Belajar Olah Sampah dari Warga Kampung Naga Tasikmalaya

Tong sampah.
Sumber :
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Berbicara mengenai sampah memang selalu menjadi masalah utama di manapun keberadaan kita, terlebih jika pemukiman berupa pedesaan yang jauh dari tempat pembuangan sampah menjadikan masalah besar jika suatu saat turun hujan sehingga menggenangi sebagian besar pemukiman akibat saluran pembuangan air yang tersumbat oleh sampah.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Terbatasnya pengelola sampah dari pemerintah di daerah Kampung Naga, Tasikmalaya, berdampak buruk jika sampah-sampah dari masyarakat terus tertumpuk dan tidak ada pengolahan sedikit pun. Sampah yang terus tertumpuk seiring bertambahnya penduduk berpengaruh terhadap tersebarnya penyakit yang siap membawa bibit penyakit untuk ditularkan kepada manusia di sekitar.
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong


Pengelolaan sampah yang seharusnya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga oleh masyarakat sebagai subjek yang menghasilkan sampah tentunya. Juga dibutuhkan keikutsertaan masyarakat dalam upaya menjadikan kawasan bebas sampah itu sendiri.


Perihal sampah, masyarakat Kampung Naga telah mampu memanfaatkan sampah yang tidak berguna menjadi peluang usaha yang mampu meningkatkan pendapatan warganya. Upaya penanganan sampah dengan memilah sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) rumah tangga, dan dilanjutkan dengan proses dekomposisi terhadap sampah organik sehingga menghasilkan pupuk kompos. Sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, sedang sampah-sampah plastik yang masih bisa dimanfaatkan digunakan kembali.


Tempat sampah yang terbuat dari bambu diletakkan di dekat rumah dan di tempat-tempat strategis di sepanjang jalan menuju Kampung Naga, sehingga kondisi kampung tetap bersih. Setelah penuh, tempat sampah bisa diangkat dan sampah dibuang di beberapa tempat pembakaran sampah yang sudah disiapkan antara lain seperti di sudut kampung, di tepi jalan, dan di pinggir sungai.


Secara berkala sampah akan dibakar dan abu dari pembakaran sampah akan diambil, lalu dicampur dengan kotoran hewan dan dibuat pupuk tanaman. Sehingga mereka tidak perlu membeli pupuk buatan cukup dengan pupuk organik yang dibuat dari campuran abu bekas pembakaran sampah dan kotoran hewan.


Program pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Kampung Naga berdasakan pada prinsip reuse, recycle, dan reduce. Reuse adalah pengolahan sampah dengan menggunakan kembali sesuatu yang masih bisa dipakai. Recycle dilakukan saat tidak bisa direuse kemudian diolah misalnya sampah organik menjadi kompos, plastik-plastik bekas diolah menjadi tas, maupun dompet.


Sedang reduce dilakukan ketika sesuatu tidak bisa direuse dan di recycle, seperti pada penggunaan pembalut wanita, maupun kotak snack dari styrofoam. Barang-barang yang tidak bisa direuse ini kemudian diganti dengan barang-barang yang lebih alami yang bisa digunakan kembali.
(Cerita ini dikirim oleh Nining Rahayu)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya