Bahaya Penyakit Riya

riya
Sumber :
  • vstory

VIVA – Perbuatan manusia yang tanpa didasari keimanan kepada Allah disebut riya’. Sahal al-Tustari mengatakan bahwa riya’ bisa menghilangkan tauhid karena sama dengan syirik kecil.

Hard Gumay Ramal Kasus Hukum Chandrika Chika, Warganet: Gila, Ilmunya Dalem Banget

Menurut Al-Muhasibi, riya’ terbagi menjadi dua bagian, riya’ besar dan riya’ kecil. Orang yang melakukan riya’ besar adalah orang yang melakukan perintah Allah untuk dilihat oleh semua orang tanpa mengharapkan balasan pahala dari Allah Swt.

Sedangkan orang yang melakukan riya’ kecil adalah orang yang melakukan perintah Allah untuk dilihat orang lain, tetapi masih mengharapkan balasan pahala dari Allah Swt.

Galih Loss sudah Minta Maaf soal Video 'Serigala', Polisi beri Jawaban Menohok

Namun, keduanya tetap merupakan bagian dari syirik. Riya’ berasal dari tiga sumber. Pertama, berasal dari cinta kepada pujian. kedua, berasal dari rasa takut dibenci orang lain. Dan yang ketiga adalah tamak kepada keduniaan.

Kemudian Al-Muhasibi berkata bahwa orang yang ingin menghilangkan penyakit riya’ dari dirinya, maka dia harus mengetahui hakikat dari penyakit riya’ tersebut. Kemudian dengan pengetahuannya tentang riya’ akan membuatnya merasa benci terhadap riya’ karena akibatnya yang sangat merugikan seseorang di dunia dan di akhirat.

Penghulu dan Penyuluh Dilibatkan Sebagai Aktor Resolusi Konflik Berdimensi Agama

Dengan hal itu, maka seseorang akan lebih berhati-hati kepada gangguan setan, dan bisa menjaga hatinya dengan penjagaan yang baik.

Namun, pada kenyataannya, dalam kehati-hatian seorang terdapat kesalahan dalam pengamalannya. Dan dalam kesalahan itu terbagi dalam beberapa kelompok. Pertama adalah kelompok yang mengosongkan pikirannya untuk mengingat Allah di hatinya dan berfokus dalam kehati-hatiannya terhadap gangguan setan yang akan datang.

Dan kelompok yang kedua adalah mereka yang fokus dan sibuk untuk memikirkan Allah semata tanpa memikirkan makhluk-makhluk dalam setiap pekerjaannya. Al-Muhasibi memberikan contoh bahwa orang yang tidak memikirkan tentang Allah (akhirat) karena berusaha fokus untuk berhati-hati kepada gangguan setan.

Sebab, akan datang kepadanya seperti orang yang ingin membersihkan air kotor dari sebuah kolam, tetapi dalam pembersihannya si pembersih tidak menutup saluran air yang mengalirkan air kotor ke dalam kolam.

Maka dia akan terus membersihkan sampai menghabiskan waktu yang lama tetapi dengan hasil yang sama saja, yaitu kolam yang masih kotor oleh aliran air yang kotor. Tetapi sebaliknya, untuk orang yang fokus kepada Allah (akhirat), Al-Muhasibi memberikan contoh kepadanya bagaikan orang yang ingin membersihkan kolam yang kotor.

Hal ini desebabkan, karena dalam pembersihannya dia menutup aliran air yang kotor terlebih dahulu lalu membersihkan kolam tersebut dari kotoran, dan hasilnya akan menjadi kolam yang bersih.

Hal itu sama juga dengan orang yang ingin menjauhkan diri dan berhati-hati terhadap riya. Untuk selamat dari perbuatan riya’, dia meninggalkan pekerjaan tersebut. Sebagai contoh, orang kaya yang hendak memberikan sebagian hartanya kepada seorang miskin. Tetapi pada akhirnya si kaya tidak jadi memberikan hartanya kepada si miskin karena tidak tahu hakikat dari keikhlasan.

Karena dia takut kalau dia memberikan hartanya kepada si miskin, dia akan dikatakan pamer dan ingin dipuji oleh semua orang. Padahal pada hakikatnya itu hanya bisikan setan kepada manusia agar dia terjauh dari pahala Allah SWT.

Dengan itu Al-Muhasibi berkata, “ikhlas itu jika kamu mengerjakan suatu perbuatan dan setelah itu kamu hilangkan benih-benih riya’ darinya, bukan dengan cara meninggalkan perbuatan tersebut.”

Orang yang riya’ tidak ingin mendengar kejelekan tentangnya di hadapan masyarakat, dan dengan itu ia akan selalu merasa benar dan berpendapat semua keputusannya adalah adalah suatu kebenaran.

Karena orang yang riya’ tidak akan menerima pendapat atau masukkan dari orang lain walaupun itu benar, karena dia tidak ingin orang lain lebih darinya karena itu akan menjatuhkan kedudukannya.

Maka, inilah yang dikatakan dengan sikap berhati-hati yang jelas salah. Karena seseorang akan meninggalkan pahala pada suatu pekerjaan dan tidak mendapatkan pahala amal sedikitpun.

Maka inilah yang harus diwaspadai oleh hamba Allah. Yaitu godaan setan yang selalu membujuk dan menggoda manusia untuk tidak melaksanakan amal apapun karena takut melakukan riya’. Padahal itulah ajakan setan yang membuat seseorang tidak mendapatkan pahala amalan sedikitpun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.