Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
- Sudah beberapa hari ini Jakarta selalu diguyur hujan pada sore hari. Hujan deras yang bertepatan dengan jam pulang kerja para karyawan tentu berimbas luas pada kemacetan di banyak ruas jalan serta terjadinya genangan air di banyak titik.
Sungguh menjengkelkan bagi saya sebagai pengguna transportasi bus Transjakarta. Dalam kondisi hujan deras dan pakaian basah, saya harus menunggu lama bus datang. Hal ini dikarenakan macet yang diakibatkan jalur busway tidak steril dari kendaraan pribadi.
Seperti yang terjadi di koridor 1 jalur busway Blok M menuju Kota, terutama di Jalan Sudirman, jalur busway dipadati oleh kendaraan berpelat hitam. Alhasil, laju bus Transjakarta pun jadi tersendat dan masyarakat penggunanya menumpuk di halte.
Sungguh geram rasanya melihat ulah para pemilik kendaraan pribadi yang seolah merasa tidak bersalah menyerobot hak masyarakat pengguna Transjakarta. Di sisi lain, penumpang Transjakarta yang sebagian besar tubuh dan pakaiannya basah karena hujan harus berdiri berdesakan di dalam bus hingga melebihi batas. Sementara bus yang sudah dinaiki hanya bergerak sedikit demi sedikit. Ah, betapa menyiksanya.
Sedangkan para penumpang di dalam kendaraan pribadi yang menyerobot jalur busway pastinya lebih nyaman karena duduk di kursi yang empuk, bisa tidur, bisa minum, bisa makan, dan menikmati alunan musik dan AC dalam interior mobil yang mewah. Padahal, ketika mereka masuk ke jalur busway, tetap saja jalanan macet. Jadi kenapa mesti menyerobot jalur yang dimanfaatkan oleh masyarakat lain? Dimana empati para pemilik kendaraan pribadi itu?
Baca Juga :
Edu House Rayakan Harlah ke-8
Baca Juga :
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Bagaimana andai ada seorang penumpang Transjakarta yang sudah ditunggu anak atau istrinyanya yang sakit di rumah? Dia tidak bisa turun sembarangan dari bus yang terkena macet untuk mencari alternatif angkutan yang lebih cepat. Sedangkan penumpang mobil bisa kapan saja turun kalau dia mau.
Dengan Polisi bersikap tegas, diharapkan efeknya akan positif membuat pemakai kendaraan pribadi beralih pada angkutan massal. Pertimbangannya jelas, daripada kena macet lebih baik naik Transjakarta yang jalurnya steril dan lancar. Inilah sebenarnya awal dari menggiring masyarakat kepada budaya memilih transportasi publik.
(Cerita ini dikirim oleh Widi Kurniawan – Jakarta)
Halaman Selanjutnya
Bagaimana andai ada seorang penumpang Transjakarta yang sudah ditunggu anak atau istrinyanya yang sakit di rumah? Dia tidak bisa turun sembarangan dari bus yang terkena macet untuk mencari alternatif angkutan yang lebih cepat. Sedangkan penumpang mobil bisa kapan saja turun kalau dia mau.