- vstory
VIVA – Jakarta menerapkan kembali PSBB Transisi mulai 22 November 2020. Beberapa gerai makanan dan pusat perbelanjaan akhirnya menerima layanan makan ditempat. Sebagai pusat perbelanjaan yang juga menampung beberapa tenant makanan, Central Park Mall terus memberikan penawaran menarik bagi para pengunjungnya serta protokol kesehatan yang lengkap, tentunya demi mengedepankan keamanan bagi para pengunjungnya.
“Sejak dibukanya mall pada 15 Juni 2020 lalu lintas pengunjung ke pusat perbelanjaan tidak pernah mencapai 50% yang juga menjadi tolak ukur penurunan minat berbelanja di pusat perbelanjaan. Namun, inovasi terus kami hadirkan melalui beberapa upaya seperti Protokol kesehatan yang memadai dan layanan online.
Sehingga pengunjung tetap dapat berbelanja baik dari rumah maupun mengunjungi mall "ujar Nadya Arriana selaku Humas Central Park Mall. Pusat perbelanjaan selalu menghadirkan layanan dan penawaran yang menarik, selain meningkatkan minat belanja masyarakat, hal ini juga berdampak pada perbaikan perekonomian bangsa yang belakangan ini mulai berada di ambang resesi.
“Kangen belanja sama jalan-jalan, ke mall selalu waspada dan akhirnya selalu memilih tempat yang tidak ramai dan protokol kesehatan terjamin ”jawab Gading selaku salah satu Pengunjung Mall. "Selama New Normal dan masa PSBB Transisi ini, traffic pengunjung yang diperbolehkan hanyalah di angka 50% kapasitas gedung mal, sehingga jika suatu waktu terjadi kepadatan pengunjung di dalam gedung mal, pihak mall akan menahan pengunjung yang baru akan datang sampai beberapa pengunjung yang di dalam sudah keluar dari dalam gedung mall" Jawab Nadya.
Menjawab beberapa video viral di media sosial yang menunjukan protokol kesehatan di central park mall. Pihak mall membantah adanya lonjakan pengunjung setelah video tersebut beredar, saat dikonfirmasi pihak mall mengatakan tetap ada upaya yang terbaik agar membuat pengujung tetap merasa aman dan nyaman.
Pencarian Perawatan Kesehatan Global, Memahami Perspektif dan Tren Masyarakat Indonesia
Salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat Indonesia untuk mencari pengobatan di luar negeri adalah kekurangan infrastruktur kesehatan yang memadai.
