Diminta Bacakan Doa di Acara Resmi, Ternyata Begini Deg-degannya

Foto bersama panitia, usai pembacaan doa penutup. Saya pakai baju batik hijau, berdiri kedua dari kiri (foto dok pribadi).
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id – Kalau melihat foto ini (saya pakai baju batik hijau, kedua dari kiri), saya jadi ingat lagi peristiwa seru yang mungkin tak akan pernah terlupakan dalam hidup saya.

Hal Ini yang Harus Dilakukan Agar Terhindar dari Santet Menurut Agama Islam

Kenapa? Karena waktu itu saya diminta secara dadakan ke atas podium untuk membacakan doa penutup di acara Halalbihalal dan Rapat Kerja Dewan Pengurus Pusat Kongres Advokat Indonesia (KAI), satu organisasi profesi advokat.

"Bang Nur, baca doa penutup acara ya bang!", kata sahabat saya, Advokat Arman Suparman Fillin, yang tiba-tiba sudah berbisik dari belakang. Saya gelagapan. Tidak siap. Apalagi saat itu saya sedang sibuk mengambil dokumentasi foto dan video sebagai panitia dari bidang Humas.

Terpopuler: 3 Waktu Mustajab Dikabulkan Doa, Cara Ingatkan Orang Lupa Makan saat Lagi Puasa

Teringat lagi akan satu peristiwa yang sama saat sebuah ormas, LSM penggiat anti korupsi sekaligus kantor pengacara menggelar acara silaturahmi malam tahun baru, di Puncak, Bogor.

Malam acara pembukaan, doa dibacakan oleh seorang pengurus MUI Pusat, Pak Sinansari S. Ecip. Ya wajarlah, beliau dari lembaga keagamaan. Eh, giliran acara penutupan, beliau pulang dan sudah dalam perjalanan balik ke Jakarta. Saya pun ‘dipaksa’ sebagai penggantinya. Ya ampun!

Ustaz Khalid Basalamah Ungkap 3 Waktu Mustajab Dikabulkannya Doa di Bulan Ramadhan

"Wah, jangan saya dong, coba yang lain deh," kata saya ke Bang Arman membuyarkan ingatan saya akan ‘Tragedi Puncak’. Tragedi saat saya harus menggantikan baca doa kiai MUI Pusat itu.

"Enggak bisa lagi diganti Bang Nur. Pembaca doa yang sudah ditunjuk tidak datang. Sekarang waktunya sudah mepet nih," rengek Bang Arman.

Saat saya masih berpikir-pikir apakah saya mampu baca doa di depan sejumlah pimpinan organisasi advokat, tahu-tahu nama saya sudah dipanggil oleh MC melalui pengeras suara.

"Tibalah kita di penghujung acara, yakni pembacaan doa dibawakan oleh ......," suara MC terhenti, lalu melirik ke tempat saya berdiri. Bang Arman memberikan kode ke MC, lalu kembali berbisik, "Ayo maju Bang, Bismillah,".

Sudah kepalang basah. Mau tak mau saya akhirnya melangkah menuju podium. Ya Allah, kuatkanlah saya, lunakkanlah lidah saya yang tiba-tiba terasa kelu untuk berdoa.

Suasana hening. Entah kekuatan dari mana, meluncur juga akhirnya sebuah doa sapu jagat dari mulut saya. Doa umum dan standar untuk siapa saja tanpa melihat perbedaan usia, agama, keyakinan dan jabatan. “Bla...bla..bla....dst..dst.. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Doa pun selesai.

Maka sejak kejadian tersebut, saya mulai belajar membaca doa. Rajin membaca dan membanding doa-doa yang dibacakan para ustaz di acara resmi atau acara keagamaan. Bahkan di ponsel saya sampai ada beberapa contoh bacaan doa penutup acara.

Entah mengapa saya sering diminta membaca doa baik di acara pembukaan atau penutupan. Uniknya, seringnya sebagai pembaca doa kagetan alias dadakan. Misalnya saat orang yang sudah ditugaskan baca doa, namun mendadak berhalangan.

Mungkin karena melihat latar belakang pendidikan agama saya. Karena saya memang lulusan dari madrasah, juga alumni perguruan tinggi agama sebagai sarjana agama, atau bisa juga karena menyandang status ‘Pak Haji’.

Tapi persoalannya, saya tidak pernah belajar khusus bagaimana membaca doa, apalagi di depan khalayak ramai, acara seremonial di mana pejabat dan tokoh masyarakat hadir. Bukankah di madrasah atau di perkuliahan tidak ada mata kuliah khusus bagaimana membaca doa yang baik dan benar?

Hikmahnya, ternyata membaca doa apalagi di depan orang banyak, menjanjikan dan penuh berkah. Memang semua orang bisa berdoa, tapi mungkin tidak semua orang senekat saya berani maju ke atas podium.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.