- U-Report
VIVA – Sebelum Islam datang, dalam masyarakat Jahiliyah berkembang kepercayaan tentang angka, hari dan bulan bulan sial. Konon, siapa saja yang menikah di Bulan Safar dan Syawal maka tidak akan bahagia. Rumah tangganya akan hancur berkeping-keping diterpa badai ketidak harmonisan.
Salah satu media yang mereka percayai sebagai penunjuk kesialan adalah burung. Setiap akan bepergian dalam agenda penting, sudah menjadi adat mereka melepaskan burung. Jika si burung terbang ke arah kanan, pertanda keberuntungan. Namun, jika terbang ke arah kiri pertanda kesialan akan datang. Oleh sebab itu, mereka menunda bepergian.
Hari Rabu akhir setiap bulan dianggap hari paling panas dan paling sial. Rutinitas bisnis tidak boleh dilakukan, sebab dipercaya akan membawa kesialan dan petaka. Anehnya, hingga abad modern sekarang, mitos-mitos yang tidak punya dalil ini masih tetap dipercayai. Angka 13, kononnya punya aura negatif dan menakutkan. Sehingga banyak hotel yang tingginya puluhan tingkat, tapi tidak punya lantai ke-13.
Dalam Islam, kepercayaan-kepercayaan di atas tadi diistilahkan sebagai tathayur atau thiyarah (percaya pada kesialan). Thiyarah itu sendiri secara bahasa bermakna burung. Istilah ini diambil dari kepercayaan kaum Jahiliyyah atas keberuntungan atau kesialan pada media burung.
Antonim dari istilah thiyarah atau tathayur adalah tafaul (merasa optimis). Islam melarang umatnya terjebak dalam kepercayaan thiyarah dan menganjurkan umatnya untuk selalu optimis. Setiap langkah harus dibarengi dengan keyakinan akan sukses dan berhasil.