Badak, Tak Kenal Maka Tak Sayang

Ujung Kulon
Sumber :

VIVA.co.id - “Tak kenal maka tak sayang". Mendengar ungkapan tersebut tak hanya sekali dua kali, hampir setiap jenjang pendidikan telinga selalu dimanjakan oleh ungkapan tersebut, baik bangku sekolah hingga kuliahan. Tak jarang, kita mendengar kata tersebut terucap oleh para pengajar dengan materi yang siap untuk dijajakan. Proses yang berulang-ulang, hingga dengan sendirinya tertanam sebagai sebuah pedoman awal mula yang menjembatani segala hal.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Semisal membahas badak, sebagai warga negara yang disahkan oleh KTP berkewarganegaraan Indonesia, berucap tak tahu menahu akan satwa dengan nama lain Rhinoceros, tentu sangat dipertanyakan wawasannya tentang ikon salah satu kota di Indonesia tersebut. Benar saja, semua tahu lebih jauh, bahkan karakteristik badak dengan badan yang besar, bobot lebih dari satu ton lengkap dangan 1 atau 2 cula di bagian dahi berada di luar pikiran.

Sebuah kehormatan besar bagi kita sebagai tuan rumah di mana 2 (Badak Jawa & Sumatra) di antara 5 spesies badak yang ada di dunia, hidup di bumi nusantara. Indonesia sendiri adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki populasi tersisa Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) sebanyak sekitar  50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon. Populasi Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) juga dalam kondisi yang tidak kalah kritisnya. Saat ini diperkirakan hanya sekitar 200 individu Badak Sumatera yang tersebar di Sumatera bagian utara dan selatan.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Mengenali Badak tak cukup hanya dengan pergi ke kebun binatang terdekat dengan membaca selembar kisah di depan kandang berukuran sempit. Rasanya malu sebagai orang Indonesia sendiri tak dapat melihat langsung bagaimana Badak tumbuh dan berkembang di habitatnya sendiri. Kondisi ini semakin miris ketika 10 orang dari teman sepermainan, dilontarkan pertanyaan yang sama “apakah pernah melihat langsung badak tumbuh dan berkembang di habitatnya?” jawaban yang didapat hanya membuat geram, “Tidak pernahlah, untuk apa lihat badak, mending liat komodo.”

Melalui hal tersebut kita dapat menarik sebuah kesimpulan, badak hanya sebatas ikon tanpa makna dengan kondisi yang terancam punah. Pantas saja perburuan liar serta konversi lahan yang membuat populasi badak dari tahun ke tahun menurun, sedangkan kita hanya dapat berucap kesedihan tanpa bisa berbuat lebih jauh. Justru kita saat ini hanya dapat mengkambing hitamkan pemerintah atas kepunahan aset yang seharusnya menjadi daya tarik Indonesia di mata dunia internasional.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Pemerintah boro-boro melakukan agenda pencegahan, tampaknya agenda akan jabatan yang menjelang punah beberapa tahun ke depan lebih menarik untuk dipertahankan dibanding bersuara akan hajat hidup badak. Menyalahkan pemerintah saja tak cukup, butuh dukungan dari semua elemen masyarakat baik pemerhati badak maupun lainnya. Sehingga bersama-sama merapatkan barisan beraksi dan bersuara agar permasalahan vital seperti ini menjadi fokus bersama-sama. Berikut langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan demi keberlangsungan hidup badak:


Tentang Rumah

Tentang rumahku
Tak kan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati, akarnya tertancap di poros bumi.

Selayaknya manusia hidup membutuhkan kenyamanan, keamanan, serta kebahagiaan dengan membangun rumah. Maka jelas badak pun membutuhkan hal yang sama untuk bertahan hidup, di era kekinian bukan lagi perburuan yang perlu ditakutkan. Ancaman alih fungsi lahan oleh kapitalisme global yang tanpa pikir panjang meratakan hutan menjadi tambang emas buat mereka, sehingga otomatis kenyamanan dan keamanan bagi badak akan terganggu.

Ketersediaan makanan bagi badak akan menipis, kubangan-kubangan tempat mereka banyak menghabiskan waktu bersantai tak lagi terlihat, serta wabah penyakit serta ancaman bencana alam menjadi hal yang harus dipikirkan matang-matang ketika wacana pemerintah ingin menciptakan habitat kedua bagi badak.

Harus dipikir secara matang, menciptakan hutan rimbun dipenuhi pohon dan semak perdu yang rapat, cukup makanan, cukup air, serta tempat berteduh tentu bukan masalah, hal yang akan menjadi masalah di kemudian hari adalah ketika gemercik dolar kapitalisme mengalir membutakan nurani hingga hutan kembali beralih fungsi dan kembali terancam kembali.

Kampanye Kreatif

Api menyala tentunya membutuhkan pemantik. Sama halnya dengan semangat membutuhkan pemantik pula. Kepedulian tak hanya cukup terdengar oleh satu suara saja, butuh lebih dari sekadar kata-kata untuk dapat merangkum suara-suara lainnya. Dalam artian sudah saatnya permasalahan populasi badak yang terancam punah kembali diangkat ke permukaan.

Perlu digarisbawahi problema ini bukanlah fokus utama pemerintah, rasanya kenaikan dolar menyentuh angka Rp14.500 masih terlihat seksi dibahas lagi dan lagi. Oleh karena itu sebuah kampanye kreatif harus digalakkan kembali, apalagi mengetahui sekarang ini era di mana akses informasi begitu mudah didapat walau hanya via smartphone murah.

Apapun bentuk kegiatannya baik dalam dengan nyanyian, mural, ataupun desain poster. Selama itu sustainable maka mau tak mau semangat tersebar dengan cepat. Kreatif adalah kuncinya, apalagi kaum muda dengan embel-embel agen perubahan tentunya memiliki cara tersendiri dalam menyebarkan semangat. Paling tidak jika tak dapat mempengaruhi orang lain, maka sebarlah semangat tersebut kepada lingkup keluarga kecil kita. Semakin banyak yang peduli, semakin banyak yang akan bergerak secara bersama-sama mengusahakan habitat yang layak bagi badak berkembang.

Edukasi

Memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar daerah konservasi ataupun seluruh elemen masyarakat Indonesia sangatlah penting. Tanpa mengenal badak terlebih dahulu maka tentu kepedulian tak dapat dipupuk.

Edukasi bisa berupa mendorong pengenalan satwa yang ada di Indonesia khususnya badak agar masuk dalam kurikulum sekolah baik jenjang SD hingga perkuliahan. Akan lucu rasanya berbicara peduli tanpa mengetahui seluk-beluk yang akan diperjuangkan.

Edukasi bisa berupa rangkuman apa saja, seperti risiko dan ancaman wabah penyakit. Hasil observasi terhadap pola perilaku badak dapat memberikan informasi mengenai interaksi badak dengan lingkungan sekitarnya, data-data fisiologis (misalnya tingkat respirasi) yang mengindikasikan tingkat stress dan kondisi tiap individu badak. Tentunya dengan itu semua, nantinya  tak hanya segelintir orang saja yang paham mengenai badak serta lingkungannya, baik saya, kamu ataupun kalian bisa menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan badak.

Mengawal Kebijakan

Kelangsungan hidup badak akan tejamin bila segala bentuk kebijakan yang mengatas namakan hewan bercula tersebut dikawal secara bersama. Jika terjadi hal yang tak diinginkan maka dengan cara mencari solusi yang tepat lainnya sebagai langkah pencegahan.

Penting untuk diketahui, segala bentuk kebijakan yang keluar dari pemerintah tak selamanya seindah point-point yang terangkum, berbicara pelaksanaan nantinya akan banyak hal yang jauh dari kata sempurna.

Semisal apa yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.” Nyatanya? setuju atau tidaknya, silakan nurani yang bicara.

Beberapa aspek di atas tentunya saling berkaitan, mudah saja berimajinasi akan rumah yang layak bagi badak. Tetapi tanpa aspek-aspek yang mendukung, hal tersebut untuk terwujud tentu sukar rasanya. Terakhir, Stop talk too much, just give them hope. (Cerita ini dikirim oleh: Detha Arya Tifada – Jakarta)

(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya