Lestari Hutanku, Lestari Badakku, Lestari Indonesiaku

Sungai Cigenter merupakan sungai yang terdapat dalam Pulau Handeuleum, sebuah pulau kecil di gugusan Pulau Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber :
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Indonesia memiliki hamparan hutan yang luas. Dengan luas hutan Indonesia sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia (data: Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012) , hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia yang sangat penting peranannya bagi kehidupan isi bumi. Selain dari luasan, hutan Indonesia juga menyimpan kekayaan hayati. Berbagai flora dan fauna endemik hadir di hutan Indonesia menjadi kekayaan Indonesia dan dunia.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies endemik daerah ini. Sebagian besar dari spesies-spesies ini terancam keberadaannya dan hampir punah. Salah satu spesies yang terancam jumlah populasinya adalah Badak Jawa dan Badak Sumatera.
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong


Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang ada di ambang kepunahan. Dengan hanya sekitar 50 ekor individu di alam liar, spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi Badak Jawa. Populasi Badak Jawa di Vietnam telah dinyatakan punah. Dengan ciri-ciri cula kecil dengan panjang sekitar 25 cm untuk badak jantan sementara badak betina hanya memiliki cula kecil atau tidak sama sekali.


Berat badan antara 900 – 2.300 kg, dengan panjang badan 2–4 meter dan tinggi 1.7 meter. Berwarna abu-abu dengan tekstur kulit yang tidak rata dan berbintik. Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sementara betina pada usia 5 sampai 7 tahun dengan masa mengandung selama 15 – 16 bulan. Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun dan ranting. Badak Jawa pernah hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat, di antaranya berada hingga di atas ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 1960-an, diperkirakan sekitar 20 s/d 30 ekor badak saja tersisa di TN Ujung Kulon.


Badak Sumatera adalah satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Badak Barat Sumatera (Dicerorhinussumatrensis sumatrensis) masih ada sekitar 200 ekor. Badak Sumatera juga dikenal memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies badak di dunia, sehingga sering disebut hairy rhino (badak berambut). Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan, sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya. Saat anak Badak Sumatera lahir hingga remaja biasanya kulitnya ditutupi oleh rambut yang lebat berwarna coklat kemerahan.


Bersamaan dengan bertambahnya usia satwa ini, rambut yang menutupi kulitnya semakin jarang dan berubah kehitaman. Panjang tubuh satwa dewasa berkisar antara 2-3 meter dengan tinggi 1 - 1,5 meter. Berat badan diperkirakan berkisar antara 600-950 kg. Habitat Badak Sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit kayu.


Badak yang berada di Indonesia semakin menurun populasinya, dikarenakan beberapa ancaman yang mengancam kematian badak di antaranya berkurangnya keragaman genetis populasi badak yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis, degradasi dan hilangnya habitat. Hal ini dapat memperlemah kemampuan spesies ini dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana alam (erupsi gunung berapi dan gempa). Ancaman lain bagi populasi badak adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat langsung pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial mulai bermunculan di sekitar dan di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup. Dan satu lagi yang mengancam kepunahan badak adalah banyaknya pemburu badak yang semakin meningkat.


Beberapa langkah yang harus kita dilakukan dalam usaha pelestarian badak di antaranya memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya kelestarian badak untuk tetap hidup di habitatnya. Sehingga, mereka tidak lagi mengusik keberadaan mereka dan menjaga badak tersebut untuk tetap hidup di habitat aslinya. Mendukung setiap aktivitas pelestarian badak yang dilakukan oleh lembaga pelestarian lingkungan, contohnya seperti Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Caranya dengan membantu kampanye serta memberikan dukungan finansial dan moral. Membuat tempat penangkaran bagi badak agar bisa berkembang biak untuk selanjutnya melepas mereka ke alam bebas agar bisa hidup secara alamiah. Tidak melakukan perburuan badak dan melaporkan setiap aktivitas perburuan binatang langka tersebut kepada pihak berwajib dan dihukum secara tegas.


Mari kita jadikan momentum Peringatan Hari Badak Internasional 2015 untuk menposisikan hutan sebagai habitat utama yang baik untuk kehidupan populasi badak. Saya  mengajak semua pihak dari pemerintah, masyarakat, pengusaha swasta dan lembaga-lembaga lain untuk berpartisipasi menjaga, melindungi, dan melestarikan badak secara berkelanjutan.
(Cerita ini dikirim oleh: Mulkas Hadi Sumantri – Tangerang)


(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya