Punya Rumah, Mobil, dan Pekerjaan Tetap Tapi Masih Mengaku Sulit?

Seorang petani mengayuh sepeda (Foto:Bisapintar.com)
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id - Satu lagi cerita pendek yang mungkin banyak dialami orang lain. Setidaknya saya memulainya dengan pengalaman di sekitar saya sendiri. Bukannya sok bijak atau merasa lebih baik dari orang lain, tapi setidaknya setiap perjalanan waktu dan pengalaman bisa dijadikan pembelajaran berharga.

10 Kebiasaan yang Membuat Karyawan Bahagia di Tahun 2024 Menurut Analisis

Apalagi di tengah kehidupan sekarang ini. Di mana bekerja di suatu perusahaan atau usaha pribadi ataupun di ruang lingkup Pemerintahan masih jauh dari kesejahteraan.

Memiliki penghasilan bulanan terkadang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mulai dari kebutuhan dapur, pendidikan dan kesehatan. Belum lagi kebutuhan penting lainnya termasuk transportasi dan sebagainya.

Viral Sosok Riccie Playboy, Pria Asal Medan yang Gemar Bagi-bagi Iphone

Segala fakta yang kita rasakan dan alami tentunya sangat dibutuhkan kebijaksanaan dalam pengelolaan keuangan, mendahulukan yang penting dari pada yang kurang dipentingkan. Misalnya berbelanja pakaian. Hal semacam ini mungkin bisa ditunda pada kesempatan lain dan lebih mengutamakan kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda-tunda.

Setelah menata waktu dan keuangan, sisanya hendaknya kita banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT. Karena kita masih banyak diberikan waktu untuk berbuat sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi keluarga dan orang banyak.

Berbagi, Cara Robby dan Nastasya Shine Bersyukur Sekaligus Teruskan Tradisi

Biarkan waktu mendampingi kita untuk menggapai sesuatu yang lebih baik dengan landasan usaha kerja keras, kerja cerdas dan mendapatkan atas apa yang kita kerjakan. Mengembangkan kemampuan, menggali potensi diri sendiri dan terus berinovasi untuk menuju satu perubahan yang baik.

Masih Mengaku Sulit?

Sebelum memberikan jawaban atas sub judul di atas, penulis ingin berbagi cerita kepada sahabat pembaca. Seorang sahabat yang sejak lama kukenal.

Ia memiliki rumah sendiri, mobil pribadi dan pekerjaan tetap dengan penghasilan di atas lima juta rupiah setiap bulannya. Namun sepanjang tahun, ia selalu mengeluhkan tentang kehidupannya yang pahit. Selalu mengumbar kesulitan soal keuangan.

Secara kasat mata, ironi jika hal itu bisa terjadi. Tapi mengapa hal itu bisa terjadi. Sejujurnya harta bukan jaminan untuk membuat pemiliknya bahagia. Salah dalam mengelola harta lebih kepada menyulitkan diri sendiri.

Karena mereka lebih mendahulukan yang tidak penting ketimbang yang lebih penting. Mereka cenderung berkaca kepada orang lain yang hidup dalam gelimang harta. Karena menurut mereka itu yang membahagiakan. Padahal tidak. Bahagia itu ada dalam hati. Harta mereka tak bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, karena selalu kurang.

Ini adalah bentuk orang-orang yang kurang bersyukur. Jika berkaca dengan apa yang dilalui sahabat kita yang lain, bekerja sebagai buruh dan petani. Tapi senyum bahagia selalu menyertai keluarganya. Padahal biaya hidupnya hanya pas-pasan buat makan dan pendidikan anak. 

Dapat pagi habis petang. Sejatinya mereka bangga dan nyaris tidak ada keluhan. Terkadang di tengah situasi semacam itu, mereka juga bisa membantu orang lain sesuai dengan kemampuan mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.