Rektor IPB Sodorkan Konsep Ekonomi Baru Era New Normal

- vstory
Tak hanya itu, adanya sistem pangan berbasis komunitas menjadi kekuatan tersendiri dalam konteks pembangunan pangan berkelanjutan.
“Urban farming yang melejit pertumbuhannya selama pandemi bisa menjadi solusi krisis pangan di perkotaan. Beragam metode seperti vertikultur, aquaponic, wall gardening, dan sebagainya sangat bermanfaat bagi rumah tangga di perkotaan dalam memenuhi kebutuhan pangan sehat, “ jelasnya.
Ciri ekonomi baru yang kedua menurut Prof Arif adalah menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan baru berbasiskan keunggulan lokal. “Dibutuhkan paradigma baru dalam memandang perdesaan. Dengan dijadikannya desa sebagai pusat pertumbuhan baru maka hal ini bisa menggeser pandangan lama bahwa kota lebih menjanjikan dibanding desa. Jika sudah demikian, maka potensi lokal yang ada di masing-masing desa dapat menjadi daya tarik bagi anak-anak muda untuk berkiprah, berkarya di desa, “ ungkapnya. Lebih lanjut dikatakannya, sangat besar potensi menuju konvergensi pertumbuhan desa-kota dan agromaritim adalah kuncinya.
Ia juga menyebut bahwa penting dilakukan penguatan Pendapatan Asli Desa (PADes) sebagai bagian dari upaya menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan inklusif. Beberapa upaya yang menurutnya perlu dilakukan diantaranya revitalisasi pemerintahan desa, koperasi unit desa (KUD) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Penting juga mendorong tumbuhnya teknologi agromaritim 4.0 dan digitalisasi ekonomi desa, “ tandasnya.
Sementara itu ekonomi digital untuk meningkatkan efisiensi dan akses sumberdaya disebut Prof Arif sebagai ciri ketiga ekonomi baru. “Pandemi menawarkan kesempatan pertumbuhan yang signifikan dalam bisnis dimana kita dapat secara cepat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Digitalisasi sangat berperan besar dalam perubahan ini, “ urainya.
Ciri keempat ekonomi baru yang diusung Prof Arif adalah menjadikan ekonomi moral (gift economy) sebagai fondasi ketangguhan sosial ekonomi. Dikatakannya, “Ada tiga poin penting dalam gift economy ini yaitu aktivitas perekonomian yang berbasis pada nilai-nilai resiprokal, “guyub” nilai-nilai lokal, perlunya memperkuat modal sosial dan trust, menghasilkan tingkat kesejahteraan yang tinggi dengan prinsip positive sum game (tidak ada yang kehilangan kesejahteraan). Gift economy ini sangat fundamental untuk dijadikan basis pembangunan yang berkelanjutan.”
Prof Arif meyakini bahwa ekonomi hijau/biru sangat bisa dimainkan untuk meningkatkan nilai tambah dan produksi berkelanjutan. Ini disebutnya sebagai ciri kelima. Ia menyinggung soal circular economy, green economy, produk-produk berbasis bio serta regenerative mindset sebagai basis pengembangan ekonomi hijau/biru.