Lawan Obesitas dengan Pola Hidup Sehat

Lemak berlebih di perut indikasi obesitas.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Saat ini Indonesia mengalami dua masalah gizi. Di satu sisi terjadi kekurangan gizi kronik yang mengakibatkan stunting atau gagal tumbuh pada anak-anak. Namun di sisi lain angka obesitas terus meningkat. Apalagi dengan pandemi Covid-19 yang telah melanda selama setahun terakhir, banyak masyarakat yang terjebak dalam gaya hidup sedentary atau minim aktivitas fisik.

Sederet Tips Jitu untuk Turunkan Berat Badan Setelah Lebaran

Kementerian Kesehatan merilis data obesitas sentral di Indonesia melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan setiap lima tahun. Obesitas sentral ditandai dengan lingkar perut yang melebihi angka normal, yaitu 80 cm untuk perempuan dan 90 cm untuk laki-laki.

Riskesdas 2007 mencatat proporsi obesitas sentral pada usia 15 tahun ke atas sebesar 18,8 persen. Riskesdas berikutnya yang dilakukan pada tahun 2013 melaporkan obesitas sentral meningkat menjadi 26,6 persen. Lima tahun kemudian, data Riskesdas kembali menunjukkan peningkatan obesitas sentral menjadi 31,1 persen. Artinya, 1 dari 3 orang Indonesia mengalami obesitas sentral.

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

Sudah beberapa hari setelah peringatan Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret lalu, topik seputar obesitas, kegemukan, dan diet masih menjadi perbincangan. Tentu ini menjadi pertanda baik. Masyarakat akan semakin menyadari pentingnya menjaga berat badan ideal dan terhindar dari berbagai risiko penyakit-penyakit yang bisa mengancam jiwa.

Sebenarnya, apa sih obsesitas itu? Dan apa yang harus dilakukan jika kita mengalaminya? Obesitas adalah kondisi tubuh yang mengalami penumpukan lemak dalam jumlah yang besar. Kondisi ini disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah kalori yang masuk dan kalori yang dikeluarkan tubuh kita.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

Selain melalui pengukuran lingkar perut, obesitas juga bisa diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh, yaitu angka yang menjadi standar penilaian untuk menentukan berat badan tergolong normal, kurang, atau berlebih. Menghitung indeks massa tubuh dilakukan dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan kuadrat (dalam satuan meter). Sesuai dengan klasifikasi yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dikatakan obesitas jika indeks massa tubuhnya sebesar 25 atau lebih.  

Keluar dari Himpitan Masalah Obesitas

Tak bisa ditawar, orang yang menderita obesitas harus segera mengembalikan berat tubuhnya menjadi normal. Memang bukan perkara mudah, menurunkan berat badan memerlukan komitmen dan usaha yang terus menerus. Apa saja yang harus dilakukan?

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan aktivitas fisik secara rutin. Dengan bergerak, tubuh kita akan melakukan pembakaran kalori. Data Riskesdas menemukan peningkatan angka aktivitas fisik kurang atau malas gerak pada penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas. Pada 2013, Riskesdas mencatat angka aktivitas fisik kurang sebesar 26,1 persen. Kemudian meningkat menjadi 33,5 persen pada 2018. Jadi tak mengherankan apabila dalam lima tahun tersebut terjadi peningkatan angka obesitas.

Aktivitas fisik di golongkan dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terukur dan aktivitas fisik tidak terukur. Termasuk dalam kategori aktivitas fisik tidak terukur adalah aktivitas keseharian seperti melakukan pekerjaan rumah tangga. Contoh lain adalah memilih jalan kaki daripada naik kendaraan apabila jarak tempuh tidak terlalu jauh.

Aktivitas fisik terukur atau sering juga disebut dengan latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara berulang untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Kementerian Kesehatan memberikan panduan latihan fisik dengan baik, benar, teukur, dan teratur atau sering disingkat BBTT.

Latihan fisik yang baik dilakukan dengan menyesuaikan kondisi fisik dalam lingkungan yang sehat, aman, tidak rawan cedera, dan memakai baju yang nyaman. Selain baik, juga harus dilakukan dengan benar. Artinya dilakukan bertahap mulai pemanasan, gerakan inti, dan diakhiri dengan pendinginan.

Latihan fisik terukur diartikan sebagai aktivitas fisik yang diukur intensitas dan waktu latihannya. Dan yang terakhir adalah teratur, yaitu dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam seminggu dengan jeda istirahat.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah menjaga pola makan yang sehat dengan komposisi seimbang. Pola makan dengan memperbanyak buah dan sayur sangat baik dilakukan. Kementerian Kesehatan telah meluncurkan program isi piringku untuk menjaga asupan gizi seimbang. Isi piringku memberikan panduan perbandingan asupan gizi sekali makan adalah makanan pokok 2/3 dari 1/2 piring, lauk pauk sebagai sumber protein 1/3 dari 1/2 piring, sayur-sayuran 2/3 dari 1/2 piring, dan buah-buahan 1/3 dari 1/2 piring.

Setelah aktivitas fisik dan pola makan, pola hidup sehat yang mendukung upaya keluar dari masalah obesitas adalah istirahat cukup. Dan yang tak kalah penting adalah menghindari stress. Kondisi stress akan berakibat pada ketidakmampuan diri dalam berfikir sehat.

Stress memang bisa berdampak pada penurunan nafsu makan sementara. Namun stress yang berkepanjangan meningkatkan produksi hormon kortisol dan memicu rasa lapar. Ditambah lagi pada saat stress terjadi kecenderungan untuk memilih makanan manis dan tinggi lemak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.