Strategi Cerdas Cetak Pemimpin Berkualitas

Pemimpin berkualitas
Sumber :
  • vstory

VIVA – Berbicara mengenai pemimpin dan kepemimpinan, kiranya sudah tak asing lagi di telinga kita umat manusia. Terlebih bagi masyarakat Indonesia yang hidup di negara hukum, sudah barang tentu semua aktivitas yang dilakukan setiap kelompok akan memicu terciptanya berbagai hukum dan aturan baru.

Pemanfaatan Maggot Sebagai Pakan Ternak

Adapun untuk menjalankan hukum tersebut dalam sebuah komunitas masyarakat yang sangat heterogen jenisnya, sangat dibutuhkan yang namanya sang pemimpin.

Jika dipikir menggunakan akal sehat, tentu kita akan menyadari bahwa masyarakat tanpa pemimpin ibarat masyarakat yang hidup dalam sebuah hutan belantara. Sebab, jika hal itu terjadi, maka kedisiplinan, aturan, dan ketertiban akan sulit dekenal oleh manusia.

Hidroponik, Solusi Lahan Sempit di Perkotaan

Bahkan, kemakmuran dalam kehidupan masyarakat takkan terwujud. Masyarakat yang egois dan terbiasa hidup dalam keburukan, sudah pasti karena mereka tidak mendapat bimbingan dari seorang pemimpin.

Dalam kacamata sejarah, pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Kita bisa melihat contoh perilaku dari para founding fathers yang telah memberikan totalitas perjuangannya untuk umat dan bangsa, semisal perjuangan nabi Muhammad dalam memimpin umat Islam.

Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis

Ir. Soekarno sang pemimpin bangsa Indonesia, Lord Baden Powell sang pelopor gerakan kepanduan internasional, dan lain sebagainya.

Mereka mau dan mampu mengayomi umat demi terciptanya masyarakat sejahtera, tidak berjuang hanya untuk mengejar kepentingan pribadi, serta mampu memahami segala harapan dan cita-cita masyarakat.  

Sayangnya, jika menilik peradaban dari masa ke masa terutama di Indonesia, akan kita sadari bahwa negara ini semakin mengalami krisis kepemimpinan.

Pasalnya, dari pemimpin pusat bahkan dalam kelompok di bawahnya yang lebih kecil pun, masih belum bisa membawa masyarakatnya menuju kehidupan aman dan sejahtera.

Hal ini bisa kita lihat melalui kondisi umat yang belum bisa merasakan keadilan. Maraknya pertikaian karena faktor perekonomian, kelayakan dalam pendidikan, bahkan semakin carut marutnya hukum yang diterapkan.

Pada hakikatnya, semua manusia dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, baik secara individu maupun sosial. Namun, yang akan menjadi pemimpin umat dan bangsa haruslah dicari satu orang yang paling ideal dalam memangku tonggak kepemimpinan. Dalam dirinyalah peran dan tanggungjawab akan selalu ditunggu umat.

Siapapun yang akan menjadi pemimpin dan seperti apapun metode yang dibawanya, jiwa kepemimpinan merupakan hal utama yang harus dimiliki demi kelancaran membentuk gugusan umat.

Jadi, semua elemen masyarakat harus memiliki strategi cerdas dalam mengusungkan pemimpin bagi kelompoknya masing-masing. Sebab, jika hal itu tidak diperhatikan, niscaya kehidupan berjamaah akan semakin terbengkalai akibat para pemimpin yang lalim. 

Cetak Generasi Sejak Dini

Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, cara yang dianggap terbaik dalam memilih pemimpin atau seorang untuk menduduki posisi penting adalah melalui pemilihan umum.

Padahal, meski metode tersebut dapat dijadikan jalan keluar dalam merekrut para pemimpin, sebenarnya kurang efisien jika digunakan dalam setiap keadaan. Sebab, fenomena lapangan masih menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat belum memahami kriteria ideal terhadap sosok yang akan memimpin diri dan kawan-kawannya.

Banyak masyarakat awam yang memilih pemimpin hanya karena didasari tujuan sesaat. Di samping itu, mereka tidak memikirkan orientasi masa depan yang akan dilampauinya.  

Sehingga, meski awalnya mereka telah mendukung dan membela mati-matian para calon yang dipilih, akhirnya tetap berujung pada sebuah penyesalan yang tiada guna. Jadi, pandangan mayoritas tidak menjamin mampu menunjukkan kebenaran hakiki.

Oleh karena itu, pemilihan umum sudah jelas tidak mampu merubah sebuah kenyataan. Metode ini tidak bisa menjamin hal yang benar menjadi salah, maupun sebaliknya. Dengan demikian, pandangan mayoritas yang umumnya masih belum dewasa dan tidak terdidik seharusnya ditolak demi memperjuangkan kemaslahatan umat.

Pada intinya, kita sebagai generasi penerus wajib mengetahui dengan benar mengenai ihwal pemimpin handal; tak hanya cerdas intelektual, namun yang juga memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Karena, banyak pemimpin pandai dalam intelektualitas namun mereka tak mampu memahami harapan rakyat. Untuk mengetahui hal tersebut dalam diri seseorang, dapat kita perhatikan sekilas biografi dan pengalaman yang ia miliki.

Umumnya, seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang cerdas adalah mereka yang terlahir dari berbagai organisasi dalam hidupnya. Mereka yang mempunyai banyak pengalaman berorganisasi akan cenderung mampu memahami berbagai karakter orang lain.

Dari situlah kecerdasan emosional akan tumbuh bersama dengan berkembangnya ketajaman intelektual. Realita tersebut bisa kita rasakan, karena dengan aktif berorganisasi, hati dan pikiran manusia akan terus terorganisir dengan baik.

Sehingga, disaat mereka tampil sebagai pemimpin dalam masyarakatnya, ia sudah paham betul apa yang harus dilakukan demi mengabdi kepada rakyat.

Mungkin hal ini memang tidak bisa direalisasikan secara sempurna tanpa kesadaran penuh. Meski demikian, kita sebagai warga yang rindu akan pemimpin kompetitif dan prestatif, sudah semestinya saling dukung, bahu membahu dalam upaya mencetak generasi pemimpin masa kini yang berkompeten.

Dengan memahami sedikit langkah dari uraian di atas, tak ayal  akan lahir para pemimpin hebat dalam menyongsong masa depan umat yang lebih bermartabat,  Insya Allah. Mari bersama mempersiapkan calon pemimpin terbaik untuk menyongsong masa depan yang lebih unik. Wallahu a’lam.  (Penulis: Novi Arizatul Mufidoh, Sang Pendekar)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.