Rumah yang Nyaman, Hak Asasi Badak yang Harus Dikembalikan

Badak Sumatera, sumber: wwf.or.id
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Coba kita bayangkan, saat kita sedang bersantai di rumah, tiba-tiba segerombolan tamu tak diundang datang. Mereka melakukan hal-hal yang menjengkelkan, buah-buahan segar, stok daging dan sayuran untuk makan seminggu yang kita simpan di kulkas ludes dimakan.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Sofa untuk duduk rusak, bantal-bantalnya robek, bulu-bulunya berhamburan. Air di bak kamar mandi yang selalu bersih kini kotor, puluhan mainan plastik melayang di permukaannya. Kita lihat ke taman, oh tidak! Bunga-bunga yang kita tanam tercabut dari tempatnya. Apa yang kita rasakan, kesal? Pastinya, ingin marah? Pastinya. Merasa tamu-tamu itu tak menghargai kita sebagai tuan rumah? Jawabannya, ya.

Sampai tamu-tamu tak diundang itu pulang dan kita bisa membereskan rumah, saat itu kita baru bisa merasa lega kembali dan nyaman tinggal di rumah sendiri.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Badak-badak itu si pemilik rumah, bersama hewan-hewan hutan lainnya. Secara alami alam menyediakan stok makanan yang cukup untuk mereka semua, buah-buahan yang ranum matang dari pohonnya siap dilahap badak saat malam hari.

Pucuk-pucuk daun yang hijau yang akan tumbuh lagi jika si badak memakannya. Kubangan lumpur yang bersih jauh dari polutan menjadi tempat si badak bersantai, berjam-jam berendam lumpur yang bermanfaat untuk menyesuaikan suhu tubuh dan menghilangkan parasit-parasit bandel yang menempeli tubuhnya.

KKN 136 UMM Adakan Penyuluhan Pemanfaatan Serbuk Kayu

Pohon-pohon tumbuh subur, membentuk kanopi, tempat yang nyaman bagi badak karena mereka tidak senang dengan lokasi yang terbuka. Tamu tak diundang itu, segerombol manusia tak bertanggung jawab. Keseimbangan alam diganggu demi kepentingan mereka.

Pohon-pohon ditebang serampangan, buah-buahan tak lagi tumbuh sebaik dahulu, lokasi jelajah badak-badak yang dulu bisa mencapai 30 km kini menjadi sangat terbatas. Sungai-sungai dicemari, kini kubangan tempat mereka berendam menjadi kotor atau bahkan mengering karena banyak manusia yang menebang hutan di hulu.

Kalau dulu lawan sang badak adalah hewan yang mengganggu teritori berendamnya kini mereka harus berhadapan dengan senapan yang mematikan.

Cula dan tubuh mereka menjadi incaran untuk diperjualbelikan. Alhasil, kini jumlah badak menjadi amat sedikit, Badak Jawa kemungkinan jumlahnya tak lebih dari 60 ekor, dan Badak Sumatera jumlahnya tak lebih dari 100 ekor. Sedikitnya jumlah badak saat ini menimbulkan ancaman genetik. Jumlah populasi yang kecil mengakibatkan keanekaragaman genetik menurun, alhasil kemampuan badak-badak menghadapi penyakit dan bencana alam menjadi melemah.

Populasi kecil lebih rentan pada sejumlah efek genetik yang merugikan, misalnya penurunan keragaman karena efek inbreeding serta terfiksasinya beberapa alela tertentu dalam populasi sehingga hewan tersebut menjadi monomorf dan mengalami penurunan kemampuan berevolusi atau adaptasinya pada lingkungan yang berubah.

Selain berkurangnya populasi, faktor lain adalah terjadinya fragmentasi suatu habitat yang akan mendorong putusnya aliran gen (gen flow) dan meningkatnya genetic drift dan inbreeding (kawin silang dalam) antar populasi.

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016