Mempertahankan Aset Lingkungan

Taman Nasional Ujung Kulon
Sumber :
  • Dok. Ardha Prasetya

VIVA.co.id - Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) bukan hanya aset bagi Indonesia, namun juga aset bagi dunia. Hewan dengan tubuh keras berwarna abu-abu ini tergolong sebagai critically endangered animal atau hewan yang sudah berada di ambang kepunahan.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Populasi badak yang ada saat ini diperkirakan hanya 50 individu dengan Ujung Kulon sebagai habitat satu-satunya bagi hewan ini di Indonesia. Ujung Kulon sendiri merupakan habitat yang memang mendukung daya hidup badak, namun jumlah spesies yang sedikit akibat perburuan badak yang sempat marak terjadi menyebabkan keragaman genetik dari badak sangat rendah, dan mengakibatkan kerentanan badak terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan.

Tingkat perburuan sudah di kontrol sejak tahun 1990-an, sejak ditegakkannya hukum yang efektif oleh otoritas taman nasional. Namun, kenapa badak tetap menjadi hewan yang terancam punah? Jawabannya sama seperti sumber banyaknya masalah lingkungan yang timbul di Indonesia maupun dunia, yaitu tingkah laku manusia.
Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Jumlah manusia yang terus bertambah menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan, tak terkecuali lahan tempat tinggal bagi para hewan berkulit abu-abu itu. Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan penebangan kayu untuk tujuan komersial menyebabkan lahan dan tempat tinggal bagi para badak berkurang. Sedangkan menurut hasil pengamatan ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon hanya dapat mendukung kehidupan 50 ekor badak. Dengan berkurangnya lahan yang tersedia, secara langsung akan berdampak terhadap turunnya jumlah populasi badak di Ujung Kulon. Lalu apa yang dapat dilakukan untuk menjaganya?
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Cara pertama yang dapat dilakukan adalah pembuatan habitat baru bagi para badak, tempat tersebut harus semirip mungkin dengan habitat asli dari badak, untuk menghindari timbulnya penyakit yang malah dapat menyebabkan kematian.

Cara kedua adalah yang paling penting, yaitu mengubah paradigma masyarakat khususnya penduduk Indonesia untuk lebih memikirkan bagaimana nasib dari hewan langka tersebut.  Banyak orang yang masih belum peduli dengan nasib dari badak, tanpa terpikirkan apa akibatnya jika hewan tersebut punah. Tidak akan ada lagi badak, itu jelas. Mungkin kita tidak akan lagi melihat badak, dan bagi beberapa orang itu mungkin sepele karena memang tidak banyak orang yang bisa melihat badak secara langsung. Namun bagi lingkungan, itu merupakan kehilangan besar yang tidak dapat tergantikan.

Hilangnya satu komponen alam dapat merusak keseimbangan yang selama ini berjalan seimbang di alam. Sudah saatnya kita lebih serius memikirkan lingkungan, alih-alih keberlangsungan hidup sendiri. (Cerita ini dikirim oleh Erland Andriano - Sumedang)

(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya