-
VIVA – Globalisasi merupakan sebuah era di mana seluruh bagian kehidupan sudah mulai berubah mengikuti perkembangan zaman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mudahnya manusia melakukan segala sesuatunya karena didukung oleh perkembangan teknologi.
Namun, dengan kemudahan tersebut, banyak hal-hal yang akhirnya bergerak ke arah yang cenderung kurang positif. Salah satu diantaranya adalah kurangnya literasi atau minat membaca dari anak bangsa.
Dilansir dari detik, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 62 dari 70 negara dengan tingkat literasi yang rendah. Data tersebut didapatkan dari hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) yang merupakan bagian dari Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 dengan total 72 negara.
Namun, pada saat itu, Malaysia dan Kazakhstan tidak memenuhi kualifikasi. Dengan data tersebut, maka sudah dapat dinilai bahwa minat membaca di Indonesia masih rendah.
Hal inilah yang menjadi sebuah dorongan bagi salah satu alumni beasiswa S2 BCF tahun 2013 dari Universitas Lampung, Wardani, untuk membentuk sebuah gerakan untuk meningkatkan kembali literasi anak bangsa yang sering disebut dengan Gerakan Literasi Sekolah Lampung.
Wardani, Salah Satu Penggerak Gerakan Literasi Lampung
Awalnya, Wardani, alumni asal Lampung tersebut, merasa prihatin dengan adanya kondisi pelajar yang kurang minta dengan membaca. Banyak dari mereka yang akhirnya menyalahgunakan kemudahan teknologi hanya untuk sekadar membaca sosial media dan melupakan tugas sekolahnya.
Wardani dalam melakukan gerakan literasi ini dibantu oleh para guru akademisi, pihak penyedia layanan sumber belajar (Gramedia dan Fajar Agung), serta pemerintah daerah. Kegiatan tersebut juga tidak hanya berfokus pada membaca saja, namun juga menulis dan berhitung.
“Melihat kondisi pelajar saat ini di Provinsi Lampung mengalami penurunan terhadap minat baca, khususnya minat baca terhadap sumber belajar. Jika melihat minat baca secara keseluruhan memang tinggi, namun minat baca pelajar di Provinsi Lampung lebih pada mengakses media sosial. Untuk minat baca terhadap sumber belajar masih rendah, baik buku fisik maupun elektronik,” tutur Wardani melalui pesan WhatsApp, 4 Desember 2020.
Pelatihan Membaca
Dalam dua tahun pelaksanaannya, Wardani dan tim tidak hanya memfokuskan saja untuk sekolah umum tetapi juga sekolah luar biasa. Penyuluhan kepada masyarakat juga dilakukan untuk lebih menekankan tentang pentingnya membaca bagi anak-anak. Keadaan pandemi seperti saat ini, tidak serta merta memudarkan semangatnya, Wardani tetap melaksanakannya secara online dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti sekolah.
“Sasaran kegiatan ini tidak hanya sekolah umum saja namun juga sekolah luar biasa. Kalau biasanya untuk kegiatan sosialisasi kemasyarakatan kami biasanya langsung terjun ke masyarakat melalui kegiatan pendampingan atau penyuluhan baik melalui komunitas atau melalui perangkat desa. Namun, dengan keadaan pandemi seperti saat ini, kami melakukannya secara online seperti salah satunya membuat karya tulis dengan tema Hari Guru. Seluruh hasilnya akan dikumpulkan dan dibukukan menjadi buku “Legendaris Kenangan Para Guru Mengajar Dimasa Pandemi Covid-19”,” tutur Wardani.
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.