Tren Diet Remaja: Dari Nothing Jadi Stunting

Remaja dengan Pola Diet Sehat
Sumber :
  • vstory

VIVA – Beauty standard atau biasa kita sebut dengan standar kecantikan, telah memberikan tanggapan kepada masyarakat bahwa cantik itu salah satunya harus kurus. Hal ini selanjutnya memengaruhi beberapa kalangan, terutama remaja putri, untuk berlomba-lomba menurunkan berat badan.

Dear Penderita Maag, 5 Tips Ini Bermanfaat Untukmu

Belakangan ini, berbagai tren pola diet muncul ke permukaan, untuk selanjutnya dipraktikkan oleh banyak sekali remaja putri. Demi mendapatkan tubuh yang memenuhi standar kecantikan, mereka rela melakukan berbagai tren pola diet tersebut berhari-hari, bahkan berbulan-bulan lamanya. Entah dengan konsisten melaksanakan satu pola diet, maupun mengkombinasikan berbagai pola diet untuk mencapai hasil yang dirasa maksimal.

Sayangnya, tidak semua tren pola diet yang populer di kalangan remaja itu tepat. Banyak sekali yang melenceng dari prinsip dasar kesehatan, bahkan ada yang dapat menimbulkan dampak buruk terhadap tubuh yang melakukan tren pola diet tersebut.

Menu Sahur Ini Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Salah satunya adalah pola diet yang diusung oleh seorang publik figur yang namanya cukup terkenal. Dalam buku pola dietnya, publik figur tersebut menjelaskan bahwa makanan berserat seperti sayur dapat membuat gemuk serta dapat mengganggu bakteri baik dalam tubuh, yang kemudian tidak bisa menyerap nutrisi penting dari lambung dan usus.

Menurut akun @dietisien.id, sebuah akun instagram seputar gizi yang dikelola oleh tim Dietisien berlisensi, justru sangat banyak jenis sayuran yang jumlah kalorinya dapat diabaikan (karena sangat rendah), seperti timun, selada, tomat, oyong, dan lobak.

Mau Diet Defisit Kalori saat Lagi Puasa? Begini Caranya

Sedangkan untuk menjadi gemuk, kalori yang masuk ke dalam tubuh harus melebihi kalori yang dibutuhkan, sehingga sangat tidak masuk akal apabila sayur dinilai mudah menaikkan berat badan. Selain itu, kandungan serat dari sayur justru disukai bakteri baik karena dari situ akan terjadi proses fermentasi dengan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.

Selain pola diet di atas, ramainya obat penurun berat badan di sosial media juga cukup mengkhawatirkan. Beberapa obat ditawarkan dengan cara mudah dan dengan klaim-klaim menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Diet seperti ini umumnya tidak bertahan lama, berat badan yang tadinya berkurang akan kembali seperti semula dalam waktu singkat.

Tren pola diet yang disebutkan di atas hanya satu contoh dari berbagai tren pola diet melenceng yang populer di sosial media. Banyak sekali kalangan, terutama remaja putri, yang rela mengurangi porsi makannya secara drastis demi mendapatkan tubuh yang menurutnya ideal.

Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena dengan mengikuti pola diet yang salah tersebut, akan banyak dampak buruk yang terjadi pada tubuh remaja, baik dampak jangka pendek, maupun jangka panjang. Salah satu dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah potensi penyakit Stunting pada anak di masa mendatang.

Stunting didefinisikan oleh WHO sebagai kondisi kronis buruknya pertumbuhan tinggi anak yang merupakan akumulasi dampak dari berbagai faktor, seperti buruknya gizi dan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran anak tersebut. Stunting pada anak dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik. 

Kurangnya gizi yang merupakan faktor utama Stunting inilah yang berhubungan dengan pola diet pada remaja putri. Saat remaja putri melakukan pola diet yang salah, tubuh bisa kehilangan zat-zat gizi mikro penting, salah satunya zat besi (Fe). Ditambah lagi, remaja putri mengalami menstruasi yang sebenarnya sudah mengurangi banyak kandungan zat besi dalam tubuh. Kondisi kekurangan zat besi ini sering dikenal dengan Anemia.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pada Webinar Perayaan Hari Gizi Nasional ke-61 mengatakan, “Kalau saat masa remaja sudah memiliki anemia, maka berpeluang menderita anemia saat hamil (setelah menikah). Kondisi ini akan semakin buruk sebab pada saat hamil dibutuhkan gizi yang lebih banyak. Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan lahir rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting” (22/1).

Intinya, jika sejak remaja sudah melakukan pola diet yang salah, lalu berakibat pada kurangnya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, maka saat menjalani masa kehamilan, tubuh akan mengalami defisiensi zat gizi mikro dan anak yang dilahirkan nantinya berpotensi tinggi mengalami Stunting. Lalu, bagaimana agar berat badan remaja putri tetap terjaga tetapi tidak dengan melakukan pola diet yang salah?

Dalam buku Gizi Anak dan Remaja yang dikarang oleh Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, M.P.H. dkk, dalam melakukan pola diet, sebaiknya dilakukan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh dokter. Selain itu, kontrol porsi dan pemilihan jenis makanan dengan sedikit/tanpa lemak juga merupakan kunci keberhasilan diet. Namun sederhananya, cukup dengan mengikuti paduan tumpeng gizi seimbang yang diterbitkan Kemenkes saja sudah dapat menjadi suatu awalan yang baik untuk mendapatkan pola diet yang sesuai dan pastinya dapat mencegah risiko Stunting pada anak di masa mendatang.

Pada akhirnya, melakukan pola diet yang sehat tidak akan ada ruginya. Tidak hanya remaja putri, ibu hamil, menyusui, dan yang telah melahirkan juga harus memperhatikan pola dietnya, karena pastinya akan juga berdampak pada anak-anaknya di kemudian hari. Karena sesungguhnya, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Penulis: Dian Fitri

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.