Ada Apa dengan "Rimbawan" Indonesia?

Petugas pemadam kebakaran lahan
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA.co.id - Kebakaran hutan yang terjadi hari ini sudah sangat memprihatinkan. Hal yang ditakutkan terjadi sudah, yaitu banyaknya korban ISPA dan ada juga korban yang meninggal. Hal yang paling dikhawatirkan dan
mengerikan adalah ketika hutan sebagai penyedia oksigen gratis diobrak-abrik dan menyebabkan masyarakat membeli tabung oksigen untuk bernafas, walaupun tidak semua menggunakannya, karena harga tabung yang tidak murah.

Kebakaran hutan tahun ini disebut-sebut sebagai kebakaran terparah dalam sejarah, karena diperparah oleh fenomena El-nino. Fenomena ini menyebabkan suhu perairan Indonesia mengalami penurunan sehingga terjadi perubahan peredaran masa udara yang berdampak berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.

Fenomena ini menjadikan wilayah Indonesia kering dan memperpanjang kemarau. Fenomena El-nino menegaskan bahwa perlu kerja keras dalam pemadaman titik kebakaran. Usaha-usaha pemadaman sudah dilakukan oleh pihak terkait, namun usaha tersebut belum menemui kata berhasil karena hari ini asap masih memperangkap nafas saudara kita di Sumatera dan Kalimantan, bahkan negara tetangga.

Terdengar kabar melalui Presiden Jokowi bahwa negara tetangga akan membantu pemadaman dengan memberikan bantuan pemadam berupa pesawat pemadam dengan kapasitas yang lebih besar. Pertanyaanya adalah kebakaran hutan ini sudah menjadi fenomena tahunan, tapi kenapa tidak bisa diantisipasi dan semakin parah?

Bapak Jokowi Alumni Kehutanan?

Sempat menjadi kontroversi tentang "apakah benar Pak Jokowi alumni kehutanan?" Pernyataan ini terlontar karena dalam politik anggaran, sepertinya Pak Jokowi tidak berpihak pada Kementrian LHK karena menurut Ketua Komisi IV DPR Edhie Prabowo, Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya terpaksa menggeser dan mengurangi alokasi anggaran masing-masing Direktorat Jenderal pada tahun 2016 termasuk untuk pembelian pesawat penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, yang tadinya APBN Rp 6.6 triliun pada tahun 2015, menjadi hanya Rp 6.3 triliun pada RAPBN 2016. Hal ini berarti dana untuk pengawasan hutan sebesar Rp 52.500/ha/tahun.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Hal ini sangat bertolak belakang dengan KKP yang dipimpin oleh Ibu Susi yang mendapat alokasi anggaran sebesar Rp10 triliun pada tahun 2015 dan meminta anggaran sebesar Rp30 triliun pada tahun 2016. Tentu kita bertanya "Ada apa dengan rimbawan Indonesia?".

"Ibu Rimbawan" Masih Melahirkan

Jangan khawatir untuk kehabisan lulusan kehutanan. Karena pada kenyataannya masih banyak lulusan kehutanan yang menenteng ijazah untuk melamar, masih banyak calon sarjana kehutanan, masih banyak lahan yang membutuhkan tenaga sarjana kehutanan. Tapi kenapa anggaran malah diciutkan? (Cerita ini dikirim oleh Rifqi R Hidayatullah)

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016