Kami adalah Sahabat Manusia

Badak dan anaknya
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Namaku Rhinocerus Sondaicus, atau yang biasa manusia kenal dengan Badak Jawa. Kulitku berwarna abu-abu, sedikit berbulu dan berlipat-lipat di bagian kaki dan sekitar leher. Meskipun sekilas tubuh kami semua tidak menarik tapi jenis kami memiliki cula di dekat hidung kami. Cula berukuran sekitar 20 cm ini selalu diburu para manusia.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Terakhir yang kudengar manusia memanfaatkan cula kami untuk dijadikan obat yang ampuh untuk beberapa jenis penyakit yang diderita oleh manusia. Akibatnya, populasi kami sedikit demi sedikit berkurang hingga sekarang jenis Rhinocerus Sondaicus, hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon ini.

Ibuku sudah tewas oleh pemburu liar beberapa tahun yang lalu, sebelumnya ibu sempat bercerita mengenai salah satu spesies yang dengan kejam memburu kami semua, manusia. Ibu bercerita bahwa manusia kejam karena hanya demi mendapatkan cula kami yang berharga sehingga memburu kami semua. Walau selama beberapa dekade ini, pemimpin manusia memberi kami tempat di Taman Nasional ini, tapi sempat telantar dan tidak terurus beberapa tahun.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Populasi kami semakin menyusut hingga pertengahan tahun ini hanya sekitar 57 jenis kami. Itupun setelah melalui pasang surut pertumbuhan beberapa tahun sebelumnya. Aku sangat gembira dengan kelahiran empat ekor jenis kami. Bersyukur bisa melihat dengan keluarga baru, walau jumlah kami menyusut. Oleh karena bertahun-tahun telah diburulah kami merasa trauma terhadap manusia. Tiap kali kami merasakan manusia mendekat, secara naluri kami bergegas meninggalkan tempat itu. Walaupun aku ingat, beberapa manusia yang mendekat itu tidaklah mengejar kami. Namun hanya melihat-lihat kubangan kesukaan kami.

Mungkinkah manusia juga menyukai kubangan? Ya, aku dengan senang hati akan berbagi jika itu bisa membuat mereka berhenti memburu kami. Kubangan merupakan hal yang berharga bagi kami. Itu membantu kami mendinginkan tubuh. Kami bisa dua sampai tiga kali sehari dalam kubangan. Walau kuakui kami malas sekali membuat kubangan. Biasanya, kami hanya mengambil kubangan yang ditinggal hewan lain dan memperbesarnya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Akhir-akhir ini, makanan kami sangat sulit diperoleh, kami hanya memakan ranting kecil, tunas dan beberapa dedaunan. Tapi karena beberapa tumbuhan seperti arenga yang menyebar di sekitar habitat kami. Tumbuhan ini tidak sesuai dengan perut kami yang hanya bisa menkonsumsi mineral dan tumbuhan jenis rendah. Invasi langkap arenga mengandung bahan sodium yang tidak sesuai dengan mulut, dan kerongkongan kami bahkan dapat membunuh. Aku sudah mengetahui bahwa ada juga beberapa manusia yang baik meski beberapa keluargaku tetap berpendapat bahwa manusia itu kejam.

Contohnya saat invasi langkap arenga yang tumbuh memenuhi habitat kami hingga menyebabkan kami kekurangan pakan, manusia yang kuketahui berasal dari

Degradasi lahan dan penebangan hutan secara liar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi kami. Hal ini dapat mengurangi luas habitat dan tempat makanan kami sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik. Dan yang kuketahui, bahwa pemimpin manusia mengupayakan agar pertumbuhan populasi kami meningkat dari 1% hingga menjadi 3%. Sebuah program yang bagus, kami sangat menghargai kepedulian manusia.

Kami tidaklah membenci manusia, bahkan kami ingin bersahabat dengan manusia. Jangan salah sangka jika manusia mendekat maka kami pasti lari menjauh. Mungkin kami sendiri yang trauma dan begitu melihat manusia kami teringat dengan saudara-saudara kami yang diburu. Kami hanya melindungi anak-anak kami yang merupakan generasi penerus kami seperti manusia yang melindungi anak-anaknya. Seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya. Kami semua pun begitu. Naluri bertahan kami sangat kuat sehingga selalu menghindar jika merasa terancam. Kami tidak membutuhkan semua perhatian manusia, tetapi hanya sedikit rasa kepedulian dari manusia untuk memperhatikan kami.

Hanya sedikit seperti jangan ada lagi penebangan hutan liar, kami semakin menjerit tiap kali pohon di tempat kami ditebang. Jangan ada lagi perburuan liar yang selalu mengejar-ngejar kami, walau kami telah ditelantarkan sampai beberapa tahun, kami semua tetap berharap pada kepedulian manusia akan pertumbuhan kami. Kami tidak ingin menjadi sekadar dongeng untuk manusia di masa yang akan datang seperti saudara kami Rhinocerus Inermis, yang telah punah.

Berita itu membuat kami kaget dan berusaha mempertahankan generasi kami. Kami tidak ingin menjadi langka, kami hanya ingin tumbuh dengan aman dan tentram. Sebuah rumah yang nyaman bagi kami semua, merasa aman dan bisa tumbuh dengan baik tanpa adanya ancaman dari manusia. Kami berharap kepada manusia dapat menyediakan rasa aman bagi kami. Rasa aman yang dapat menjadi rumah yang nyaman bagi kami. Dan mungkin ke depannya, kami berharap dapat hidup berdampingan dengan manusia sebagai sahabat. Bukan sebagai dongeng untuk anak-anak manusia. Kami adalah sahabat manusia dalam hati kami. (Cerita ini dikirim oleh Rezki Ayu Paradillah - Makassar)

(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya