Pengaruh COVID-19 Terhadap Volatilitas Harga Saham

Pengaruh COVID-19 Terhadap Volatilitas Harga Saham
Sumber :
  • vstory

VIVA – Penyebaran wabah Covid yang begitu cepat di Indonesia telah memberikan pengaruh yang besar bagi ekonomi Indonesia. Lonjakan jumlah penderita dengan fatality rate yang tinggi dalam dua bulan terakhir sangat mengkhawatirkan dan menyebabkan kepanikan baik dikalangan pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha.

Data akumulasi sejak 16 April sampai 11 Juli 2021 menunjukan ada sebanyak 36.197 kasus positif dan 32.615 orang meninggal akibat virus yang mematikan ini (Viva Media, 2021). Respon pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan, seperti: penutupan sekolah, work from home dan lainnya membuat roda perputaran ekonomi melambat.

Banyaknya berita tentang wabah Covid-19 yang beredar di berbagai media massa tentu saja dapat berpotensi memengaruhi harga indeks saham di Indonesia. Saat ini seluruh sektor saham mengalami penurunan volume maupun nilai transaksi harian.

Kemungkinan besar penurunan nilai saham ini disebabkan karena kepanikan yang dialami para investor yang melihat jumlah kasus positif di Indonesia terus meningkat, setelah kasus virus corona pertama di Indonesia diumumkan oleh Satgas Penanganan Covid-19. Oleh karena itu, berita negatif tersebut yang menyebabkan para investor saham melakukan apa yang disebut “panic selling”.

Salah satu contoh dari „panic selling?, yaitu menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada bulan Maret sampai saat sekarang ini menunjukan penurunan yang signifikan. 

Hal ini terjadi dikarenakan kekhawatiran pasar terhadap dampak dari wabah Covid-19 terhadap perekonomian global. Sebuah penelitian terkini dari Haroon & Rizvi (2020) menemukan bahwa kepanikan yang ditimbulkan oleh berita-berita yang membahas tentang Covid-19 di media masa mempunyai hubungan yang kuat dengan peningkatan volatilitas di pasar saham.

Hal ini khususnya terjadi pada industry perdagangan dan jasa seperti hotel dan pariwisata. Dalam penilitian ini, mereka mengukur tingkat kepanikan publik dengan menggunakan beberapa indeks yang berasal dari Ravenpack Coronavirus Monitor, sebuah online database yang memberikan beberapa indikator yang berpotensi merubah perilaku pasar saham dimasa pandemi Covid-19.

Memutuskan untuk memilih beberapa variabel sebagai objek penelitian, yaitu tingkat kepanikan publik (Panic Index), jumlah berita tentang Covid-19 di media massa (Corona Virus Media Hype Index), jumlah berita hoaks tentang Covid-19 yang tersebar dari berbagai media (Fake News Index), jumlah semua sumber berita yang meliput tentang Covid- 19 (Media Coverage Indeks) serta pengaruhnya terhadap volatilitas harga saham.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Sedangkan subjek penelitian adalah target populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Sehingga subjek dalam penelitian ini adalah perusahan-perusahan yang termasuk dalam sub-sektor perhotelan, restoran & pariwisata.

Nama Penulis : LIVIA FIBRIANTI

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Fakultas/ Jurusan :  Ekonomi/S1 Manajemen

Universitas Pamulang

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.