Rumah Kedua untuk Badak Jawa
Rabu, 30 September 2015 - 15:39 WIB
VIVA.co.id - “Lebih baik di sini rumah kita sendiri” . Begitu penggalan lirik lagu Rumah Kita yang dinyanyikan oleh band The Godbless. Namun tampaknya hal ini tidak berlaku untuk badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus). Rumah terakhir dan satu-satunya badak Jawa saat ini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Banten. Berdasarkan pengamatan ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, daya tampung TNUK adalah 50 ekor badak. Saat ini ambang batas itu sudah terlampaui.
Menurut data Balai TNUK pada tahun 2014 terdapat 57 Badak Jawa, lalu pada 2015 bertambah menjadi 60 dengan kelahiran tiga bayi Badak Jawa. Artinya TNUK sudah overpopulated untuk Badak Jawa. Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat rumah Badak Jawa ini menjadi tidak nyaman lagi dan justru membuat mereka stres. Akibatnya pernambahan Badak Jawa terancam berhenti bahkan menurun di tahun-tahun mendatang.
Sebab itu, diperlukan rumah kedua selain TNUK sebagai tempat Badak Jawa berkembang biak. Sebagai informasi, habitat Badak Jawa pada masa lalu hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat di antaranya bahkan berada hingga di atas ketinggian 3,000 meter di atas permukaan laut.
Pernah dilakukan survey untuk rumah kedua yaitu di daerah hutan Baduy, Taman Nasional Halimun–Salak, Cagar Alam Sandang dan Cikepuh. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan apakah wilayah tersebut cocok untuk habitat spesies yang terancam punah ini. Permasalahannya saat ini adalah kondisi-kondisi pergunungan di Jawa Barat maupun daerah lain di pulau Jawa sudah dipenuhi oleh populasi manusia dan kalau pun ada, tempatnya tidaklah terlindungi dan seluas TNUK.
Selain permasalahan overpopulated, rumah baru juga dibutuhkan karena terkosentarasi Badak Jawa yang terkosentrasi hanya pada satu tempat membuat kemampuan spesies ini rentan dalam menghadapi penyakit dan bencana alam seperti gempa, gunung berarti, atau kebakaran hutan. Seperti jargon di dunia pasar modal, jangan letakkan semua telur dalam satu tempat.
Selain itu terjadi degradasi dan hilangnya habitat akibat meningkatkan populasi penduduk dan efek dari pembanngunan serta pengembangan wilayah di sepanjang pantai selatan. Saat ini saja sedang dibangun jalan di sepanjang pesisir pantai selatan Pulau Jawa mulai dari Banten hingga Jawa Timur dengan tujuan untuk pemerataan pembangunan antara wilayah utara dan selatan Pulau Jawa. Hal ini juga mempunyai dampak pada mobilisasi penduduk di sepanjang pantai selatan Banten yang berdekatan dengan TNUK.
Perlu dipertimbangkan juga daerah di luar pulau Jawa. Jangan sampai terjebak dengan kata ‘Jawa’ badak itu sendiri, bahwa badak tersebut hanya dapat hidup di Pulau Jawa. Banyak daerah pergunungan lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua yang masih luas dan terlindungi sehingga cocok untuk badak Jawa berkembang biak.
Penelitian mengenai kecocokan habitat, tersedia suplai makanan, dan keamanan (dari para pemburu atau warga di sekitar) harus segera dilakukan. Carilah daerah yang sama atau semirip mungkin dengan habitat asli Badak Jawa.
Jangan sampai nasib Badak Jawa ini seperti nasib kerabat mereka yaitu sub spesies di Vietnam yang telah dinyatakan punah. Lebih cepat bertindak lebih baik. Namun, perlu perencanaan yang matang untuk rumah kedua ini agar populasi badak Jawa ini terus meningkat. Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan itu sendiri.
(Cerita ini dikirim oleh Herman Wahyudhi, Tangerang)
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)
(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Selain permasalahan overpopulated, rumah baru juga dibutuhkan karena terkosentarasi Badak Jawa yang terkosentrasi hanya pada satu tempat membuat kemampuan spesies ini rentan dalam menghadapi penyakit dan bencana alam seperti gempa, gunung berarti, atau kebakaran hutan. Seperti jargon di dunia pasar modal, jangan letakkan semua telur dalam satu tempat.
