Rest in Peace Idolaku Chester Bennington

Mendiang Chester Bennington.
Sumber :
  • Instagram @chesterbe

VIVA.co.id – Ada tiga musisi yang menjadi idola saya di dunia ini. Bono dari U2, Chester dari Linkin Park, dan Chris Martin dari Coldplay. Saya punya alasan tersendiri kenapa sangat ngefans dan mengagumi mereka. Karena, di balik popularitas dan wajah sangat tampan yang mereka miliki, mereka memiliki hati bak angel alias malaikat. Mereka sangat peduli terhadap masalah lingkungan hidup, kemanusiaan, dan juga sosial.

Konser di Jakarta, Mike Shinoda Kenang Mendiang Chester Bennington

Coba kalian perhatikan dalam lagu-lagu yang mereka nyanyikan, pasti terselip pesan-pesan moral yang mengajak kita (penggemarnya) untuk peduli terhadap lingkungan hidup dan alam semesta. Jadi, bagi saya, mereka tidak hanya idola sebagai pentolan di grup mereka, namun secara personal mereka memiliki “soul” yang belum tentu dimiliki penyanyi-penyanyi lain.

Bahkan, dalam hati saya berjanji, jika waktu memungkinkan, saya akan berusaha untuk menonton konser mereka. Dan thanks God, saya diberi kesempatan bisa menonton konser Linkin Park sewaktu mereka datang ke Indonesia tahun 2004 dan 2011 lalu. Saya begitu menikmati hinggar bingarnya. Begitu juga dengan konser Coldplay di Melbourne, Australia, akhir tahun 2016 lalu. Saya mendapat kesempatan bisa melihat langsung konser mereka. Bernyanyi bersama puluhan ribu penggemar Chris Martin and the geng.

Pergilah Dinda Cintaku

Hanya saja, hingga saat ini saya belum mendapat kesempatan bisa melihat langsung aksi panggung Bono dan U2-nya. Karena keterbatasan biaya dan jarak yang cukup jauh. Berharap U2 konser di Indonesia adalah hal yang mustahil. Konon katanya, U2 tidak akan mau menggelar konser di negara yang memiliki reputasi kurang baik terhadap HAM dan juga isu-isu sosial dan politik. Jika mau menonton konsernya di luar negeri, jelas saya harus menabung bung bung sampe gembung.

20 Juli 2017, ketika baru bangun tidur, saat saya membuka smartphone, muncul berita duka yang benar-benar membuat saya syok. Bahkan saya pikir ini mimpi. Chester Bennington diberitakan meninggal dunia karena bunuh diri. OMG! Seriously? Saya sempat pikir kalau berita itu hoax. Saya pun langsung menelusuri berita-berita tentang Chester. Dan ternyata berita tersebut benar adanya.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Separuh jiwa saya serasa hilang dan ini bukan lebay. Sejak awal 2000, saya sudah mengidolakan grup ini. Hampir semua lagu-lagunya saya suka. Terutama In the End, NUMB, What I’ve Done, Leave Out All the Rest, dan banyak lagi. Intinya, saya suka lagu-lagu Linkin Park. Saya suka jenis suara Chester yang serak tapi melengking dan juga suka aksi panggungnya.

Sebagai pengagum Chester, saya punya kenangan tersendiri akan dirinya. Kala itu, tanggal 13 Juni 2004, saat pertama kali mereka menggelar konser di Indonesia yang bertajuk Meteora World Tour. Tepatnya di Pantai Carnaval, Taman Impian Jaya Ancol. Kala itu, saya masih menjadi jurnalis di salah satu tabloid ibukota. Saya mendapat kesempatan menghadiri press conference sebelum mereka menggelar konser. Kala itu, saya langsung memilih posisi tempat duduk paling depan. Supaya bisa melihat dengan puas wajah-wajah personel Linkin Park dan berinteraksi dengan mereka.

Saat jumpa pers berlangsung, saya perhatikan tangan Chester tidak henti-hentinya mencorat-coret sesuatu di atas kertas. Sempat mikir, kira-kira Chester sedang menulis apa? Dalam hati, seandainya coretan itu ditinggalkan begitu saja, saya akan mengambilnya. Ternyata apa yang saya harapkan benar adanya.

Usai jumpa pers, semua personel meninggalkan tempat disusul jurnalis yang meliput. Sebelum meninggalkan ruangan, buru-buru saya menghampiri meja jumpa pers dan langsung mengambil kertas yang dicorat-coret Chester tadi dan memasukkannya ke dalam tas. Kali aja, bodyguard-nya melihat dan langsung menghadang kemudian merampas kertas tersebut. Enggak lucu juga kalau kami rebut-rebutan kertas kan. Apa judulnya coba?

Saat suasana sudah tenang dan kondusif, saya melihat coretan Chester tadi. Ternyata sebuah gambar robot lengkap dengan tanda tangan Chester. Kalau tidak salah, waktu itu Linkin Park akan mengisi soundtrack untuk film Transformers. Jadi, imajinasi Chester masih terbayang-bayang akan film Transfomers dan kemudian melukiskannya ke dalam kertas. Saking senangnya, coretan gambar robot itu sampai saya simpan dan bingkai.

Tragisnya, dan yang membuat saya sedih adalah ketika saya pindahan rumah. Beberapa bingkai foto saya pecah dan mungkin petugas yang mengangkat barang-barang menganggap kalau gambar robot itu tidak penting sehingga membuangnya begitu saja.

Mengetahui bingkai gambar robot Chester sudah tidak ada, emosi saya meledak bak bom atom yang mengguncang Hiroshima. Seisi rumah pun jadi sasaran kemarahan. Betapa berharganya gambar itu bagi saya. Mudah-mudahan, saya masih menyimpan file lukisan robot tersebut (sambil acak-acak file, namun tidak ketemu juga.) I’m so sad!

Kemudian, saya mendapat kabar kalau Linkin Park akan konser ke Indonesia lagi. Saya pun menyempatkan diri menontonnya. Ya, tanggal 21 September 2011, kerinduan saya akan grup ini terobati kembali. Saya bisa menikmati momen-momen di saat seluruh penggemarnya bernyanyi bersama-sama.

Pagi ini, duka yang mendalam menyelimuti jiwa saya. Chester Meninggal dunia dengan cara yang menurut saya tragis. Kenapa harus bunuh diri, Chester? WHY??! Kini, saya tidak bisa lagi melihat instastory-mu lagi. Biasanya, hampir setiap saat saya membuka Instagram dan melihat instastory-mu. May, your soul rest in peace, Chester! (Tulisan ini dikirim oleh Baroezy)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya