Pekerjaan Mulia yang Luput dari Pandangan Mata

Petugas sedang melakukan pengisian bahan bakar.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Dibalut seragam berwarna merah dengan aksen garis vertikal putih di dada sebelah kanan, seorang pria dengan perawakan tinggi terlihat sedang asik bercengkarama bersama rekan-rekan kerjanya.

Bakrie Group and Pertamina Develop Research Infrastructure at IKN

Matanya yang sayu mengisyaratkan rasa lelah setelah semalam suntuk berjaga untuk mengisikan bahan bakar pada setiap orang yang datang. Ketika dihampiri, senyum langsung tergambar dari bibirnya, seolah hendak menutupi wajahnya yang terlihat lelah.

Namanya Diky, dia merupakan pria asal Tasikmalaya ini sudah 15 tahun bekerja sebagai operator mesin pom bensin Pertamina di bilangan Kebon Nanas, Jakarta Timur. Pamannyalah yang berjasa mengajaknya untuk bekerja sebagai operator pom bensin di sana. Diky yang hanya lulusan SMA langsung mengiyakan ketika tawaran tersebut datang.

Pertamina Bentuk Satgas, Pastikan Kebutuhan Energi saat Idul Fitri Aman di Aceh

“Ada yang “ngebawa” buat kerja di sini. Jadi, waktu itu enggak pakai interview dan tes segala macam. Langsung masuk aja gitu,” ujarnya diselingi tertawa ringan.

Sebelum Diky resmi menggunakan seragam berwarna merah khas Pertamina, ia harus melewati serangkaian pelatihan terlebih dahulu. Diky mengaku harus “disekolahkan” di daerah Kedawung terlebih dahulu sebelum ia terjun untuk mengoperasikan mesin dan melayani konsumen.

Kenali Asuransi Kecelakaan Kerja dan Cara Mengklaimnya

“Walaupun saya lewat orang dalam istilahnya, tapi jadi operator di sini ngga bisa sembarangan, mas. Saya perlu dapetin sertifikat dulu buat jaminan, baru boleh turun (untuk jadi operator),” jelasnya.

Pelajaran yang Diky terima selama mengikuti pelatihan, semaksimal mungkin selalu ia terapkan ketika sedang bertugas melayani konsumen. Contoh kecilnya adalah dengan memberi senyum kepada setiap konsumen yang datang. Menurutnya hal kecil semacam itu mampu membuat seorang konsumen merasa lebih dihargai.

Usaha baik Diky yang selalu melempar senyum, terkadang tidak disambut ramah oleh konsumen. Ada kalanya Diky bertemu dengan konsumen yang bersifat arogan. Pernah suatu hari Diky dilempar uang dari dalam mobil karena sang konsumen enggan turun dari kendaraannya. Namun ia tidak ingin ambil pusing. Menurutnya hal-hal seperti itu merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang dijalaninya.

“Kadang-kadang kita juga ngerasa kesel, ya anggap aja sebagai selingan,” ucapnya lirih.

Ada lagi kejadian yang kurang mengenakan ketika Diky berhadapan dengan konsumen. Ia pernah dimaki-maki dan ditodong dengan pistol sesaat setelah mengisikan bensin ke kendaraan konsumen yang dilayaninya. Kejadian bermula dari kesalahpahaman antara Diky dengan sang konsumen.

“Waktu itu dia bilangnya ngisi 100 ribu. Tapi, saya dengarnya isi full. Ya saya juga ngga terima karena udah masuk ke tangki bensinya. Akhirnya waktu itu dia ngeluarin pistol,” papar Diky.

Beruntung kejadian itu tidak diperpanjang. Diky lebih memilih untuk mengalah dan menyelesaikan kejadian tersebut secara kekeluargaan. Namun Diky harus menerima konsekuensi atas kelalaiannya dalam bekerja. Ia harus menombok agar dapat menutupi selisih uang yang masuk. Teman-temannya yang mengetahui kejadian tersebut, langsung berinisiatif melakukan patungan untuk membantu Diky.

Menjadi seorang operator pom bensin, menurut Diky bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Banyak kejadian tidak terduga yang menuntutnya harus selalu siaga. Misalnya, ketika menghadapi situasi kebakaran. Diky mesti piawai dalam mengendalikan jago merah agar kobarannya tidak menjadi besar.

Belum lagi untuk masalah pernapasan. Diky mengaku ketika sedang mengisikan bensin ke konsumen, sebisa mungkin harus berlawanan dengan arah datangnya angin. Hal itu ia lakukan agar aroma bensin tidak benar-benar langsung terhirup olehnya. Ia bersyukur sampai saat ini belum pernah merasakan gangguan pernapasan yang benar-benar parah.

“Paling kalo badan lagi kurang fit itu sedikit terasa, mas. Paling kita bantu sama minum susu aja biar sehat,” terang Diky.

Dari banyaknya kejadian yang dialami oleh Diky selama menjadi operator pom bensin di Pertamina, ada satu momen yang menurutnya terasa sangat berat. Momen itu adalah setiap kali Hari Raya Idul Fitri tiba. Diky yang seorang perantau harus ikhlas menahan rindu untuk bertemu dengan keluarganya di kampung halaman.

Memilih pekerjaan sebagai seorang operator pom bensin, membuat Diky mau tidak mau harus tetap bekerja ketika Hari Raya tiba. Jatah cuti yang tidak menentu, membuat Diky harus rela kehilangan momen kebersamaan dengan keluarga saat Hari Raya. Beruntung kemajuan teknologi dapat membantu Diky. Ia tetap bisa merasakan hangatnya lebaran bersama keluarga, meskipun melalui sambungan telpon saja.

“Ya, mau gimana ya, mas. Namanya kita kerja di pelayanan umum pasti gitu, mas. Kadang-kadang yang Namanya sedih juga ada. Apalagi orangtua saya masih ada. Pengen gitu ketemu, kangen juga,” ungkap Diky.

Bagi Diky, tidak dapat pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga di Hari Raya sudah menjadi salah satu resiko pekerjaannya. Meskipun begitu, ia mengaku memiliki rasa kebanggan tersendiri ketika tetap bekerja di Hari Raya. Pasalnya, dengan mengisikan bensin untuk setiap kendaraan yang datang, secara tidak langsung ia telah membantu mereka yang ingin bertemu keluarga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.