Ayahku Hebat, Berhasil Gantikan Peran Mama

Ayah pekerja keras.
Sumber :
  • http://cantik.com

VIVA.co.id - Setiap pagi dari saat aku belum mengenal kata cinta hingga sekarang aku mulai menjajaki fase dewasa rutinitas Ayah masih saja sama, yaitu menyalakan dan memanaskan mesin mobil kesayangannya di latar garasi tempat kami bernaung, rumahku surgaku.

Pagi itu ia menyalakan mesin mobilnya dengan semangat dari waktu fajar hingga siap menyapa kerasnya kemacetan ibu kota Jakarta hanya untuk menghantarkan sang buah hati satu-satunya yang biasa ia sebut permata untuk menggapai ilmu dan cita-citanya di sekolah.

Dengan senang hati aku yang baru saja mengenal pelajaran matematika di bangku sekolah dasar, duduk bersebelahan dengan Ayah di dalam mobil kesayangannya. Seakan aku pun tidak tahu menahu arti dari senyuman manis Ayah terhadapku saat selama perjalanan menuju ke sekolah, tempat dimana aku menggapai cita-cita.

Ayah adalah sosok laki-laki yang aku gemari. Bersama Ayah aku merasakan surga yang berbeda. Kelembutan Ayah terhadapku, yang selalu memanjakan perempuan selain Mama ku. Berjalannya waktu aku mengerti arti pertengkaran antara Ayah dan Mama. Waktu dimana aku pertama kali melihat kebahagiaan dan keharmonisan berubah menjadi suasana gaduh dan kacau balau. Aku takut, aku takut melihat pertengkaran ini. Seakan fasilitas dan kebahagiaan apapun yang ada padaku tidak membuat aku tersenyum. Meskipun Ayah dan Mama menebarkan keromantisan palsu di hadapanku, mata mereka tidak bisa membohongi suasana keadaan yang ada.

Prak!!! Prak!!!Prak!!! Terdengar suara pecahan barang di ruangan lantai bawah. Terdengar suara tangisan yang menderu-deru, suasana tumpah ruah tak terkendalikan. Dalam diam di kamar aku menangis melimpahkan pertanyaan kepada Allah, “Ya Allah, aku bisa apa dengan keadaan ini.”

Aku tak mengerti apa-apa dengan kejadian di ruangan bawah. Terdengar suara semakin gaduh, aku memaksakan diri untuk keluar kamar, setapak demi setapak kakiku melangkah melewati tangga dan menyaksikan kegaduhan ini. Aku hanya bisa terdiam dan menangis seraya mencairkan suasana gaduh ini. Dengan air mata yang tumpah ruah, Mama memelukku dengan kencang dan erat, dalam hitungan menit lalu pergi setapak dua tapak meninggalkan pintu rumah dan membawa sebagian barang dan baju-bajunya.

Saat itu tidak ada lagi kelengkapan keluarga di dalam rumah ini. Yang tersisa hanya Ayah, hanya Ayah yang ada disampingku, hingga malam aku terlelap tidur dan bertemu kebahagiaan keluarga di dalam mimpi malamku.

Mentari pagi bersinar, burung berterbangan berkicau di balkon depan kamarku. Terdengar irama nada suara burung yang merdu bersahut-sahutan meramaikan pagiku yang sepi tanpa adanya sosok cantik yang setiap hari mengaduk teh hangat dengan gula di dalam cangkir.

Aku rindu, rindu, rindu suara cangkir adukan teh manis hangat buatan mama. Suara burung-burung itu seperti menggantikan suara cangkir yang merdu, bersahutan ria di dekat jendela kamarku, burung-burung mungil tampak bahagia bersama-sama dibawah awan nan biru. Bahagia rasanya bila bisa bergabung dengan burung-burung itu, ikut terbang bebas menghirup udara segar.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Dentuman suara kaki menapaki tangga menuju kamarku mengisyaratkan Ayah akan segera masuk ke kamarku, “Jeje sayang, Jeje sayang, sarapan nak,” terdengar suaranya. Masih dengan senyum palsu yang kutampakkan dan tebarkan di hadapannya, “Iya Ayah, aku sarapan.” Senyuman manis dan sikap lembut Ayah selalu menutupi lubang kesedihan di dalam jiwanya.

Sebisa mungkin aku berusaha menutupi rasa sedih yang ada setelah kepergian Mama dari rumah ini. Demi Ayah aku harus tersenyum, aku tidak mau terpuruk dan meratapi peristiwa yang tidak diharapkan ini. Aku beruntung mempunyai Ayah yang sabar dan tegar menghadapi sikapku, aku cinta sekali dengan Ayah, sosok yang aku sebut sebagai pahlawan.

Ayah selalu menonjolkan sifat ketegaran dan kekuatan hidupnya padaku.  Mencari nafkah untuk aku menimba ilmu sampai selesai, menjaga dan merawatku yang seharusnya peran itu dilakukan oleh sosok Mama, kini semua Ayah yang mengatasi. Tidak ada satu pun sosok wanita lain yang bisa menggantikan Mama, Mama tetap Mamaku, jauh di mata namun dekat di hati.

Proses peceraian ini mengajariku arti takdir Allah, dan bahwa kehidupan di dunia tidak harus saling memiliki selamanya, semuanya titipan Allah. Aku menerima takdir dari Sang Maha Cinta, Allah Swt.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Perpisahan ini bukan berarti antara Ayah dan Mama memutus silaturrahmi. Ayah dan Mama tetap menyayangiku sepenuhnya dan setulusnya, walau kita harus berpisah rumah dengan Mama. Ayah tetap mempunyai kelapangan dada mengizinkan aku untuk bertemu dan menginap di rumah Mama setiap Sabtu dan Minggu, atau hari libur lainnya. Ayah sosok yang bijaksana sekali, tidak mengikat dan mengekangku untuk berjumpa dengan Mama untuk sekadar melepas rindu yang seharusnya seperti dulu, setiap hari bisa bertemu tapi kini tidak lagi.

Kesalehan Ayah yang mempunyai pondasi agama yang cukup kokoh membuat aku akan terus selalu mengingat Allah. Ayah mengajariku arti kesabaran dan kebaikan di dalam kehidupan yang sementara ini. Salat subuh, maghrib, dan isya berjamaah serta mengaji bersama-sama hingga Ayah berhasil menjadikan aku seperti yang sekarang.

Setelah salat subuh berjamaah, Ayah menyiapkan untukku secangkir teh hangat manis lalu kita pun sarapan bersama-sama. Fajar tiba, burung-burung berkicauan, mentari bersinar terang, sebelum Ayah berangkat bekerja, Ayah mengantarkanku ke kampus tercinta Universitas Nasional.

Gembira hatiku selalu bersamaan dengan Ayah, seakan apapun permasalahannya Ayah yang bisa menenangkan dan membuat suasana menjadi lebih baik. Tertawa riang gembira menciptakan suasana yang humoris. Ayah penyemangatku hingga aku tumbuh menjadi gadis dewasa sekarang ini.

Ayah memberikan kebebasan aku dalam memilih teman atau seseorang laki-laki yang aku cintai. Tidak ada batasan antara aku dan Ayah untuk bercerita apapun. Ada waktu-waktu yang membuat suasana menjadi seperti sahabat antara aku dan Ayah, menjadi seperti teman antara aku dan Ayah.

Banyak pelajaran dan ilmu yang aku dapati dari Ayah, mulai dari A sampai Z, mulai dari nol sampai 100, begitu banyak peran Ayah berpengaruh terhadap sifat ku. Dulu aku anak yang manja dan mudah marah, berjalannya waktu Ayah menata ulang sifatku dengan kelembutan dan sentuhan-sentuhan nasihat terbaiknya. Begitupun Mama, Mama selalu mengajarkanku arti kedisiplinan dan kemandirian. Mengajarkanku bagaimana caranya menjadi anak yang mandiri, berkomunikasi dengan Mama tak pernah putus. Minimal sehari sekali aku bisa saling berkomunikasi dengan Mama. Walaupun jarak dan waktu memisahkan kita antara Ciganjur-Bekasi, tapi perhatian Mama dan pengawasan dari Mama tak pernah luput terhadapaku.

Sore menjelang malam suara gerbang rumah mengisyaratkan Ayah sudah sampai di rumah. “Assalamu’alaikum, Nak. Ayah bawa martabak kesukaanmu.” Begitulah Ayah ada saja buah tangan yang dibawa seusai pulang bekerja. Aku selalu menyambut dengan suka apa saja yang Ayah bawakan untukku. Tidak memperlihatkan muka lelahnya walaupun terasa begitu lelah dengan kemacetan ibukota Jakarta, selalu melontarkan senyuman manis dan kecupan manja di kening anak gadis satu-satunya ini.

Malam bersama bintang menghiasi rumah kami, surga kami di dunia tempat kami bernaung. Banyak berbagi cerita dengan Ayah, mengevaluasi hal-hal apa saja yang harus diceritakan ke Ayah. Bersama susu hangat kami berbincang di ruangan keluarga dengan santai tanpa ada batasan, sesekali bercanda bergurau mencairkan suasana, bebas lepas rasa capek dan lelah tertutup dengan keceriaan kita di ruangan tv.

Sungguh bahagia sekali aku mempunyaimu Ayah. Ketegaran dan kekuatan Ayah yang selalu membuat aku semangat belajar dan meraih cita-cita dan mimpi. Di hari tua nanti aku akan membalas jasa-jasamu Ayah, tunggu aku untuk menjemput kesuksesan, tunggu aku untuk bisa membahagiakanmu Ayah. Aku akan ganti dengan kebahagiaan yang seutuhnya, yang sempat hilang ketika masa kecilku. Aku ingin kita bersama-sama kembali dengan Mama.

Tanpa Ayah entah akan jadi seperti apa diriku, entah bagaimana tingkat kedewasaan dan kesabaranku. Sentuhan kasih sayang sepanjang masa, laki-laki yang tidak pernah menyakiti, laki-laki yang tidak pernah mengkhianati, laki-laki yang selalu mencintai sampai anak gadisnya ini tumbuh berkembang, sampai anak gadisnya ini dipinang oleh laki-laki pilihannya kelak, sampai mempunyai keturunan hingga akhir hayat masa penuaan.

Seorang Ayah yang terhebat, menjadi Ayah yang luar biasa sehingga bisa memainkan dua peran sekaligus dalam mendidik aku di dalam istana kita. Ayah yang bisa menjadi karakter peran Mama. Ayah yang bisa menjadi sebagai seorang teman, sahabat, dan orang tua terhebat buat aku, “love you more, Ayah”. (Cerita ini dikirim oleh Jessica Budi Novianti, Jakarta)

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016