Surat Terbuka untuk Kalian Manusia

Badak Sumatera
Sumber :
  • Dok. WWF
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Pada tanggal 22 September 2015 lalu diumumkan rumah baru bagi kami yaitu di Kawasan Cikepuh. Rencana awal ada delapan lokasi yang disurvei untuk menjadi wacana rumah baru bagi kami. Saat ini, lokasi tersebut telah mengerucut menjadi dua, yaitu di Cikeusik di Pandeglang yang dikelola Perhutani dan Cikepuh, taman margasatwa yang berada di Sukabumi. 

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Menurut Haryono, Kepala Balai TNUK saat ini, Kawasan Cikepuh akhirnya dipilih sebagai lokasi paling memenuhi syarat sebagai rumah baru Badak Jawa. Kawasan ini disebut memenuhi syarat, karena telah memenuhi berbagai indikator. Di antaranya, wilayah yang berbukit, adanya ketersediaan pakan badak, lokasinya banyak memiliki kubangan air, wilayahnya luas, dan terisolir dari keramaian. 

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Kawasan Cikepuh yang menjadi rumah baru bagi kami sebaiknya dikelola secara modern dan sesuai standar internasional konservasi satwa langka khususnya badak. Sebaiknya pengelolaan habitat baru tersebut adalah sebagai berikut. 

1. Sistem Zonasi
Pengelolaan taman nasional sudah diatur baik berdasarkan ketentuan nasioal maupun ketentuan internasional (IUCN). Pada ketentuan tersebut diatur bahwa pengelolaan kawasan konservasi suatu taman nasional berdasarkan zonasi yang pengelolaannya disesuaikan berdasarkan fungsi sesuai dengan UU RI Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya.

Pembagian zonasi pada TNUK berdasarkan oleh Kep Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam/ PHPA No.172/Kpts/DJ-VI/1991 yang diperbaharui dengan Kep Dirjen PHPA No. 115/Kpts/DJ-VI/1997.

2. Kesesuaian Habitat
Komponen kesesuaian habitat Badak Jawa demi menjaga biodiversitas (keanekaragaman hayati) dari jenis spesies kami ditentukan oleh parameter-parameter (Hommel, 1987) seperti:

a. Aksesibilitas dibuat berdasarkan kriteria mudah didatangi apabila mempunyai ketinggian 0-100 dpl, kriteria sulit didatangi apabila memiliki ketinggian antara 100-500 meter dpl dan kriteria sangat sulit apabila memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dpl.

b. Ketersediaan tumbuhan pakan berupa daun muda yang diperoleh dari tumbuhan dengan vegetasi semak belukar.

c. Ketersediaan air yang ditentukan oleh adanya kriteria jumlah sumber air pada setiap luasan 25 km persegi.

3. Melakukan Pendataan Jumlah Badak secara Periodik
Metode camera trapping yang dilakukan oleh Griffith pada tahun1993 di TNUK. WWF dan mitra kerjanya membantu petugas Balai Taman Nasional memonitor badak melalui kamera trap dan analisis DNA dari sampel kotoran. Sejak pertama kali dimulai pada 2001. Sejak Februari 2011, pengelolaan kamera dan video jebak secara penuh dilakukan oleh Balai Taman Nasional, sementara WWF memfokuskan kegiatanya pada observasi perilaku, pola makan, serta penelitian mengenai resiko dan ancaman wabah penyakit.

Observasi terhadap pola prilaku badak dapat memberikan informasi mengenai interaksi badak dengan lingkungan sekitarnya, data-data fisiologis (misalnya tingkat respirasi) yang mengindikasikan tingkat stress dan kondisi tiap individu badak. Saat ini WWF bekerja dengan Departemen Kehutanan, Balai Taman Nasional dan masyarakat lokal untuk mengkaji kemungkinan pembuatan habitat kedua dan translokasi badak, yang telah diseleksi terlebih dahulu berdasarkan kondisi kesehatan dan fertilitas-nya

4. Kubangan yang Modern

Pengelola rumah baru untuk kami setidaknya membuatkan sejumlah kubangan sesuai dengan jumlah kami. Pembuatan kubangan juga harus memenuhi aspek-aspek seperti tertutup dan kita bisa memanfaatkan kubangan buatan sebagai sarana pembelajaran hidup badak. Untuk mengakomodasi hal tersebut, kubangan harus memiliki suatu teknologi sensor air sehingga saat air didalam kubangan habis setidaknya dapat langsung diisi dengan kran air yang terhubung dengan sensor yang berguna mendeteksi debit air.

Kubangan tidak hanya berfungsi untuk berkubang, melainkan juga berfungsi sebagai tempat mencari minum dan membuang air seni. Pada saat berkubang, biasanya kami akan mengeluarkan air kencing (urine) yang mempunyai bau menyengat yang khas. Air kencing tersebut akan menempel bersama lumpur di tubuh. Perilaku membuang air seni di tempat kubangan ini berfungsi sebagai alat untuk menandai daerah jelajahnya.

Aktivitas berkubang atau mandi bagi kami sangat tergantung sekali pada ketersediaan air di habitatnya, diperlukannya suatu sistem sirkulasi air untuk membuat kubangan lumpur menjadi bisa ditinggali oleh banyak badak. Sistem tersebut nantinya bisa mendeteksi kecukupan air dalam kubangan, sehingga apabila air dalam kubangan kurang debit akan ditambah secara otomatis sesuai kebutuhan.Kubangan harus memenuhi persyaratan mulai jumlah air, PH air, sirkulasi air, dan ukuran kubangan. Memadukan teknologi dalam pembuatan kubangan dapat membantu badak lebih sehat dalam hidup dan berkembang biak sehingga angka hidup dan peningkatan populasi dapat meningkat

Kami Titipkan Asa Kami kepada Kalian

Menurut survei yang dilakukan IUCN pada populasi kami di Indonesia ditetapkan pada level critically endanger. Level ini merupakan dua level sebelum kami benar-benar punah di dunia, level setelahnya yaitu extinct in the wild dan level extinct. Tak heran status ini kami peroleh, karena keberadaan populasi kami yang hanya tersisa 60 ekor untuk spesies badak jawa dan 100 ekor untuk spesies badak sumatera. 

Kami hanya ingin hidup berdampingan dengan kalian tanpa saling mengganggu, demi keseimbangan ekosistem bumi yang kita cintai bersama. Kami tahu hanya sebagian oknum dari kalian yang masih memburu cula dan beberapa bagian lain tubuh kami untuk dijadikan obat.Tapi, kami juga tahu sebagian besar dari kalian masih sangat perduli dengan keberlangsungan hidup kami. Kalian melakukan kampanye dan aksi nyata untuk melindungi kami dan habitat kami. 

Kami sangat mengapresiasi inisiatif dan pemikiran kalian untuk menyediakan rumah baru bagi salah satu spesies kami yaitu badak jawa. Rumah tersebut nantinya akan menjadi habitat baru bagi kami, setelah kalian mempertimbangkan berbagai faktor. Misalnya saja tingkat aksesibilitas, tersedianya pakan yang cukup, ketersediaan air yang cukup, ketersediaan kebutuhan akan mineral dan juga tersedianya cover untuk kami berlindung. 

Kalian menentukan Kawasan Cikepuh menjadi rumah baru kami dengan pertimbangan faktor di atas. Kami berharap pengelolaan rumah baru kami ini dapat dilakukan dengan modern. Pengelolaan kawasan ini harus menggunakan sistem pembagian zonasi yang berstandar internasional. Membentuk kawasan Cikepuh menjadi habitat yang sesuai untuk kami. Ketersediaan kubangan modern dengan sistem sensor debit air yang memadai bagi kami untuk berkubang dan mendinginkan suhu tubuh. 

Teruntuk kalian, kami ucapkan terima kasih. Semoga kami masih bisa hidup berdampingan dengan kalian hingga nanti, mendampingi anak-cucu kalian membesar. Semoga kami bukan hanya sekedar cerita yang kalian dongengkan pada anak-cucu, bahwa dahulu di bumi Indonesia ini pernah diwarnai oleh keberadaan kami, Badak Jawa dan Badak Sumatera.  Kami dan kalian yang menjadi kita, sama mencintai Indonesia dengan keberagaman flora dan faunanya. (Cerita ini dikirim oleh Nolaristi, Bandar Lampung) 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya