IPIMA, Ajang Pertemuan Para Guru Besar dari Dua Negara
VIVA – Pekan depan, tepatnya tanggal 6-9 November 2017, guru besar dari dua negara yakni Indonesia dan Malaysia akan bertemu dalam konferensi dan diskusi meja bundar di Kuala Lumpur. Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Profesor Indonesia atau API, Prof. Sofyan Effendi dalam jumpa pers di Auditorium Majelis Wali Amanat (MWA) Kampus IPB, Baranangsiang, Bogor.
Prof. Sofyan mengatakan, profesor dari Indonesia dan Malaysia membentuk perhimpunan bernama Ikatan Profesor Indonesia Malaysia atau IPIMA. Perhimpunan ini terdiri dari API dan Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia.
Dewan Guru Besar (DGB) IPB yang merupakan bagian dari cluster pertanian API serta guru besar-guru besar Malaysia yang merupakan cluster pertanian dan makanan MPN sepakat mengangkat rencana aksi hasil dari resolusi forum IPIMA tahun 2013 lalu untuk dibahas dalam diskusi meja bundar forum IPIMA 2017.
Forum IPIMA 2017 mengangkat tema Transformasi Pertanian Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Bangsa Indonesia dan Malaysia. Kegiatan ini akan diikuti 16 perguruan tinggi Indonesia, dengan total peserta dari Indonesia 119 orang, 86 di antaranya adalah guru besar. IPB sendiri akan menurunkan 48 profesor dan 23 dosen serta mahasiswa.
Ketua DGB IPB, Prof. Dr. Muhammad Yusram Massijaya mengatakan, pertemuan ini untuk membahas berbagai isu pendidikan tinggi dan pembangunan pertanian, maritim, serta biosains di Indonesia dan Malaysia. Termasuk salah satu pembahasannya adalah dalam menguasai pasar produk halal Indonesia.
“Penduduk Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara penghasil utama kelapa sawit, karet dan coklat dunia. Kedua negara ini menyumbang hampir 90 persen dari jumlah produksi kelapa sawit dunia, serta 32 persen dari jumlah produksi minyak dan lemak dunia. Kesamaan ini penting untuk dibentuk kerja sama pengembangan sektor pertanian dan peningkatan daya saing global untuk pembangunan berkelanjutan menuju kesejahteraan kedua negara,” ujar Prof Yusram.
Prof. Yusram menambahkan, isu penting yang diangkat dalam kerja sama ini adalah pertukaran ilmuwan (dosen, peneliti dan mahasiswa), konferensi bersama, kerja sama penelitian terutama terkait perubahan iklim, serta pengembangan teknologi, sosial, ekonomi dan ekologi manusia. "Melalui forum ini diharapkan bisa menghasilkan agenda pembangunan pertanian berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan kedua bangsa," terangnya.
Pada forum IPIMA 2017 ini, Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto akan menjadi salah satu keynote speaker. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Herry akan memaparkan bahwa pola pertanian yang menerapkan teknologi tinggi pada masa yang akan datang sangat produktif. Produknya bermutu tinggi, aman, kandungan gizi dan zat berkhasiat yang ada di dalamnya dapat diatur sesuai kebutuhan. Pola pertanian ini lebih mengandalkan teknologi dan input dari hasil budidaya. Pertanian teknologi tinggi yang menonjol antara lain adalah plant factory dan precision farming. (Tulisan ini dikirim oleh Zul)