Sejarah Terjemahan Alquran

Membaca Alquran.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Dari zaman ke zaman, sejak periode pewahyuan hingga periode kontemporer ini Alquran telah diterjemahkan dari berbagai bahasa di dunia. Ketika sahabat Nabi SAW hijrah ke Habsyah, mereka diwawancarai oleh Raja Najasyi yang meminta Ja’far bin Abi Thalib untuk menerjemahkan beberapa ayat Alquran yang dibacakannya dalam bahasa Habsyah. Saat ini terjemah Alquran sudah ada hampir di seluruh penjuru dunia dengan berbagai bahasa. 

Viral Seorang Pria Jadi Mualaf Setelah Lakukan Hal Unik Ini di Masjid

Jika bahasa itu belum berkembang kata-kata bahasa Arab Alquran diambil alih, karena ingin kata-kata dalam bahasa kedua itu sesuai. Bahkan dalam bahasa-bahasa yang sudah baku sekalipun, seperti bahasa Persia dan bahasa Turki, memperkenalkan istilah-istilah agama dari bahasa Arab telah membentuk warna tersendiri dalam kata-kata yang memang sudah umum dalam dunia Islam. Itulah yang memperkuat ikatan ukhuwah islamiah yang dilambangkan oleh Kakbah.   

Terjemahan Alquran ke dalam bahasa Latin, sebelum berkembang ke bahasa-bahasa Eropa modern, kira-kira dalam tahun 1143 (abad keenam H), tetapi baru diterbitkan pada tahun 1543 di Basle oleh penerbit Bibliander.Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Italia, Jerman dan Belanda.

Terpopuler: Pembakar Alquran Dikabarkan Tewas, Wanita Mualaf Meninggal hingga Pakistan Geser RI

Alquran diterjemahkan ke dalam bahasa baku Eropa untuk keperluan Biara Clugny. Terjemahan Alquran ke dalam bahasa Inggris pertama oleh A. Ross, buah terjemahan dari bahasa Prancis pertama oleh Maracci tahun 1689. Pada abad 19 penerjemahan Alquran semakin berkembang.

Gustav Flugel menerjemahkan Alquran sejak 1834. JM Rodwell menerbitkan terjemahnya pada tahun 1861 dan berusaha menyusun surat-surat berdasarkan urutan turunnya. Sekalipun ia berusaha mengungkapkan dengan jujur, tetapi catatannya menunjukkan pikiran pendeta Kristen yang lebih mementingkan untuk memperlihatkan apa yang menurut pendapatnya kekurangan-kekurangan dalam Alquran daripada menunjukkan penghargaan atau ketinggian Alquran. 

Jadi Contoh Toleransi, Terowongan Penghubung Istiqlal dan Katedral Jadi Sorotan Dunia

E.H. Palmer, Guru Besar Universitas Cambridge, menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Inggris, terbit tahun 1876. Regis Blechere menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Prancis 1947. Terjemahan Alquran ke dalam bahasa Inggris yang dianggap baik oleh Arthur J. Arberry, Guru Besar Universitas Cambridge, seorang anggota redaksi Encyclopaedia of Islam, berjudul The Holy Koran diterbitkan 1955. 

Banyaknya kekacauan yang disengaja dalam terjemah yang dilakukan penulis-penulis bukan Muslim dan anti Islam itu mendorong penulis Muslim terjun ke bidang penerjemahan bahasa Inggris. Muslim pertama yang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Inggris ialah Muhammad Abdul Hakim Khan, 1905.? Dan Maulana Muhammad Ali menerbitkan terjemahannya tahun 1917.

Terjemahan Muhammad Marmaduke Pickthall, Muslim Inggris, terbit tahun 1930. Terjemah Abdullah Yusuf Ali ke dalam bahasa Inggris, The Holy Quran: Text, Translation and Commentary mula-mula terbit di Lahore tahun 1934 kemudian diterbitkan di Amerika Serikat, Arab Saudi dan Lebanon.

Salah satu ikhtiar untuk memasyarakatkan Alquran di Indonesia adalah dengan menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Indonesia. Alquran telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada pertengahan abad ke-17 oleh Abdul Rauf Singkel. Sejak awal abad dua puluh tidak kurang dari 20 karya terjemahan dalam bahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah. Seperti Alquran dan Terjemahnya karya Mahmud Yunus, Al-Furqan karya A. Hassan, Al-Bayan karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, dan Alquran dan Maknanya M. Quraish Shihab.

Menurut Muchlis M. Hanafi, terjemahan tidak luput dari sejumlah persoalan. Penerjemah dituntut memelihara kejujuran dalam mengalihkan makna yang terkandung dalam teks sumber ke dalam bahasa sasaran. Ia dituntut memilih kata atau ungkapan yang indah dalam bahasa sasaran. Kesulitan itu semakin rumit ketika yang diterjemahkan adalah Alquran. Karena ia bukan karya manusia dan bukan pula buku cerita atau puisi, melainkan kalam Allah SWT.

Problematika terjemahan, masih menurut Muchlis M. Hanafi, terletak pada dua hal pokok. Pertama, ketidaksesuaian antara bahasa-bahasa. Yakni antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dari berbagai segi. Kedua, kesenjangan antara penerjemah dengan penulis. Yakni penerjemah teks dan produsennya. Kekayaan bahasa Alquran dan keunikannya serta kekhasannya yang tiada batas juga mempersulit seseorang yang akan menerjemahkan untuk mengetahui semuanya.

Terjemah harfiah tidak mungkin dapat dilakukan terhadap keseluruhan Alquran, tetapi sebagian ayat Alquran mungkin diterjemahkan harfiah, dan sebagian lain tidak. Ayat-ayat yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah tentu harus diterjemahkan secara tafsiriah. 

(Alwi Husein Al Habib: Direktur Bidang Pemberdayaan SDM di Center for Democracy and Religious Studies dan Mahasiswa Tafsir Quran di UIN Walisongo Semarang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.