Antara Masa Depanku, Kau, dan Badak.

Ujung Kulon
Sumber :
  • U-Report
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Pada tanggal 22 September diperingati sebagai Hari Badak Internasional. Banyak dari kita bahkan tidak tahu akan hari itu kecuali hari tersebut memiliki arti penting bagi masyarakat dunia dalam rangka pelestarian konservasi badak yang hampir punah. 

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Tidak banyak dari kita sebagai warga negara Indonesia yang pernah melihat badak secara langsung, apalagi tahu tentang kehidupannya, kecuali dari buku cerita atau pelajaran, televisi atau mungkin dari kebun binatang. Badak ternyata hanya ada lima sub-spesies di dunia dan semuanya terancam punah. Dua spesies badak tersebut ada di Indonesia, yaitu Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicherorinus Sumatrensis). 

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Kedua jenis satwa langka ini dilindungi dan dikategorikan dalam status kritis terancam punah oleh lembaga Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Hal ini dikarenakan populasi Badak Jawa hanya tersisa sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) yang sangat rentan terhadap kepunahan, dan Badak Sumatera hanya tinggal sekitar 200 ekor yang tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Bukit Barisan Selatan, dan Waykambas (Lampung).

Badak memiliki panjang tubuhnya antara 3,1 meter sampai 3,2 meter serta tinggi tubuhnya antara 1,4-1,7 meter. Ukuran cula badak ini pada umumnya kurang dari 20 cm. Berat badan badak dewasa dapat berkisar antara 900-2.300 kilogram. 

Badak merupakan binatang yang sifatnya tenang, terkadang berkerumun membentuk grup kecil dan berkubang di lumpur. Badak dewasa tidak mempunyai musuh alami kecuali manusia yang memburunya. Saat manusia terlampau dekat dengan mereka maka dapat menjadi agresif, bahkan menikam dengan giginya di rahang bawah sambil menghujam ke atas dengan kepalanya. 

Badak jarang menggunakan culanya untuk bertarung. Cula badak dipergunakan untuk memindahkan lumpur di dalam kubangannya, menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalur untuk dilewati. Kulit badak sedikit berbulu dan memiliki warna abu-abu atau abu-abu coklat yang membungkus di pundak, punggung dan pantatnya. Kulit badak memiliki pola mosaik alami sehingga membuat seolah-olah badak ini mempunyai perisai. 

Badak adalah hewan herbivora yang memakan berbagai macam tanaman, terutama tunas, ranting, dedaunan muda dan buah yang jatuh. Tanaman yang disukai oleh badak biasanya adalah tanaman yang  tumbuh di tempat yang terkena cahaya matahari seperti semak-semak, bukan pohon besar. 

Karakter seksual badak sulit dipelajari karena mereka jarang dilihat secara langsung dan bahkan tidak ada di kebun binatang. Badak Indonesia tinggal di hutan hujan dataran rendah dengan rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang dilalui oleh banyak sungai, dataran banjir besar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur yang ada di pulau Sumatera dan Kalimantan serta sebagian kecil dari pulau Jawa.

Tanpa kita sadari, habitat badak saat ini sedang terancam. Bahkan merupakan sebuah kebutuhan mendesak dalam rangka mengurangi tekanan terhadap habitat badak di Jawa dan Sumatera untuk segera menetapkan habitat kedua bagi populasi mereka. Hal ini menjadi tugas berat pemerintah yang memerlukan kerjasama dan dukungan para pihak termasuk para pakar, organisasi lembaga lingkungan, dan masyarakat luas. 

Peran mereka diharapkan mendorong efektifitas upaya pencegahan terhadap perburuan dan perdagangan liar terhadap badak dan rusaknya hutan hujan akibat alih fungsi ke perkebunan kelapa sawit serta penebangan hutan dan penegakan hukumnya. Sedihnya lagi, saat ini kita sedang dilanda polusi asap yang menyebar hingga ke negara tetangga yang diperkirakan akibat dari pembakaran luas hutan hujan untuk menanam kelapa sawit. Tidak diragukan lagi, semua hal tersebut akan dapat mempercepat akhir hidup makhluk ini.

Negara kita telah dikenal di dunia sebagai negeri yang makmur dan memiliki keindahan alam. Namun, dalam waktu singkat, semua keindahan tersebut dapat berubah menjadi neraka jika kita sama sekali tidak menjaganya dengan baik, kurangnya pendidikan, ledakan ekonomi yang tidak terencana, rendahnya kesadaran sosial, dan kepercayaan yang salah. 

Untuk itu pemerintah sebagai pihak yang berwenang di Indonesia harus lebih peduli dengan masa depan badak. Hal ini dapat didorong dari keterlibatan lembaga yang peduli bersama masyarakat, institusi pendidikan, tokoh adat dan agama serta praktisi untuk duduk bersama membuat langkah nyata. Salah satu kegiatan nyata tersebut adalah membuat rumah dan habitat badak yang nyaman dan aman.

Pemerintah harus bekerja sama dengan lembaga konservasi dan masyarakat sekitar untuk menjaga, melindungi dan mengelola hutan dengan baik. Pemerintah wajib menempatkan petugas yang menjaga hutan bersama dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan nyata, seperti membangun pos jaga (layaknya pos siskamling) serta mengadakan patroli dan survei untuk memantau badak dari ancaman, seperti segera menghancurkan perangkap atau jerat yang ditemukan, menyelidiki aktivitas ilegal apapun, termasuk perburuan, perambahan, pembalakan liar, dan pembangunan kamp atau rumah tanpa ijin. Petugas juga dapat diberi wewenang untuk membuat penangkapan dan tuntutan hukum bersama kepolisian.

Petugas pemerintah bersama warga harus mendapat pendidikan yang benar dan terarah untuk menjaga dan membuat hutan sebagai kawasan konservasi termasuk membangun base camp untuk area pendidikan bagi wisatawan, terutama pemuda dan pelajar sebagai generasi penerus. 

Petugas bersama warga lokal sekitar harus bekerja sama untuk mengembangkan alternatif praktek pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan lokal yang jauh lebih aman dan menguntungkan, serta mencegah masa depan dari kegiatan illegal, termasuk perambahan hutan yang berakibat rusaknya habitat badak.

Semua bentuk kegiatan dan perlindungan terhadap hutan dan isinya, termasuk hal-hal di atas, wajib dimasukkan ke kurikulum oleh pemerintah sebagai bentuk konservasi hutan dan hewan, termasuk badak yang dilindungi. Pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat yang ada wajib peduli terhadap kelestarian alam, termasuk habitat badak di dalam kegiatan keseharian masyarakatnya untuk mencari nafkah, mengekspor, mempertinggi nilai tambah produk, industri, penggunaan teknologi dan jasa. 

Sebagai warga negara yang baik, kita harus mengutamakan kewajiban moral daripada mementingkan keuntungan pribadi. Hal ini tentunya harus didukung dengan peraturan pemerintah yang dituangkan dalam kebijakan nyata di daerah sehingga spesies langka seperti badak, populasinya dapat dengan normal meningkat serta masyarakat mendapat pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan dari hasil menjaga kelestarian alamnya.

Bentuk penangkaran badak pernah dilakukan untuk badak Jawa dan kali terakhirnya yang kemudian mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia. Akibat dari program panjang dan mahal untuk mengembangbiakan badak di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa dan Sumatera di kebun binatang tak dilakukan kembali karena tidak dapat dipercaya.

Pertimbangan lain adalah mempersiapkan habitat kedua yang baru bagi badak. Mengingat badak Jawa yang hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan akibat oleh serangan penyakit, bencana alam seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, atau gempa bumi. Jika suatu saat terjadi bencana seperti halnya meletus gunung Krakatau, maka akan menghancurkan habitat Badak Jawa, sehingga Indonesia dan dunia akan kehilangan salah satu aset keanekaragaman hayatinya. 

Badak Jawa juga dianggap kurang memiliki ruang jelajah dan sumber makanan akibat invasi langkap, atau Arenga Obtusifolia, yakni sejenis tanaman palem yang menghalangi sinar matahari sehingga tidak dapat menembus bagian bawah hutan serta menghalangi tumbuhnya pakan alami badak, dan kompetisi dengan banteng. 

Penelitian awal dari organisasi internasional WWF Indonesia, mengidentifikasikan bahwa habitat yang cocok, aman dan relatif dekat untuk Badak Jawa adalah di Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat. Lokasi tersebut dulu juga pernah menjadi habitat Badak Jawa. Tidak menutup kemungkinan adanya habitat baru yang lain jika ditemukan maka badak Jawa yang sehat dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru untuk menjamin keamanan populasinya.

Demikian pula halnya dengan badak Sumatera yang memerlukan habitat baru, terkait dengan adanya kebakaran lahan, ekspansi lahan perkebunan, penebangan ilegal dan perburuan yang menjadi polemik dalam pelestarian Badak Sumatera. Data terakhir berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA, 2015) melansir populasi Badak Sumatera diperkirakan tersisa sekitar 100 individu di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas.

Pada tahun 2013, diidentifikasi adanya populasi baru badak di Kalimantan Timur. Hasil temuan keberadaan badak di Kalimantan dapat menjadi harapan baru di tengah prediksi menurunnya angka populasi badak di dunia dan karena sebelumnya dipercaya badak di Kalimantan sudah punah.

Bentuk-bentuk nyata dalam upaya pelestarian badak seperti inilah yang perlu diupayakan. Sebagaimana upaya konservasi badak Sumatera yang dilakukan oleh WWF-Indonesia bekerja sama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), yang meliputi upaya-upaya perlindungan habitat Badak Sumatera, pengelolaan kawasan, pengembangan masyarakat, advokasi dan kebijakan, serta pendidikan dan penyadartahuan. Lembaga-lembaga bentukan masyarakat lain yang peduli kelestarian alam dan satwa diharapkan dapat meniru langkah nyata

WWF-Indonesia dengan sejarah panjangnya dalam upaya konservasi badak. Sejak tahun 1962, WWF-Indonesia sudah mulai bekerja di Ujung Kulon untuk penelitian tentang badak Jawa dan  terlibat dalam upaya peningkatan populasi Badak Jawa, studi populasi dan habitat, serta memfasilitasi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar Ujung Kulon. Nah, kini saatnya kita mengambil bagian dan peran itu juga. Yuk, selamatkan badak Indonesia, sekarang juga! (Cerita ini dikirim oleh Didit A. Irwantoko, Yogyakarta)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya