Inilah Tim Impian Liga 1 Indonesia 2019

Skuat Impian Liga 1 Indonesia 2019 Versi Penulis
Sumber :
  • vstory

VIVA – Dengan formasi 4-4-2, saya mulai dari posisi kiper:
Saya memilih Nadeo Argawinata sebagai kiper utama dan Miswar Saputra sebagai kiper pelapis. Alasan:
- Usia muda tetapi performa konsisten dan masih dapat ditingkatkan ke depannya
- Postur ideal (di atas 180 cm)
- Mental teruji
- Performa Nadeo semakin ok di timnas Sea Games 2019 dan disebut-sebut Kepa-nya Indonesia (tidak hanya skill, tetapi juga postur dan wajah mirip kiper Chelsea)
- Tidak emosian
- Khusus Miswar Saputra, seharusnya dia diberi kesempatan masuk tim nasional (Timnas) senior

Pemanfaatan Maggot Sebagai Pakan Ternak

Berlanjut ke posisi duet bek tengah:
Saya memilih dua bek tangguh (kombinasi asing dan lokal) Willian Pacheco dan Hansamu Yama untuk diduetkan di tim inti. Alasan:
- Usia muda tapi performa konsisten
- Kombinasi postur raksasa Willian Pacheco yang hampir 2 meter dengan postur ideal 180 cm Hansamu yang lebih gesit main bola bawah walau cukup tangguh juga main bola atas
- Kontribusi untuk tim: Willian Pacheco membawa Bali United juara dan Hansamu membawa Persebaya runner-up. Keduanya membuat tim yang dibelanya sedikit kebobolan
- Mental ok
- Willian Pacheco sering membantu penyerangan tim dan mencetak gol, terutama dari bola mati
- Hansamu juga konsisten sebagai pemain langganan timnas
- Hansamu sebagai leader / kapten tim

Sementara untuk pelapis bek tengah dipilihlah bek naturalisasi Persebaya Otavio Dutra. Postur ok, performa konsisten, sering membantu penyerangan+mencetak gol dari bola mati, kelas timmembawa timnya menjadi runner-up dan sedikit kebobolan (bersama rekan duetnya Hansamu, serta mental teruji). Usia di atas 30 tahun tidak terlalu menjadi masalah, karena kebugarannya masih terjaga.

Hidroponik, Solusi Lahan Sempit di Perkotaan

Berlanjut ke dua full back kiri dan kanan, saya memilih Ardi Idrus dan Putu Gede Juni Antara di tim inti. Alasan:
- Kedua pemain inilah yang dirasa paling konsisten
- Putu Gede cukup impresif dan elegan membawa Bhayangkara FC bersaing di papan atas, sementara Ardi Idrus dengan karakter ngeyel dan membuat frustasi penyerang sayap lawan
- Usia keduanya masih muda
- Mental teruji
- Keduanya pemain timnas senior

Sementara untuk pelapis mereka berdua dipilihlah Ricky Fajrin dari Bali United dengan alasan performa cukup konsisten, masih muda, mental ok, rajin overlap, kaki kidal dan bermain di dua posisi (bek kiri dan bek tengah) sama baiknya menjadi nilai plus.

Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis

Lalu untuk duet gelandang tengah, saya memilih duet Konate Makan dan Zulfiandi. Alasan:
- Keduanya saling melengkapi, Konate Makan attacking playmaker modern yang rajin mencetak gol (top score gelandang serang dengan 16 gol) dan mau ikut bertahan juga, Zulfiandi kuat dalam bertahan dan bisa mencetak gol dengan tendangan jarak jauhnya
- Masih usia muda
- Performa konsisten
- Mental teruji
- Zulfiandi pemain Timnas senior

Untuk pelapis keduanya, dipilihlah pemain muda kidal terbaik Liga 1 Todd Rivaldo Ferre sebagai pelapis Konate Makan dan Hanif Sjahbandi sebagai pelapis sepadan Zulfiandi. Todd dikenal sebagai playmaker agresif dan lincah bisa bergerak ke tengah dan sayap, sementara Hanif berposisi sebagai gelandang bertahan (bisa juga bek tengah) yang rajin mencetak gol ketika overlap memiliki postur bagus. Keduanya juga merupakan langganan timnas, Todd di tim junior dan Hanif di tim senior.

Beralih posisi sayap, saya memilih Febri Hariyadi di sayap kanan dan Osvaldo Haay di sayap kiri. Alasan:
- Keduanya pemain sayap dengan kecepatan lari yang luar biasa dan masih muda
- Performa cukup konsisten, khusus Osvaldo Haay performanya semakin ok di Timnas Sea Games 2019
- Keduanya kuat di kaki kiri menjadi nilai plus
- Mental teruji
- Keduanya pemain timnas
- Osvaldo bisa bermain di sayap maupun false nine, disebut-sebut Neymar-nya Indonesia

Sementara pelapis mereka adalah Septian David Maulana, pemain sayap muda produktif yang tidak kalah gesitnya dengan mereka berdua. Menjadi langganan timnas juga. Bahkan, bisa bermain sebagai playmaker modern dan penyerang lubang ala Konate Makan menjadi nilai plus.

Terakhir untuk posisi penyerang dipilihlah top score Liga 1 Marko Simic (28 gol). Dengan karakter striker murni, pemantul bola, dan target man yang cenderung diam di kotak penalti harus dilayani oleh striker yang cepat dan mau membuka ruang, namun tetap haus gol.

Dan itu dimiliki oleh seorang Yevhen Bokhashvili (16 gol). Pelapis dari duet striker maut ini adalah Ilija Spasojevic, penyerang naturalisasi yang mencetak 16 gol musim ini.

Karakternya mirip dengan Marko Simic, cuma tidak segarang Simic dalam hal produktivitas gol. Namun, kontribusi Spasojevic membantu timnya Bali United juara menjadi nilai plus.

Saya membatasi hanya 3 pemain tua berusia 30 tahun ke atas di tim pilihan saya, yaitu Marko Simic, Ilija Spasojevic, dan Otavio Dutra. Supaya lebih berwarna dan energik saja.

Terakhir, untuk pelatih jelas semua setuju pelatihnya Stefano Cugurra Teco yang berhasil membawa Bali United juara Liga 1 tahun 2019 dan Persija Jakarta juara Liga 1 tahun 2018.

Kejeliannya merekrut pemain asing berkualitas dipadukan dengan pemain bintang lokal dan pemain muda yang sedang berkembang menjadi kunci sukses pelatih asal Brazil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.