Meramu Nada Ala Bedroom Producer

Foto Bedroom Producer
Sumber :
  • vstory

VIVA – “Sesimpel bangun tidur, dapat ide untuk buat lagu, lalu direkam. Kamar menjadi sebuah sarana atas diri gue dan musik yang gue hasilkan.”

Bermula dari kecintaannya terhadap musik, Rafif Thoriq memulai kariernya sebagai bedroom producer saat ia duduk di bangku SMA kelas dua. Tidak ada yang menyangka bahwa keisengannya menonton video Martin Garrix Masterclass empat tahun lalu membawanya menjadi seorang bedroom producer.

Pria berumur 19 tahun yang akrab disapa Thoriq ini aktif sebagai mahasiswa Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Sebagai produser musik, Thoriq sangat mengutamakan faktor kenyamanan untuk menjaga mood bermusiknya tetap bagus. Tidak heran ia mengawali proses kreatif bermusiknya dari sebuah kamar tidur.

Kamar, menurutnya, merupakan sebuah ruangan yang merefleksikan kepribadian seseorang.

“Menurut gue, siapapun itu akan menjadi dirinya sendiri ketika di dalam kamar,” ujar Thoriq ketika ditanya mengenai keputusannya untuk menjadi seorang bedroom producer.

Berbekal peralatan produksi yang masih seadanya, saat itu ia mulai mencoba menghubungi teman-temannya yang tertarik terjun ke dunia musik. Hingga pada tahun 2018, melalui akun Soundcloud pribadinya, ia merilis lagu pertamanya yang berjudul Everything I Do is Not the Right Thing To Do.

“Gue iseng-iseng buat lagu sama temen-temen gue, walaupun belum bagus-bagus banget tapi seenggaknya saat itu gue udah mulai mencoba,” tuturnya.
Ketekunan dan kecintaannya dalam memproduksi musik membuat ia, pada akhirnya, dilirik oleh sekolahnya.

“Di SMA, sekitar tahun 2018 dan 2019, gue pernah bikinin lagu untuk flashmob, terus pernah bikin soundtrack untuk cup sekolah gue,” jelasnya.

VIVA Group Presents Special Programs to Support the 2024 Election

Spirit bermusik. Mungkin itu intinya. Pengalaman Thoriq ketika memulai karier menjadi seorang bedroom producer menunjukkan bahwa hal penting dari proses kreatif bermusik adalah passion, semangat berkarya, dan tidak mudah menyerah pada keadaan yang mungkin belum menghendakinya untuk muncul ke permukaan.

Dari kamar tidur hingga pada akhirnya Thoriq bisa merilis 17 lagu di berbagai platform musik, seperti Soundcloud dan Spotify. Itu semua berawal dari sebuah kamar yang ia gunakan untuk bermusik, lalu mengemasnya dengan gaya bermusiknya yang khas. Sedikit promo di media sosial, atau platform apapun yang pada akhirnya sampai ke telinga banyak orang dan disukai.

Red Light District Sex Workers Hold Massive Protest in Amsterdam

Dengan memanfaatkan apa yang ada dalam kamarnya tidak menyurutkan niat Thoriq dalam bermusik. Jika pada dasarnya musik yang dibuat memang bagus, tentu akan terdengar bagus juga. Tidak peduli dengan keterbatasan alat rekamnya, atau seperti apa merekamnya.

“Bagi gue, kejujuran dalam bermusik itu hal yang paling utama. Ini bukan soal aspek penunjang kayak studio atau apapun itu. Semua balik lagi ke pelaku musiknya,” pungkasnya.

Gelar Fan Meeting Perdana di Jakarta, Ahn Hyo Seop Akui Sudah Lama Menanti
Logo Facebook.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

The Taliban in Afghanistan have announced plans to restrict or completely block access to Facebook, a move condemned by rights activists. The Taliban’s acting minister of

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.