Tantangan Menuntut Ilmu di Tengah Pandemi Covid-19

Online school, pexels.com
Sumber :
  • vstory
<
p>
VIVA
– Pandemi Covid-19 telah memaksa seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah untuk dihentikan sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diberlakukan awal April 2020. Virus Covid-19 sangat menular dan salah satu penyebarannya melalui droplet, sehingga semua orang dihimbau untuk sebisa mungkin tetap di rumah dan menghindari kerumunan.

Jika pun perlu berkegiatan di luar rumah, harus menjaga jarak serta selalu melaksanakan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Sekolah merupakan tempat di mana banyak orang berkumpul dan berkerumun, oleh sebab itu kegiatan di sekolah rawan menjadi klaster penyebaran Covid-19.

Kebijakan memberhentikan kegiatan di sekolah diambil sebagai upaya memperlambat laju persebaran virus dan tentunya untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pelajar, tenaga pengajar, dan masyarakat secara luas.

Agar kegiatan belajar mengajar dapat tetap berlangsung, diselenggarakan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di provinsi Banten sendiri, pemberhentian kegiatan belajar mengajar di sekolah yang awalnya dijadwalkan selama dua minggu, terus diperpanjang hingga sekarang.

Sigi Berduka, Banjir Lumpur Terjang Desa Baka

Kendati diadakan demi mengedepankan kesehatan dan keselamatan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menimbulkan banyak permasalahan bagi pihak-pihak yang terlibat.

Semua kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan secara daring. Artinya, baik tenaga pengajar maupun pelajar harus memiliki akses internet. Untuk bisa mengakses internet, diperlukan gawai yang memadai seperti komputer, laptop, atau telepon pintar , serta kuota internet.

Bantuan Makanan dan Perhatian untuk Tenaga Kesehatan di Tengah Pandemi

Untuk memenuhi kebutuhan gawai dan kuota internet, diperlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut merupakan beban yang berat, terutama bagi pelajar kurang mampu. Belum lagi, kondisi pandemi seperti saat ini tentu berdampak negatif bagi perekonomian dan kondisi finansial keluarga.

Selain masalah ekonomi, beberapa siswa juga mengalami kesulitan beradaptasi dengan sistem belajar secara daring. Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilaksanakan secara konvensional dengan datang ke sekolah, harus dilakukan secara virtual dari rumah.

Rektor IPB Sodorkan Konsep Ekonomi Baru Era New Normal

Siswa yang sebelumnya bertemu dan berinteraksi dengan teman sekolah, terpaksa belajar di rumah tanpa teman. Padahal, bagi sejumlah besar siswa, bergaul dengan teman merupakan suatu kebutuhan.

Suasana rumah yang kurang mendukung dan banyaknya distraksi juga menyebabkan siswa merasa kesulitan berkonsentrasi ketika belajar dari rumah. Banyak sekolah juga belum memiliki sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang terintegrasi, dalam artian sekolah tidak memiliki satu sistem tetap yang digunakan untuk seluruhdalam mengadakan kegiatan belajar mengajar daring secara keseluruhan.

Sebagai contoh, dalam pengumpulan tugas, apabila sistem tidak terintegrasi, mungkin saja setiap guru meminta siswa untuk menggunakan aplikasi yang berbeda. Akibatnya siswa akan merasa bingung dan sulit beradaptasi dengan baik.

DI samping itu, beberapa siswa mengeluhkan pemberian tugas dari guru yang tidak didampingi dengan materi yang memadai. Mengerjakan suatu tugas yang materinya tidak dipahami bahkan tidak diketahui tentu tidak efektif.

Meski materi dapat dicari di internet, sebagian siswa tetap memerlukan pendampingan dan pengarahan dari gurunya. Banyak pula siswa mengeluhkan miniminya evaluasi dari guru yang seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran.

Lenyapnya waktu sosialisasi, sistem yang membingungkan, beserta dengan penugasan yang terkadang tidak didampingi dukungan guru yang memadai, menyebabkan semangat belajar menurun, meningkatkan rasa jenuh dan menimbulkan stress pada pelajar. Hingga 40% pelajar di Indonesia merasakan penurunan motivasi belajar sejak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berlaku.

Tetapi pelajar harus memahami kondisi sedang tidak memungkinkan dan kegiatan di sekolah seperti sebelum masa pandemi sangatlah berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Keluhan dan kesulitan yang tidak dikomunikasikan dengan tepat atau bahkan tidak dikomunikasikan sama sekali akan berdampak negatif dan seringkali menyebabkan kesalahpahaman. Oleh karena itu antara siswa, guru, dan orang tua harus memiliki komunikasi yang baik agar setiap permasalahan dapat dicari jalan keluarnya dan pembelajaran dapat berjalan semaksimal mungkin.

Seiring berjalannya waktu, siswa dan guru mulai terbiasa dan beradaptasi dengan sistem pembelajaran daring. Sistem yang digunakan pun berkembang menjadi lebih baik. Semakin banyak sekolah yang mengupayakan untuk mengadakan sistem yang terintegrasi.

Pemerintah juga bekerja sama dengan provider seluler di Indonesia dalam mengadakan program-program untuk menunjang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Salah satu upaya pemerintah untuk meringankan beban biaya dalam pembelajaran daring yaitu dengan mengadakan program subsidi kuota internet, bahkan pemberian kuota internet secara gratis, khususnya bagi pelajar.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan serta meningkatkan kenyamanan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 ini, diperlukan kerja sama dan usaha yang maksimal dari semua pihak yang terlibat.

Kita beruntung saat ini teknologi sudah canggih sehingga di tengah pandemi pun, pendidikan dapat tetap berlangsung dengan memanfaatkan internet. Meski jauh dari kata sempurna dan menimbulkan banyak permasalahan, pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah dijalankan selama hampir satu tahun ini merupakan keputusan terbaik karena kesehatan dan keselematan merupakan prioritas yang tidak dapat dikompromikan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.