Thariqah Alawiyyin, Jalan Anak Cucu Nabi dan Para Pecintanya

Oleh: Raden Pahikall Fikri  Mahasiswa Jurusan IAT UIN Walisongo Semarang
Sumber :
  • vstory

VIVA – Istilah Alawiyyah berawal dari Imam Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir. Beliau adalah putera dari Ahmad Bin ‘Isa Bin Muhammad Bin ‘Ali Al ‘Uraidhi bin Ja’far Asshidiq yang berasal dari Bashrah, Irak. Beliau melakukan hijrah ke Madinah Al-Munawwaroh hingga ke Yaman (Hadramaut).

Ngeri, Terkuak Kerajaan Ular Salah Satu Suku yang Mengandung Banyak Misteri

Tetapi, istilah Allawiyah pun digunakan bagi siapa saja yang menisbatkan diri kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Sementara itu, dalam pandangan Habib Abdurahrahman Bilfaqih menyebutkan bahwa Thariqah ‘Alawiyah itu berasal dari Madyaniah. Yakni tarekat Syeikh Abu Madyan Syu’aib al-Maghrabi. Sedangkan poros dan intinya terletak pada diri seorang Quthb al-Ghauts Syeikh al-Faqih al Muqaddam Muhammad bin ali Ba’ Alawi.

Al-Faqih Al Muqaddam kemudian memberikan dan mewariskan tarekat ini kepada orang-orang yang saleh yang memiliki maqamat dan ahwal. Karena tarekat Bani Alawi mengutamakan praktik, cita rasa dan rahasia, maka mereka memilih untuk bersikap khumul (menghindari ketenaran), menyembunyikan diri, dan tidak menyusun karya tentang tarekatnya.

Rahasia Asal-muasal Jangka Jayabaya yang Mengandung Ramalan Masa Depan Nusantara

Pada periode berikutnya, banyak kaum Alawiyyin yang melakukan perjalanan ke luar Hadramaut dan bertebaran ke tempat-tempat jauh. Kendati demikian mereka masih tetap saling berhubungan antar yang satu dengan lainnya. Oleh karena itulah dibutuhkan usaha untuk menyusun buku dan memberikan penjelasan.

Kemudian munculah beberapa karya yang melapangkan dada dan menyenangkan hati. Berupa bacaan wirid, kitab-kitab fiqh, tassawuf, dan sebagainya. Pasca munculnya karya-karya tersebut, Tarekat Bani Alawi pun tersebar luas dan mengharumkan dunia. Sebab, tarekat ini dikenal di kalangan ahli makrifat dan karya tulis mereka telah tersebar luas.

Sejarah Ketupat yang Menjadi Menu Paling Populer Saat Hari Raya Idul Fitri

Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Tarekat Alawiyah atau Tarekat Bani Alawi adalah sebuah metode, sistem atau cara tertentu yang digunakan oleh Bani Alawi dalam perjalanannya menuju Allah SWT. Dan Tarekat Alawi ini mereka warisi dari leluhurnya yang tiada lain adalah anak cucu Nabi Muhammad SAW.

Menurut beberapa sumber yang penulis baca, ajaran dasar Thariqah Alawiyin itu terdiri atas ilmu, amal, ikhlas, khauf, dan wara’. Beberapa ajaran tersebut diajarkan dari generasi ke generasi oleh para Masyaikh. Di antara Masyaikh Thariqah Alawiyin di antaranya:

1. Syaikh Abdul Al-Rahman AI-Saqqaf. Nama asli beliau adalah Abdul aI-Rahman bin Muhammad Maula Dawilah bin ‘Ali bin Alwi bin Muhammad al–Faqih al-Muqaddam. Dia lahir pada 739H. Para ulama pada masanya menjulukinya dengan Al-Saqqaf yaitu dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘saqfun’ yang berarti atap dan disandarkan kepadanya. Yang pada saat itu mencapai tingkatan tertinggi pada masanya hingga ia dianggap telah menaungi bagaikan atap bagi para wali di masa itu. Oleh karena itu ia dikenal al-Ghauts, dan al-Ghauts salalu menjadi atap bagi lainnya.

2. Syaikh Umar Al-Mudhar. Beliau bernama Syaikh Umar al-Mudhar bin ‘Abd Al Rahman al Saqqaf. Dia lahir di kota Tarim. Wafat pada hari Senin bulan Dzulqa’dah, tahun 833 H. Beliau meninggal setelah mendengar azan untuk salat zuhur. Beliau mengambil wudu dan kemudian salat. Beliau wafat ketika sedang sujud dalam salatnya.

3. Syaikh Al-‘Aydarus. Nama asli beliau adalah Abdullah bin Abu Bakar bin Abd Al-Rahman al Saqqaf. Dia Lahir pada sepuluh yang pertama bulan Dzulhijjah 811 H, dan wafat pada usia 69 tahun (880 H). Gelar Aydarus berasal dari kata uytarus yaitu berarti singa. Karena sejak masa kecilnya beliau tidak memiliki rasa takut sedikit pun dan memiliki jiwa pemberani terutama dalam beribadah. Beliau memiliki jiwa yang sangat kukuh dan bersemangat.?

4. Syaikh Abu Bakar Al-Sakran. Nama asli beliau adalah Abu Bakar bin Abdul al-Rahman al-Saqqaf. Gelar Sakran diberikannya lantaran Beliau tidak lagi merasakan sesuatu di luar dirinya.

Untuk memulai langkah bagi orang-orang yang ingin menempuh jalan mereka, maka hendaknya Ia memulai dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu. Ilmu agama Allah yang memperkenalkan seseorang untuk menghamba kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Ilmu yang mengajarkan kepadanya akidah keyakinan.

Sedangkan Fikih mengajarkan cara beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana juga ilmu yang mengajarkan kepadanya perkara hati dan batin, sebab yang dilihat oleh Allah swt bukan hanya berbentuk fisik seseorang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah, “sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian” itu pegangan dasar yang di pegang oleh mereka, karena para Saddatuna Alawiyyin sangat sekali mengutamakan kebersihan dan kejernihan akhlak dzohir dan batin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.