Vaksinasi sebagai Titik Awal Mengejar Herd Immunity

Ilustrasi vaksinasi COVID-19.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sudah setahun lebih kegiatan kita dibatasi. Seakan “dibungkam” dan menjadi tidak bebas. Tidak lain tidak bukan, semua ini adalah ulah dari makhluk kecil yang akrab disapa Covid-19.

Tidak hanya menimbulkan kejenuhan bagi setiap orang yang kegiatannya harus dilakukan dari rumah, pandemi Covid-19 ini juga memberikan dampak di berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.

Banyak hal yang telah diusahakan untuk dapat membebaskan kita dari pandemi Covid-19 ini, salah satunya adalah melalui kegiatan pencegahan. Terdapat beberapa tahap dalam melakukan pencegahan penularan Covid-19 . Tahap pertama yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan terkait protokol kesehatan, dan tahap kedua adalah dengan melakukan vaksinasi.

Berbicara mengenai vaksinasi sepertinya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Beberapa bulan vaksinasi sudah menjadi “buah bibir” yang hangat diperbincangkan. Banyak pro dan kontra serta opini-opini masyarakat lainnya yang menyertai vaksinasi ini. Namun, sudahkah kamu mengenali vaksin dan vaksinasi lebih jauh?

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Sedangkan, vaksinasi adalah proses di dalam tubuh di mana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 

Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung. Upaya pemberian vaksin yang dimaksimalkan juga dapat mengantarkan kita gerbang awal terbentuknya kekebalan kelompok atau yang biasa kita kenal dengan herd immunity.

Kekebalan kelompok atau herd Immunity merupakan situasi dimana sebagian besar masyarakat terlindung/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran vaksinasi.

Jaksa KPK Ungkap Andhi Pramono Dapat Kiriman Uang 'Lekas Sembuh' Rp80 Juta saat Sakit Covid-19

Menurut WHO, Kekebalan kelompok tercapai dengan cara melindungi orang dari virus, bukan dengan cara memaparkan orang terhadap virus tersebut. Vaksin melatih sistem imun kita untuk menciptakan protein yang dapat melawan penyakit, yang disebut ‘antibodi’, seperti jika kita terpapar pada suatu penyakit, tetapi perbedaan pentingnya adalah bahwa vaksin bekerja tanpa membuat kita sakit. Orang yang telah diimunisasi terlindung dari penyakit yang bersangkutan dan tidak dapat menyebarkannya, sehingga memutus rantai penularan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan di Indonesia adalah:

WHO Peringatkan Ancaman Wabah Penyakit yang Serang Anak-anak di 2024
  1. Vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero)
  2. AstraZeneca
  3. China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
  4. Moderna
  5. Novavax Inc
  6. Pfizer Inc. and BioNTech,
  7. Sinovac Life Sciences Co., Ltd.

Jenis-jenis vaksin tersebut merupakan vaksin yang masih dalam tahap pelaksanaan uji klinik tahap 3 atau telah selesai uji klinik tahap 3. Penggunaan vaksin tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari BPOM.

Target Anak Usaha Telkom Tidak Main-main

Persentase orang yang perlu memiliki antibodi untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap suatu penyakit berbeda-beda dari satu penyakit ke penyakit lain. Sebagai contoh, untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap campak, sekitar 95% populasi harus diimunisasi.

5% penduduk lain akan terlindungi karena campak tidak akan menyebar di antara orang-orang yang diimunisasi. Untuk polio, ambangnya adalah sekitar 80%. Sedangkan untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap COVID-19 memiliki berbagai pendapat.

Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular dr. Anthony Fauci menyebut, herd immunity baru bisa tercapai bisa 70-85 persen dari populasi di satu wilayah sudah divaksin. Sedangkan dokter spesialis penyakit dalam Jorge Rodriguez memperkirakan, herd immunity memerlukan vaksinasi pada 85-90 persen dari populasi.

Yang menjadi kekhawatiran kita dewasa ini adalah herd immunity tidak bertahan lama atau bahkan tidak tercapai sama sekali jika persentase atau ambang tersebut tak kunjung tercapai baik karena lambatnya proses vaksinasi, atau masyarakat yang tidak bersedia divaksin.

Padahal perlu kita ketahui bahwa vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu, dan apabila seseorang tidak menjalani vaksinasi maka ia tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut yang pada akhirnya herd immunity atau kekebalan populasi yang hendak dicapai pun tidak terealisasikan.

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, dapat kita ketahui bahwa pemberian vaksin COVID-19 dapat menjadi “titik start awal” bagi kita untuk dapat mencapai kekebalan populasi dimana pandemi COVID-19 bisa diselesaikan. Oleh karenanya, kita tidak perlu ragu untuk menjalankan vaksinasi COVID-19 yang sudah diprogramkan oleh pemerintah. 

Namun, perlu diingat bahwa kita tidak boleh hanya bergantung pada vaksinasi COVID-19 ini. Vaksinasi tidak akan berhasil mencapai kondisi kekebalan populasi jika masyarakat tetap lalai terhadap protokol kesehatan. Kita tetap harus meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan sampai pandemi COVID-19 benar-benar dinyatakan telah berakhir dan aspek-aspek kehidupan pun dapat kembali normal.

Infografis Vaksinasi oleh Arsyalia Witri Adinda

Ditulis oleh Arsyalia Witri Adinda

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.