Sumber :
VIVA.co.id
- Setiap hari jika tidak berhalangan, abang tukang buah akan
stand by
di depan asramaku. Ya, sekarang aku masih tinggal di asrama karena kami, penerima beasiswa, diwajibkan mengikuti serangkaian pembinaan yang diadakan di asrama selama dua tahun.
Sebagai anak asrama agar salah satu kebutuhan gizi terpenuhi, kehadiran abang tukang buah sangat berarti bagi kami, sangat kami harapkan. Setidaknya dengan hadirnya beliau kami tidak perlu bersusah payah mencari buah-buahan sampai ke pasar atau sekadar menunggu abang tukang buah lain yang lewat dengan jadwal tak tentu, yang istilah anak mudanya malah di-PHP-in.
Abang tukang buah yang biasa jualan di depan asramaku lain daripada yang lain. Ketika berjualan ia selalu memasang wajah dengan roman yang menunjukkan kebahagiaan, keramah-tamahan, dan kerendahan hati. Hampir setiap hari aku membeli buah-buahan darinya karena memang aku berprinsip “walaupun statusku sebagai anak asrama aku harus tetap memerhatikan gizi dan kesehatanku”.
Saking tingginya perhatianku terhadap kesehatan dan gizi aku selalu dikatakan "Si Wina mah orangnya higienis banget!"
Whatever
, mau dikatakan apa pun juga yang penting aku bisa hidup di jalur yang sehat karena aku tahu kalau kesehatan itu sangatlah mahal.
Abang yang satu ini baik sekali. Sering sekali aku mendapatkan bonus dan diskonan harga ketika membeli buah-buahan darinya. Ketika aku membeli pepaya misalnya, ia selalu memasukkan nanas atau jambu air ke kantong kresekku. Sederhana memang hal baik yang ia lakukan. Akan tetapi, dibalik kesederhanaan itu menyimpan keistimewaan yang mungkin lebih istimewa daripada barang berharga sekalipun yakni berupa pahala dari Allah karena ia selalu meniatkannya sebagai suatu sodaqoh.
Ada suatu ayat dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa seseorang yang senantiasa menginfakkan hartanya di saat yang lapang maupun sempit, maka ia termasuk orang yang bertakwa.
Baca Juga :
Belajar Mengulik Kuliner dari Pak Bondan
Baca Juga :
Klenteng Hok Tek Tong Penyelamat Eddy
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya