Cinta dari Segala Cinta

Ilustrasi cinta atau asmara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andry Daud

VIVA.co.id - Sebutir embun menetes lembut di pipiku saat kuawali hari ini dengan semangat. Jogging di subuh hari sangatlah sejuk dan membuat badanku menggigil, tetapi semangat pagiku telah menghangatkan tubuhku. Rutinitas seperti ini telah kujalani semenjak umurku lima belas tahun hingga sekarang di umurku yang menginjak delapan belas tahun.

Satria, itu nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Aku bersekolah di SMAN 3 Balikpapan, dan sudah dua tahun lamanya aku berada di sekolah tersebut. Aku tinggal berkecukupan bersama kedua orangtuaku. Aku anak tunggal, wajar saja jika aku sangat dimanja walaupun aku kadang merasa resah atas perlakuan mereka kepadaku. Setelah rutinitas yang kujalani di pagi hari, seperti biasa aku bergegas pergi ke sekolah yang sangat membosankan itu.

“Satria!!!” suara teriakan yang tak asing lagi bagiku, dialah sahabatku satu-satunya, Kevin. ”Kenapa bro?”  jawabku sambil tersenyum. ”Tugas-tugas dari Bu Endah sudah kamu kerjakan?” tanya Kevin dengan muka yang agak panik. ”Belum, emang kenapa? Apa dia akan marah atau berubah menjadi monster?” candaku. ”Jangan bercanda, bro. Lihat, anak-anak yang tidak mengerjakan tugasnya akan dijadikan bahan percobaan memanah Bu Endah.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Nah lihat tuh dia, tangannya terkena anak panah.” ujar Kevin dengan tampang yang serius. “Gimana kalau aku dipanah di kepala, terus mati, aduh gawat, nih. Wah aku ada cara untuk mengatasi ini.” pikirku dalam hati. “Satria?”, suara Kevin membuatku tersentak dari lamunan. ”Aku ada cara untuk menghindar kali ini,” ucapku dengan senyuman, sebagai tanda rencanaku pasti berhasil. ”Itu, Bu Endah ke sini,” bisik Kevin. Lalu, aku pun mulai beraksi dengan rencanaku.

Beberapa menit kemudian. “Heh, sadar Satria, jangan begini trus dong!”  terdengar suara Kevin dengan muka yang agak ketakutan. “Hahaha, rasain loh aku kerjain untuk kesalamatan kita dari moster” kataku dalam hati. Aku terus berusaha menahan tawa atas akting pingsan yang kulakukan dan menuduh Kevin menonjokku, akhirnya semua orang berhasil kubuat panik.

”Satria!!!” suara gadis yang tak asing lagi bagiku, yaitu Raisa, pacar yang paling aku sayang begitu pun dia terhadapku. Aku langsung sadar dan berpura-pura sakit. ”Aduh..sakit nih,” ucapku sambil memegang pelipisku yang sengaja kulukai untuk menuduh Kevin, Raisa langsung memelukku tanda khawatirnya dia terhadapku. ”Kamu tak apa-apa kan?” dengan wajahnya yang begitu manis dan cerah menatapku dengan penuh cinta. Aku pun membalas dengan senyuman menandakan bahwa aku tak apa-apa.

“Gila kamu, Bro!” Kevin terlihat sangat ketakutan akibat kelakuanku saat di kelas tadi. “Gara-gara candaan yang kamu buat tadi aku mendapat teguran dari Kepsek dan yang lebih menyebalkannya lagi, Raisa mengomel dengan emosinya yang meluap-luap ke aku,” ujar Kevin berapi-api. Aku hanya tersenyum mendengar curhatan  Kevin yang menyedihkan. ”Ya, sudahlah ambil saja hikmahnya , hahahahaha,” jawabku.

Langit biru beserta awan yang tersusun dan kicauan burung serta udara yang segar itu adalah hidangan pagi yang melebihi apapun di duniai ini. Salah satu rutinitas yang sangat menyenangkan dan tidak membosankan untukku. Tiba-tiba suara handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk, “kira-kira siapa yaa sepagi ini sms, lagi pula ini juga hari Minggu, pasti Raisa,” pikirku. Kubuka pesan masuk di handphoneku  sangat mengesalkan karena ternyata itu hanya sms dari provider.

Aku rebahkan kembali tubuhku di rumput taman depan rumah dan melanjutkan menikmati indahnya pagi ini. Beberapa menit kemudian handphoneku berbunyi kembali, “Yaa ada lagi, buka aja deh siapa tahu dapat pulsa gratis.” Dan ternyata sms yang masuk dari Raisa. Dia mengajakku berjalan-jalan ke mana saja hari ini. Akhirnya aku pun mengajaknya untuk berlibur ke rumah nenekku, di sana udaranya sangat sejuk dan pemandangannya sangat indah.

“Mau kemana sih, say?” tanya Raisa. Aku hanya tersenyum dan terus memacu laju motor ninja merah yang kutunggangi. Setelah dua jam lewat tiga puluh menit akhirnya kami sampai di depan rumah nenekku . Sebuah rumah tingkat bercat merah jambu menjadi pertanyaan Raisa. Tanpa berpikir panjang kurangkul dia dan berkata bahwa ini adalah rumah nenekku. Nenek menyapaku dan langsung kukenalkan Raisa kepadanya, dan mengatakan bahwa Raisa ini adalah calon istriku. Nenek tidak menghiraukan perkataanku dan hanya mengajak Raisa untuk masuk. Kami pun kemudian beristirahat sejenak.

“Sayang, aku sungguh mencintaimu dan aku takut kehilanganmu,” ucapku dalam benak, sambil melihat Raisa tertidur dan kuelus rambutnya yang lurus dan hitam pekat. Ingin rasanya kucium keningnya, tetapi sayang nenek telah datang dan memanggilku untuk makan. “Sebentar, yah Nek, Raisa sedang tidur,“ jawabku sambil membimbing nenek keluar dari kamar . ”Kamu jangan macam-macam sama anak orang ya, awas kamu!” tegas nenek. Aku hanya menahan tawa mendengar ucapan nenek. ”Kayak ndak kenal Satria aja nek,” jawabku sambil bercanda.

Setelah makan siang, aku dan Raisa pergi ke pantai sambil berkejar-kejaran.
“Awas jatuh, tuh kan jatuh” muka cemberut Raisa kembali memikat hatiku. Kaki Raisa terkilir, dan aku menggendongnya menuju pantai, walaupun berat sih. Kami duduk di bawah pohon beringin untuk melepas lelah, dan hening, kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing sampai akhirnya aku memulai pembicaraan, “apakah kakimu masih terkilir?” sambil kupegang tangannya dan dia hanya mengangguk saja menandakan iya.

”Sini biar kuurut”, setelah kuurut dan kusentak, dia berteriak, “aahhh….”, dia tiba-tiba pingsan dan membuatku terkejut. “Raisa jangan bercanda, Raisa bangun!”, kubiarkan dia hampir selama lima menit, tapi ternyata dia serius. Aku pun mendekati dan memeluknya, ayolah Raisa jangan membuatku khawatir. Tak sadar aku berteriak memanggil namanya dan berkata kalau aku sangat mencintainya. Aku memeluknya dengan penyesalan dan terus menyalahkan diriku. Tak lama kemudian terdengar suara tawa Raisa yang sangat kuat karena telah berhasil menipuku.

“Baguskan aktingku?” ucapnya menggoda. Aku hanya diam dan cemberut merasa tidak terima telah ditipu olehnya. ”Ayolah, aku kan hanya bercanda sayang,” ujarnya merajuk. Aku pun mengangkat dan menceburkannya ke laut. Kami bermain terlalu lama sampai tak terasa sang mentari telah terbenam. Aku dan Raisa pun segera kembali ke rumah nenekku.

Setahun sudah lewat. Aku dan Raisa lulus begitu pun dengan Kevin. Aku dan Kevin akan menganggur setahun untuk tidak kuliah, sedangkan Raisa pergi kuliah ke Jerman. Itu yang membuat aku merasa akan kehilanggan merpati putihku yang terbang dan tak akan  kembali lagi. Hubungan kami pun tetap berjalan karena aku sangat mencintai Raisa. Sore ini akan kuantar Raisa ke bandara bersama Kevin, seluruh keluargaku pergi ke Bali untuk berlibur, jadi  aku memutuskan untuk tinggal bersama Kevin.

“Hati-hati, Raisa” ucapku sambil memegang kalung berbentuk hati yang di dalamnya terdapat foto kami berdua, begitu pun sebaliknya. Raisa pun berjanji padaku bahwa setelah dia  lulus nanti akan kembali untuk menemuiku. Hanya kalung ini yang bisa membantu menghilangkan semua rasa kesepian, kerinduan, dan bahkan kegalauan dari hidupku.

Dua hari sudah Raisa dan keluargaku pergi meninggalkanku. Aku hidangkan kopi panas dan makanan ringan  di depan TV. Jantungku serasa mau lepas ketika melihat berita bahwa pesawat yang ditumpangi seluruh keluargaku hancur berkeping-keping tanpa ada yang tersisa, itu membuatku sangat stres dan depresi.

Tok…tok…tok….terdengar suara seseorang di luar. Seseorang berjas tampak berdiri di depan ku dengan memegang berkas entah berkas apa itu. “Maaf rumah anda akan kami sita karena tidak membayar utang selama dua bulan”. Aku sangat kaget dan sangat emosi karena baru saja berita duka datang menghampiriku, kini ada lagi kabar yang membuatku sangat kesal. Entah kenapa tiba-tiab aku mengambil sebuah pisau di dapur dan tanpa banyak bicara kubunuh orang berjas itu. Aku seperti kerasukan setan, kemudian aku sangat takut dan langsung melarikan diri tanpa tujuan.

Sudah dua hari dua malam aku terus berjalan tanpa tujuan, kini hidupku hancur tanpa kasih sayang. Kepalaku pusing, badanku lemas, aku pun pingsan di tengah jalan entah di mana. “Di mana ini?” tanyaku heran ketika tiba-tiba terbangun dari pingsanku. Tiba-tiba aku berada di sebuah rumah yang sederhana, dan ada seorang kakek tua yang sedang menyiapkan sarapan di dapur, aku pun medekati kakek tua itu dan bertanya kepadanya, “di mana aku? kenapa aku bisa sampai di sini?” tanyaku sangat kebingungan. “Kamu sekarang istirahat saja nak,” jawab orang tua itu. “Tapi mengapa aku bisa berada di sini kek dan kenapa kepalaku merasa sangat sakit sekali?” tanyaku sambil memegang kepala. “Kamu kakek temukan di tengah jalan dalam keadaan pingsan jadi kakek membawa kamu ke rumah kakek”. Aku merasa sangat lelah hingga tidak kutanggapi perkataannya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Setelah kuceritakan semuanya kepada si kakek, dia pun mengerti atas apa yang kualami. “Nak ,sebenarnya cinta yang selama ini kamu dapatkan adalah sementara jika kau ingin cinta dari segala cinta islamkanlah dirimu”. Dengan tenang kakek menerangkannya. “Aku sudah tidak terlalu yakin lagi dengan cinta kek. Aku hanya ingin kedamaian sekarang serta keadilan,” sahutku. Panjang lebar kakek menceritakan tentang Islam kepadaku sehingga aku pun tertarik untuk merasakan keislaman.

Tanpa terasa sudah dua tahun aku belajar Islam secara bertahap kepada kakek, di samping itu aku berjualan bersamanya. Aku tidak pernah tahu nama asli si kakek,  yang aku tahu dia adalah kakek angkatku yang kini menjadi keluargaku satu-satunya. Kakek juga hidup sebatang kara sama sepertiku, dialah orang yang sabar dan mengamalkan agamanya sebagai langkah hidupnya. Saat ini aku tahu sedikit tentang cinta dan kedamaian. Aku harus tetap mencari Islam dan menyempurnakannya.

“Nak, kemarilah ada yang kakek ingin bicarakan”, dengan sambil tertidur di kasur kakek memanggilku. Sudah satu minggu kakek terbaring lemah di kasur dan tak berdaya untuk bangun. “Iya kek, ada apa?” dengan senyum aku mendatangi kakek. “Nak, ingat baik-baik pesan kakek, jangan pernah meninggalkan salat, sabar, ikhlas, istiqamah dan cintailah Allah dan semua perintahnya serta jauhi larangannya”. Setelah kakek berkata seperti itu, aku merasa ada embun yang masuk ke ubun-ubun yang mengalir di tubuhku dan menyejukkan hatiku. Setelah itu kakek menghembuskan nafas terahirnya tepat di malam Jum’at. Kakek menyerahkan toko dan dagangannya kepadaku, dan aku pun menjalankan amanah tersebut.

Lima tahun sudah aku berdagang dan menjalani rutinitasku. Pagi tadi pembeli sangat ramai dan membuatku kewalahan. Tanpa kakek terasa sepi sekali, tetapi aku tahu bahwa Allah mempunyai rencana yang indah. Sekarang aku tahu cinta dari segala cinta yaitu mencintai karena Allah. ”Satria!” teriakan itu membuat renungan di siang ini buyar. Tak kukenali gadis ini dan kucoba untuk membuka memori masa laluku. “Raisa, apakah itu kau?“, dengan tenang ku tatap dia. “Iya Satria, ini aku,” jawabnya dengan mata yang berbinar-binar. Mulut ini bergetar memuji Allah yang maha agung. Kuceritakan yang terjadi semuanya, dan dia pun menangis mendengar ceritaku. Aku berencana untuk menikahinya, ternyata dia pun setuju ingin bersanding dengan ku.

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Raisa, dan dia terlihat sangat cantik dengan kebaya putihnya. “Semuanya sah?” serentak semua orang yang hadir menjawab, “sah”. Kevin pun hadir di pernikahanku. Dia menjabat tanganku dan mengucapkan selamat. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, begitulah firman Allah. Kami berencana berbulan madu ke Mekah sekaligus untuk menyempurnakan rukun Islam. Uang yang kami miliki sudah lebih dari cukup untuk pergi kesana.

Semua keluarga termasuk Kevin pun ikut mengantar kami pergi berhaji. Sempat bandara dibanjiri tangis karena terharu dan senang. “Wahai sekalian keluarga yang kucintai, kami pergi dulu yaa…Assalamualaikum, wr.wb”, dengan senang serta ikhlas aku melangkahkan kaki sambil menggenggam tangan Raisa dengan membaca Bismillahi Tawakkaltu….(Cerita ini dikirim oleh M. Irfan Efendy)

KKN 136 UMM Adakan Penyuluhan Pemanfaatan Serbuk Kayu
Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016