Kebaikan Apa yang Sudah Kamu Berikan?

ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Sore itu kira-kira pukul 17.00 di bulan Ramadhan 1436 H atau bulan Juli tahun 2015 lalu tepatnya. Saya dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah, dari terusan jalan Jakarta menuju daerah Ujungberung, Bandung.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Seperti hari-hari biasa, setiap pulang kerja selalu ditemani arus lalu lintas yang padat. Ketika saya memasuki daerah Arcamanik, saya melewati seorang bapak yang sedang mendorong motornya, tapi tiba-tiba seorang anak muda yang sedang lewat mendekatinya.

Saya pelankan laju motor saya sepelan mungkin dan melihat mereka dari spion kiri. Sepertinya anak muda tersebut menawarkan bantuan kepada si bapak. Mungkin si bapak itu kehabisan bensin, atau ban motornya bocor, atau motornya rusak.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Mungkin juga si bapak dan si pemuda tersebut saling kenal. Saya tidak tahu pasti. Walaupun saya sudah memperlambat laju motor, tapi tetap saja mereka hilang dari pandangan spion kiri saya.

Hari semakin sore dan semakin dekat juga dengan waktu berbuka puasa. Orang-orang berlomba mengejar waktu agar dapat berbuka puasa dengan keluarga di rumah, termasuk saya. Tapi sengebut-ngebutnya saya saat jam pulang kantor di bulan Ramadhan tetap saja tidak bisa lebih dari 30 km/jam. "Ah ya sudahlah, santai saja," pikir saya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Saat itu saya sudah berada di Jalan Cisaranten Kulon. Tiba-tiba dari arah kanan seseorang mendahului saya. Ternyata yang mendahului saya itu adalah si bapak tadi yang motornya sedang didorong oleh si pemuda memakai kakinya atau biasanya orang Bandung menyebutnya "di-setep".

Jadi, di-setep itu mendorong motor mogok atau kehabisan bensin menggunakan kaki kiri si pengendara motor lainnya dari belakang. Biasanya kaki kiri si pengendara belakang menempel ke bagian knalpot motor pengendara yang ada di depannya.

Saya pikir, baik sekali si pemuda ini mengingat jarak dari Arcamanik ke Jalan Cisaranten Kulon tidak dekat, sekitar 3 km. Ditambah lagi dengan banyaknya polisi tidur yang tinggi-tinggi. Pandangan saya tidak lepas dari mereka berdua. Saya ingin tahu si pemuda tersebut membantu si bapak sampai ke mana. Walau lalu lintas padat saya berusaha mengejar mereka tetapi tetap saja mereka kabur dari pandangan saya.

Saya lupakan lagi tentang si bapak dan si pemuda itu. Sampai di perempatan Jalan Rumah Sakit, saya belokkan motor ke pom bensin karena indikator bahan bakar sudah mencapai garis E. Betapa terkejutnya saya, karena orang yang antre di depan saya adalah si pemuda yang menyetep motor si bapak tadi. Saya lihat lebih dekat si pemuda itu, kelihatannya masih mahasiswa. Terlintas wajah adik saya saat itu juga.

Tidak jauh dari saya mengantre, terlihat si bapak yang tadi dibantu oleh si pemuda sedang memarkirkan motornya sambil menunggu. Mungkin si pemuda anaknya, pikir saya. Atau mungkin juga si pemuda dan si bapak saling mengenal. Dengan wajah semringah dan sedikit lelah si bapak menghampiri si pemuda yang motornya sedang diisi bensin sambil berkata,

"Duh, nuhun pisan ya, dek. Kebayang kalau gak ada adek. Rumahnya dekat sini kan? Ini yaa." Belum sempat si pemuda menjawab pertanyaan, si bapak tiba-tiba memberikan uang ke si pemuda, tapi si pemuda menolak. Si bapak tetap memberinya uang, dia selipkan di bagasi motor si pemuda. Si pemuda tampak canggung karena semua orang melihat ke arahnya.

Dengan cepat si bapak kembali ke motornya dan pergi meninggalkan pom bensin. Si pemuda masih terlihat canggung. Apa yang menarik? ternyata di zaman sekarang masih ada orang baik seperti si pemuda itu. Apalagi di jam-jam chaos pulang kerja seperti tadi, karena yang ada di pikiran semua orang adalah dapat berbuka puasa di rumah bersama keluarga.

Saya sedikit menyesal karena kurang peka dengan lingkungan sosial, contohnya seperti tadi. Saya hanya melihat dan melewati si bapak tanpa membantunya. Saya masih ingat raut wajah bahagia si bapak ketika ada yang membantunya. Saya yakin juga bahwa dalam diri si pemuda ada perasaan puas dan bahagia karena telah membantu orang lain, apalagi di bulan Ramadhan ketika setiap apa yang dilakukan akan mendapat pahala.

Bukankah menebar kebaikan itu menyenangkan? Ada rasa kepuasaan tersendiri ketika saling memberikan kebaikan. Jadi, teruslah berbagi kebaikan kepada semua orang. Sudahkah Anda memberikan kebaikan hari ini? (Cerita ini dikirim oleh Windsmiaw - Bandung)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya