Ariq, Anak Yatim Berprestasi yang Sakit Ginjal
VIVA – Remaja berusia 17 tahun ini sudah 3 tahun menderita penyakit nephrotik syndrome atau yang biasa disebut gangguan ginjal. Yang menyebabkan tubuh mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine. Ia tinggal di asrama Rumah Yatim Antapani, Bandung. Selama ia sakit, pihak asrama sudah menanganinya dengan check-up atau cuci darah setiap bulannya ke rumah sakit.
Ariq Abdul Aziz hanya tercenung merasakan sakit yang luar biasa. Ketika penyakitnya kambuh, beberapa bagian tubuhnya menjadi bengkak. Pembengkakan biasanya terjadi di sekitar mata atau bagian wajah, perut, dan tubuh.
Ariq Abdul Azis, siswa kelas 2 SMAN 5 Bandung ini sudah menderita penyakit nefrotik syndrom sejak di bangku kelas 3 SMP. Berbagai penanganan seperti pengobatan sudah dilakukan. Pihak asrama juga sudah melakukan berbagai upaya untuk pengobatannya. “Selama dia di sini, setiap bulannya kita tangani cek up ke rumah sakit,” ungkap Irwan, selaku Kepala asrama Rumah Yatim Antapani, Bandung.
Bukan hanya dari pihak asrama, beberapa donatur dan pihak SMAN 5 Bandung juga turut serta membantu biaya pengobatan lelaki yang sangat menyukai mata pelajaran matematika ini. “Alhamdulillah sekarang ini dari pihak SMAN 5 ikut membantu,” lanjut Irwan.
Menurut Kepala asrama Rumah Yatim Antapani Bandung, Irwan mengungkapkan bahwa anak asuhnya sangat pintar dan memiliki akhlak yang baik. Sehingga banyak pihak yang berempati terhadap anak asuhnya. Seperti beberapa orang tua siswa teman sekelasnya ikut membantu biaya pengobatan remaja kelahiran Tasikmalaya tersebut.
“Anaknya pintar. Alhamdulillah, banyak yang sayang sama dia,” ucap Irwan saat diwawancarai tim jurnalis Rumah Yatim. Irwan berharap ada lebih banyak lagi donatur yang mau membantu biaya pengobatan anak asuhnya yang sudah ditinggalkan ayahnya sejak kecil ini. Mengingat biaya yang tidak sedikit dalam pengobatan anak asuhnya.
Kini kondisi fisiknya pun tampak mulai melemah dengan raut wajah yang pucat. Ariq sendiri mengaku kalau dirinya cepat lelah jika kegiatan di sekolahnya padat. Penyakit yang dideritanya bukan alasannya untuk menyerah. Walaupun terkadang merasakan sakit yang luar biasa, Ariq tetap semangat meraih prestasi.
Keterbatasan kesehatan bukanlah hambatan baginya untuk terus berkarya. Keinginannya yang tinggi untuk sembuh adalah harapan terbesarnya. Terbukti dengan prestasi yang diraihnya ialah pernah memenangkan lomba olimpiade fisika, roket air, dan beberapa prestasi lainnya. (Tulisan ini dikirim oleh Dila Nurfadila)