Saat Cinta Harus Berakhir di Ruang Pengadilan

Ruang tunggu Pengadilan Agama (foto : Nur Terbit)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Ini fenomena apa ya? Dari pagi hingga siang hari, deretan kursi di ruang tunggu pengunjung sidang salah satu gedung Pengadilan Agama di Jakarta, terlihat penuh sesak. 

Kisah Mualaf Jeffrey Lang, Profesor Amerika yang Pilih Islam Usai Jadi Atheis

"Nomor antrean B 15, dipersilakan masuk ke ruang sidang 2 B", terdengar panggilan dari pengeras suara. Saya pun bangkit sambil memegang nomor antrean.

Hari ini, saya pelan-pelan mengamati isi ruangan. Selain berderet ruang sidang, juga ada beberapa meja pelayanan disiapkan. 

Salmafina Sunan Ikut Rayakan Idul Fitri, Langsung Didoakan Kembali Peluk Islam

Tentu sesuai keperluan yang mereka urus ke pengadilan: gono-gini, hak asuh anak, perceraian, daftar gugatan cerai talak (suami), permohonan gugat cerai (istri) pengambilan akte cerai. 

Tak terlihat ada yang maju ke meja petugas, untuk mengajukan permohonan rujuk, lebih banyak kasus cerai. Walah...

Inul Daratista Nyekar ke Makam Mertua yang Non Muslim, Netizen Pertanyakan Agama Adam Suseno

Yang menarik, umumnya para pencari keadilan ini, mayoritas kaum perempuan. Rata-rata berhijab, juga ada yang bercadar. Saya akhirnya merasa seperti hadir di tengah majelis taklim kaum ibu.

Semua terlihat tegang, sambil menunggu giliran dipanggil masuk ruang sidang. Hanya terlihat ada segelintir pria (termasuk saya yang jadi kuasa hukum), duduk di antara mereka. Bedanya, saya tidak tegang. Mungkin karena berada di posisi yang berbeda. 

Padahal seperti kita ketahui dari ceramah Pak Ustaz, perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah membenci sebuah perceraian.

Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik,” (QS. Al-Baqarah: 229).

Ada apa sebenarnya yang terjadi di dalam rumah tangga kita ini? Ke mana janji setia yang pernah diucapkan di depan penghulu? Terbang ke mana doa dan mimpi indah itu? Tersangkut di mana harapan akan menjadi pasangan suami isteri yang sakinah, mawaddah, wa rahmah itu?

Puluhan tahun sudah membina rumah tangga, berbagai rintangan dilalui, duri dan onak dilewati, tapi kenapa mesti harus berakhir di depan majelis hakim, di meja hijau pengadilan? 

Sebagai kuasa di antara mereka, koq saya jadi baperan ya hehe..(Nur Terbit)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.