Protokol COVID-19 Vs Protokol Hidup

protocol
Sumber :
  • vstory

VIVA – Panik, bahkan “crazy panic”. Itulah gambaran dunia saat ini. Makhluk hidup kecil (mikroorganisma) yang bernama COVID-19 dari jenis virus adalah pemicunya.

5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi, dari Buah Beri sampai Yogurt

Gambaran kepanikan, khususnya di Indonesia, dimulai ketika satu kasus teridentifikasi positif satu warga di Depok yang direspons dengan perburuan masker dan antiseptik berupa hand sanitizer di berbagai toko, apotik dan dan swalayan yang menjual kedua perlengkapan tadi.

Kepanikan massa juga dipicu ketika semua stasiun televisi nasional berlomba memberikan suguhan terbaru mengenai COVID-19. Suguhan klise dengan gambar yang diulang-ulang.

7 Manfaat Luar Biasa Buah Pepaya untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Jaga Kesehatan Kulit

Selanjutnya, kegaduhan mewarnai dunia medsos yang diramaikan dengan berbagai postingan dan komentar. Tak ketinggalan guidance, protocol dan tips untuk mencegah penularan COVID-19. Technical guidance dari satu badan perserikatan antar bangsa yang bernama WHO menjadi acuan.

Semua negara terdampak, termasuk Indonesia telah mengadopsi guidance atau protocol tersebut. Maka, Departemen Kesehatan pun me-release berbagai protocol pencegahan penularan Covid-19.

Kemenag Bekali Pelatihan Guru dan Pengawasan RA untuk Cegah Stunting Melalui PAUD HI

Tidak cukup di sini, berbagai tips pencegahan penularan bermunculan di medsos. Lepas dari sudah terbukti atau masih diuji bahkan tak berkaitan sama sekali dengan kebenaran pencegahan terhadap si makhluk hidup kecil tersebut.

Bagi orang beriman, tentu bukan hal yang sulit untuk meyakini bahwa satu mikroorganisma yang sedang trend saat ini adalah ciptaan-Nya. Ia adalah makhluk yang berada di bumi.

Allah berfirman bahwa Dia-lah yang menciptakan bumi dan langit beserta apapun yang berada di antaranya(QS 25:59).  Bagi orang beriman, tentunya juga dapat meyakini bahwa apapun yang diciptakan-Nya, tak ada satupun yang sia-sia (QS 3:191). Kendali makhluk itu ada kepada-Nya termasuk manfaat dan kerugiannya. Saat ini, (sebagian dari) kita hanya (baru) mengenal sisi kerugiannya, belum menemukan apa manfaatnya.

Dalam keyakinan lebih mendasar, kita selaku orang yang berserah diri, menyatakan ketundukan kepada-Nya, telah berkomitmen bahwa perawatan dan pengasuhan-Nya berlaku di alam raya ini. “Alhamdulillahi rabbil ‘lamiin”, demikian kita berulang menyatakan pemahaman ini.

Lantas kita juga menyanjung-Nya, “Dialah, Allah Ar-rahmaan dan Ar-rahiim.” Selanjutnya kita menuju kepada satu keyakinan, apapun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan dalam satu pengadilan-Nya, yaumiddin, hari perhitungan akan segala sistem/cara/jalan hidup yang kita tempuh saat hidup di dunia ini. “Maaliki yaumiddin”.     

COVID-19, bagi saya sendiri adalah fenomena-Nya dan berlaku sunnatullah (cara kerja Allah bagi alam raya ini). Kita diingatkan, pada akhirnya, bahwa makhluk mikroskopik, tak nampak dengan mata telanjang, justru membukakan mata kita semua, sekaligus menggemparkan dunia. 

Melalui ancaman COVID-19, kita diingatkan akan perlunya satu aturan, protokol dan panduan. Aturan atau cara hidup sehat, aturan berkomunikasi, aturan bersosialisasi. Dan respon dari kita, mencari dan berharap sejumlah aturan yang benar dan akurat itu.

Dunia, bumi tercipta. Di dalamnya ada makhluk bernama manusia. Diembankan-Nya sebuah amanah dan misi pengurusan bumi (khalifutul fil ardl)  kepada manusia (QS 2:30), ditugaskan-Nya sebuah pengabdian (ibadah, QS 51:56).

Dan misi kekhalifahan dan ibadah ini pun, tak dilepas-Nya tanpa sebuah protokol, dihadirkan-Nya protokol hidup, manual kehidupan, kitab-Nya (2:185), supaya manusia tak hilang arah, berada dalam jalan yang lurus bukan jalan yang dimurkai-Nya, atau di luar protokol-Nya yang pastinya sesat (QS 1:7).

Maka setelah kita berkomitmen melakukan pengabdian kepada-Nya dan berjanji hanya meminta perlindungan kepada-Nya (QS 1:5), kita berdo’a dan berharap kepada-Nya: Ihdina shiraathal mustaqiim, tunjuki kami untuk senantiasa dalam petunjuk-Mu yaitu Jalan yang Lurus (QS 1:6). Sebuah Jalan yang tidak asing lagi namun telah ditempuh oleh manusia-manusia terdahulu yang telah Allah beri nikmat kepada mereka (QS 1:7 dan 4:69).  

Maka, melalui COVID-19 ini pula, misi pengurusan bumi dan pelayanan seolah diingatkan-Nya. COVID-19 sangat berbahaya, kita harus segera menyelamatkan bumi dan isinya.

Namun ingat, jangan sampai merusak keyakinan. Kita mesti ingat akan komitmen kita: Iyyaka na’budu wa iyya ka nasta’iin. Jangan lupakan meminta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya. Jangan sampai kita hanya sebatas mencari protocol penanganan COVID-19, namun bulatkan juga tekad kita untuk senantiasa mencari, menemukan dan memahami protokol hidup, Kitabullah, yang bisa jadi selama ini kita lupakan dan bisa jadi semua ini adalah sebuah peringatan dari-Nya.

Entahlah, dalam Kitab-Nya pula, Allah telah menuliskan bagaimana jeritan sang Khataman Nabiyin, mengadu kepada-Nya, bahwa umatNya telah melupakan panduan hidup, Al-Qur'an.  Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran ini diabaikan.”  (QS 25:30).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.