Utang Produktif dan Konsumtif, Ini Bedanya

Foto- Instagram Cairin_id
Sumber :
  • vstory

VIVA – Utang. Bagi sebagian orang mungkin menganggap hal tersebut adalah ide yang buruk untuk menyelesaikan masalah seperti kebutuhan mendesak. Banyak yang beranggapan buruk ketika mendengar kata utang. Sebagian mengatakan hanya akan menambah masalah atau akan terjebak lingkaran setan.

Rasio Utang Pemerintah 2025 Ditargetkan Naik Jadi 40 Persen, Kemenkeu Buka Suara

Harus kamu ketahui, utang tidaklah selalu buruk seperti yang kamu pikirkan. Nyatanya banyak sekali pengusaha sukses dengan modal berutang terlebih dahulu. Dan kamu harus tahu ada dua jenis utang yang berbeda. Seperti apa sih bedanya? 

Utang Produktif

Ini Penyebab Aset PLN Nusantara Power Melesat Jadi Rp 350 Triliun

Utang produktif ini salah satunya utang untuk keperluan bisnis atau investasi. Utang ini artinya utang yang bermanfaat karena nilainya selalu bisa bertumbuh dari waktu ke waktu. Jenis utang ini sangat membantu Anda untuk menghasilkan uang dan membantu untuk berinvestasi.

Utang ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bisnis atau investasi Anda dan bukan untuk berfoya-foya semata. Contoh utang jenis ini misalnya melakukan pembayaran secara online untuk mengikuti sertifikasi online/kursus online dengan menggunakan kartu kredit, membeli properti dengan pinjaman KPR, atau mengajukan pinjaman ke bank berupa KTA untuk mengembangkan bisnis.

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Semua utang yang disebutkan di atas dapat dimanfaatkan sebagai investasi. Saat Anda melakukan kredit properti, dan ketika unit tersebut sudah jadi, Anda dapat menyewakan kepada orang lain atau dijual kembali. Lain halnya saat mengajukan pinjaman KTA, saat bisnis Anda lebih berkembang maka pundi-pundi pun dapat bertambah lagi.

Utang Konsumtif

Utang jenis ini sangatlah berbeda dengan utang produktif, kenapa? Seperti namanya, utang konsumtif, utang yang bisa saja menjadi boomerang untuk Anda. Karena utang ini hanya akan memenuhi kebutuhan dari keinginan Anda semata. Contohnya adalah ketika Anda ingin mengganti smartphone dengan cara berutang dengan KTA atau kartu kredit.

Hal ini sangatlah tidak menguntungkan Anda dan tidak akan menambah berkembangan pundi-pundi Anda. Belum lagi ketika Anda memiliki keterlambatan pengembalian utang. Biasanya Anda akan dikenakan biaya tambahan atau denda karena adanya keterlambatan.

Misalnya seorang graphic designer memutuskan untuk membeli MacBook seharga 20 juta rupiah dengan kartu kredit untuk keperluan pekerjaannya. Dia menganggap fitur dan spesifikasi yang ada di dalam MacBook tersebut dapat membuatnya lebih produktif. Apakah ini termasuk utang yang bersifat produktif atau konsumtif? Tentu saja produktif,. Karena walaupun membeli dengan kartu kredit, dia dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan sesuai dengan kebutuhannya.

Ada satu kasus lagi, misalnya saja seorang akuntan yang ingin membeli MacBook tersebut. Utang untuk menunjang pekerjaan Anda. Apakah langsung dianggap utang yang konsumtif? Belum tentu. Bisa saja, dia adalah seorang akuntan yang juga memiliki bakat di bidang desain, lalu MacBook tersebut dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan sampingan sebagai desainer lepas, dan bisa juga digunakan untuk mendukung pekerjaan utamanya dengan memasang software akuntansi.

Tentu saja utang tersebut langsung terhitung sebagai utang yang produktif. Lain halnya jika ia hanya menggunakannya untuk menonton film atau sekedar browsing. Tentu saja tidak ada nilai yang bertambah dari benda tersebut. Jika ini terjadi maka otomatis cicilan yang sedang berjalan langsung berubah menjadi hutang yang bersifat konsumtif. 

Cara Menghindari Utang Konsumtif

Kita semua pasti tidak mau terlilit utang jenis ini. Orang yang memiliki utang bersifat produktif biasanya memiliki penghasilan tambahan untuk membayar cicilan utang yang masih tersisa. Berbeda dengan yang memiliki utang konsumtif cenderung lebih riskan terjerat piutang yang semakin bertambah.

Maka dari itu, pikirkan terlebih dulu kira-kira apa manfaat yang bisa didapatkan dari barang atau jasa sebelum membelinya. Dan pastikan kita membeli barang hanya untuk kebutuhan bukan dengan keinginan.

Sekarang Anda sudah lebih paham akan perbedaan keduanya bukan? Kesimpulannya, hanya Andalah yang dapat menentukan nilai barang/jasa yang Anda beli. Jika kegunaannya tidak dimanfaatkan dengan baik dan bisa memberi pendapatan lebih, tentu berubah menjadi sesuatu yang konsumtif. Jika mampu mengubahnya menjadi ladang penghasilan, akan berubah menjadi sesuatu yang produktif. Jangan sampai terjerat di utang yang konsumtif, ya!

(Penulis: Sandy Prakoso)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.