Rumah Badak Jawa, Rumah Kita

Sumber : www.lensaindonesia.com
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Kabar gembira disampaikan oleh Moh. Haryono, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon saat peringatan Hari Badak Internasional (22/9), bahwa total ada 9 ekor anak Badak Jawa yang lahir hingga bulan September 2015 ini.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Hal ini berarti total populasi Badak Jawa yang berada di TN Ujung Kulon kini berjumlah 60 ekor. Laju pertumbuhan populasi dinilai lambat karena jumlah badak jantan dan badak betina yang kurang seimbang. Idealnya, rasio jumlah badak jantan dan betina yaitu 1:4.

Badak Jawa merupakan satwa langka yang berada di ambang kepunahan. Spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) oleh Persatuan Konservasi Alam Internasional IUCN. Berita kelahiran anak-anak Badak Jawa ini tentu saja memberikan secuil harapan baru. Perlu berbagai upaya tambahan guna menyediakan habitat yang ideal bagi keberlangsungan hidup Badak Jawa di Indonesia.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Keterlibatan kita sebagai masyarakat Indonesia dalam menjaga habitat (rumah) Badak Jawa berarti kita juga sedang menjaga rumah (habitat) kita sendiri.

Lho, apa hubungannya? Badak Jawa sebagai hewan mamalia pemakan tumbuhan memiliki kebiasaan unik. Ia gemar berkubang di dalam lumpur untuk menurunkan suhu tubuhnya akibat udara panas. Ia bisa menghabiskan 1-3 jam berendam dalam lumpur, sebelum akhirnya ia melanjutkan perjalanannya kembali.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Biasanya, ia membanjiri kubangan lumpurnya dengan air seni lalu mengaduk-aduknya. Saat ia hendak melanjutkan perjalanannya, ia menandai area teritorialnya dengan cara menggesek-gesekkan badannya yang penuh lumpur dan beraroma kuat itu ke batang pohon supaya parasit yang menempel di kulitnya terlepas.

Saat badannya bergesekkan dengan batang pohon, beberapa benih vegetasi di sekitar tempat itu ada kalanya ikut menempel di kulitnya yang lengket.

Saat Badak Jawa melanjutkan perjalanannya, benih-benih tumbuhan tersebut ada yang terjatuh di tanah atau terbawa angin hingga berkilo-kilo meter jauhnya, lalu berkembang biak di sana. Dengan demikian, Badak Jawa menjaga kelestarian aneka tumbuhan di hamparan hutan yang luas.

Aneka tumbuhan yang tetap lestari berfungsi menyediakan kebutuhan oksigen yang cukup bagi kelangsungan hidup manusia. Berbeda dengan manusia yang hanya bisa menghembuskan gas karbondioksida, namun tidak mampu memanfaatkannya kembali. Tumbuhan mampu memanfaatkan gas karbondioksida untuk proses fotosintesis.

Apabila jumlah tumbuhan semakin menipis, sedangkan populasi manusia penghembus gas karbondioksida semakin banyak, maka kadar gas karbondioksida di udara pun meningkat akibat kurangnya populasi tumbuhan yang seharusnya mereduksi gas tersebut. Jika jumlah gas karbondioksida kian meningkat dari tahun ke tahun, maka kita hanya bisa mewariskan udara kotor bagi anak-cucu kita kelak.

Badak Jawa, yang secara alamiah membantu kelestarian tumbuhan, perlu dijaga habitatnya, supaya rumah kita di bumi pun terjaga kelangsungan hidupnya. Saat ini TN Ujung Kulon merupakan satu-satunya habitat Badak Jawa yang tersisa. Berikut ini beberapa strategi untuk menjaga kenyamanan rumah Badak Jawa:

1. Ruang gerak yang luas.

Saat ini Badak Jawa hidup berdampingan dengan Banteng. Hal ini bisa menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup Badak Jawa karena dengan meningkatnya jumlah populasi, maka kemungkinan akan terjadi kompetisi di kemudian hari. Perlu ruang gerak yang lebih luas dan pengaturan ruang gerak yang memadai antara Banteng dan Badak Jawa.

2. Pengaturan lokasi vegetasi.

Adanya invasi tumbuhan seperti Arenga spp dapat menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup Badak Jawa di TN Ujung Kulon, karena tumbuhan ini menghalangi jatuhnya sinar matahari ke lantai hutan. Hal ini mengakibatkan tanaman pakan Badak Jawa terhambat pertumbuhannya. Perlu pengawasan yang teratur untuk mengendalikan pertumbuhan vegetasi tertentu sehingga kebutuhan makanan Badak Jawa dapat tumbuh dengan baik.

3. Monitoring dan riset.

Meski sejak tahun 1990 tidak pernah ada laporan tentang perburuan liar, namun kerjasama yang sinergis antara Balai Taman Nasional, Unit Perlindungan dan Monitoring Badak (Rhino Monitoring and Protection Unit / RMPU), dan Patroli Pesisir (Coastal Patrol) perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan secara berkesinambungan sesuai dengan kondisi yang berkembang di lapangan.

4. Perencanaan Relokasi.

Lokasi TN Ujung Kulon yang berdekatan dengan Gunung Anak Krakatau dapat juga menjadi ancaman yang serius. Kemungkinan terjadi bencana alam (tsunami atau letusan gunung berapi) sulit diprediksi dan bisa terjadi kapan saja. Perlu dilakukan riset untuk menemukan lokasi yang memadai. Berdasarkan keterangan dari

Tidak semua masyarakat bisa mendapatkan kesempatan untuk mengambil bagian dalam melakukukan keempat strategi di atas. Bagi masyarakat awam, kita pun masih bisa mendukung dalam menjaga habitat Badak Jawa. Caranya yaitu dengan mengadopsi Badak Jawa lewat program RhinoCare yang dipelopori oleh WWF dan meneruskan cerita ini kepada orang-orang yang anda kenal.

Mari kita jaga rumah kita di bumi ini dengan cara ikut melestarikan rumah Badak Jawa di negeri Indonesia tercinta. (Cerita ini dikirim oleh: Martheressa)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya