yang nyaman adalah habitatnya yang asli. Memindahkan pada tempat lain yang bukan habitatnya  tak ubah seperti mencerabut akar pohon dari tanah.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Badak akan nyaman berada dikubangan, dan mengambil dedaunan dari alam. Maka menjaga konservasi alam dan hutan, sejatinya memberi rumah yang nyaman pada badak. Jadi, jangan menebang pohon (illegal loging) dan menggunduli hutan demi kepentingan sesaat. Semua tindakan perusakan alam tersebut, hakikatnya adalah merusak habitat badak. (Cerita ini dikirim oleh Agung Han)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya