Menutup Tahun 2015 dengan Baik

Cerita nonton film Relationshit - Single - Ngenest
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Di akhir tahun 2015 kemarin, saya lagi sering-seringnya pergi ke bioskop untuk nonton film-film Indonesia. Film yang kata orang Indonesianya sendiri kurang bagus karena adanya genre horor yang menampilkan payudara besar nan menggoda bukan hantu yang menyeramkan.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Sebenarnya saya adalah orang yang jarang dalam hal menonton film Indonesia dan lebih memilih menonton film luar negeri. Saya memang kurang tertarik dengan kebanyakan film-film Indonesia yang dominan bergenre romance dan horor, yang saya memang tidak suka dengan kedua genre itu dalam hal perfilman.

Pada bulan November sampai Desember 2015, saya sudah menonton tiga film Indonesia dengan tiga judul yang berbeda. Memang agak aneh kalau saya yang jarang nonton film Indonesia di bioskop, tiba-tiba untuk dua bulan terakhir ini sampai menonton tiga film Indonesia berturut-turut. Di bioskop pula nontonnya, bukan nonton online di pos satpam.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Saya yakin, saat kalian membaca paragraf di atas pasti kalian sudah bisa menebak judul film apa saja yang saya tonton. Iya, dalam dua bulan terakhir saya menonton film Relationshit, Single, dan Ngenest. Tiga film yang saya sebutkan sesuai dengan urutan tanggal rilisnya.

Memang ketiga film itu adalah film Indonesia. Dari poster filmnya saja semua orang sudah bisa tahu kalau itu film Indonesia punya. Ketiga film itu sebenarnya memang sama-sama bercerita tentang sebuah hubungan percintaan, namun film Ngenest lebih fokus membahas keminoritasan warga China di Indonesia. Sedangkan, kalau film Relationshit dan Single benar-benar fokus membahas tentang percintaan. Tentu saja ada banyak sekali taburan-taburan komedi yang ditambahkan di ketiga film tersebut untuk membuat penonton semakin nyaman saat menonton.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Sebenarnya, saya menonton ketiga film itu karena saya memang mau menontonnya. Bukan karena ikut-ikutan orang lain atau karena saya dibayarin nonton sama tante girang untuk menemaninya. Bukan. Bukan begitu. Saya nonton karena saya tahu siapa "pemilik asli" filmnya, saya tahu siapa cast-castnya, saya tahu proses-proses pembuatan filmnya, dan karena saya memang cukup mengagumi "pemilik asli" film tersebut.

Oh iya, saya bahkan sampai mengikuti proses pembuatan film-filmnya yang di-upload oleh cast-cast-nya hampir setiap hari. Entah itu lewat Twitter, Periscope, atau Youtube. Sehingga saya tahu pembuatan filmnya sudah sampai mana, kendala pembuatan filmnya, komentar-komentar para cast tentang pembuatan filmnya, dan lain-lain.

Ketiga film di atas menurut saya memang keren banget untuk tingkatan film Indonesia. Asli, bahkan banyak banget testimoni-testimoni positif yang disampaikan oleh para penonton baik itu melalui Twitter, Facebook, maupun Blog. Para penonton merasa sangat puas dan merasa film tersebut sangat layak untuk ditonton.

Sang "pemilik asli" filmnya pun sangat-sangat tidak menyangka bisa mendapatkan respon yang sangat jauh dari ekspektasinya. Saya pribadi juga merasa puas dan tidak menyesal karena telah memilih untuk menonton ketiga film itu untuk menutup tahun 2015 dengan baik. (Cerita ini dikirim oleh Ilham Irwinansyah)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya